36. Permintaan

5.1K 214 15
                                    

"Kurang ajar! Maksud lo apa ngecoret gue dari daftar pemeran di drama ini! Gue udah susah payah ikut audisi terus tiba-tiba nama gue udah dicoret kayak gini. Gue nggak terima!" Gina berteriak histeris sambil menunjuk-nunjuk wajah Mira.

Tadi, seusai mengeluarkan ancaman untuk Reyhan, dia bertandang menuju mading dan melihat namanya telah tercoret dari daftar pemeran utama di drama Cinderella tersebut. Kebetulan, alias aji mumpung, dirinya bertemu Mira di toilet ini, sekalian saja buat perhitungan. Begitu pikirnya.

"Di sini gue nggak salah, yah. Lo emang pantes buat dicoret. Lagian, nggak ada tuh filosofinya seorang nenek lampir merangkap jadi Cinderella, yang ada ntar tuh drama jadi ngejomplang. Udah deh, mending lo terima takdir aja." balas Mira dengan menohok, membuat Gina langsung mendelik tak terima. Kalo bukan di sekolah, sudah ia sobek-sobek mulut kurang ajar milik Mira, sayang saja dirinya sedang berada di sekolah, bisa hancur image baiknya di mata murid-murid sekolah ini. Meski image baiknya sudah sedikit goyah akibat berita tentang Reyhan dan Arsya putus yang disebabkan oleh dirinya, berita itu tak sepenuhnya salah, bahkan ia membenarkannya seribu persen jika dirinya adalah seorang pelakor.

"Nggak bisa! Pokoknya, kembaliin gue jadi pemeran utama di drama itu." Gina memaksa dengan sedikit gretakan.

"Perannya udah ada yang ngisi. Dan gue, udah tempatin lo diperan yang paling cocok buat lo."

"Apa?!" tanya Gina dengan nada menantang.

"Jadi ibu tiri. Cocok 'kan?" balas Mira, sambil tergelak.

"Apa-apaan! Nggak sudi gue! Siapa sih, yang berani-beraninya ngerebut peran gue!" sentak Gina. Mira mendongak menatap Gina lucu. Lagipula, percuma saja jika cewek lampir itu marah-marah, buang-buang tenaga saja, lagipula, perannya tidak akan diganti-ganti lagi.

"Arsya." ucap Mira pelan, namun cenderung tegas.

"Arsya? Nggak salah?" Gina tertawa meremehkan. "Cewek kayak dia dapat peran Cinderella? Masih mending juga gue. Udah deh, mending ganti aja, daripada nanti malu-maluin sekolah." imbuhnya, dengan kalimat seperti ibu-ibu kompleks yang sedang menawarkan diskon besar-besaran kepada emak-emak rempong yang doyan gosip.

"Lo mau coba pengaruhin gue? Nggak mempan."

"Gue nggak coba pengaruhin lo. Gue bicara sesuai fakta." Gina mencoba membela diri, meski pada kenyataannya dia sudah merasa terpojokan. Perjuangannya untuk merebut peran utama sedikit lagi tersia-siakan.

"Tapi, faktanya, akting Arsya itu jauh di atas lo. Bahkan lo nggak ada apa-apanya. Bayangin aja, peran Cinderella itu, polos dan terkesan baik hati. Nah, kalo lo yang meranin, bisa jadi Cinderella berubah jadi alay dan semena-mena. Bahkan nggak tau diri kayak sifat asli lo." sentak Mira, lalu tersenyum penuh kemenangan.

Tangan Gina mengepal, bersiap untuk menampar pipi cewek songong di hadapannya keras-keras. Saat ini, mereka sedang berada di toilet sekolah, Gina pikir, tidak salah untuk memberi pelajaran kepada Mira saat ini juga, mumpung tidak ada yang melihat.

Plak!

"Aws!"

Satu tamparan diiringi pekikan kesakitan memenuhi gendang telinga mereka. Mata Gina membulat, saat mengetahui yang ia tampar tadi bukanlah, Mira melainkan Arsya yang tau-tau datang di tengah-tengah mereka.

Arsya meringis menahan sakit di pipinya yang diperkirakan sudah membiru dan menjelma menjadi keunguan. Pipinya lebam.

"Lo apa-apaan sih! Beraninya pake kekerasan! Lihat kan, pipi Arsya jadi lebam begini." geram Mira.

"Apa sih, gue nggak sengaja. Lagian salah sendiri ke sini, begini kan jadinya. Jadi ini murni bukan kesalahan gue!"

"Udah salah, nggak mau ngaku lagi. Dasar nenek lampir." cetus Mira. "Yuk, Sya, gue anter ke UKS."

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang