"Werewolf lemah! Sungguh memalukan!" Bentak seorang pria pada gadis yang terduduk di lantai sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Seorang anak dari Alpha terkuat belum bisa berganti shift pada usianya yang ke-16?! Memalukan! Kau tidak pantas menjadi anak Alpha White Moon Pack!" Bentaknya lagi.
"Papa..." panggilnya dengan suara yang lirih, sang Alpha hanya menatap datar.
"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!"
Tes.
Air mata mengalir di pipi pucatnya, pertahanan yang sudah dia buat telah runtuh.
Alpha William bangkit dari duduknya, lalu berjalan meninggalkan gadis yang sedang menangis itu.
"Adlina!!"
Gadis itu menoleh karena merasa ada yang memanggil namanya.
"Kamu tak apa 'kan? Apa yang Alpha William lakukan padamu?" Tanya wanita yang tadi memanggil nama Adlina dengan nada yang sangat khawatir. Wanita itu memeriksa tubuh Adlina apakah dia terluka atau tidak.
Adlina menggeleng pelan. "Aku tak apa."
"Sungguh, Mamih sangat mengkhawatirkanmu," kata wanita itu.
"Ayo, Mamih antar ke kamarmu." lanjut wanita itu lalu memapah Adlina berjalan menuju kamarnya.
"Maaf Adlina, karena aku... Kamu kena marah Alpha William," kata wolfnya yang bernama Diandra.
"Bukan salahmu, Ndra," Adlina berusaha menenangkan Diandra.
"Tapi Lin–"
"Pokoknya ini bukan salah kamu, ini takdir." Potong Adlina dengan tegas.
"Baiklah, sekali lagi maaf, Lin." Diandra memutus mindlink.
🍀🍀🍀
Di malam bulan purnama, Adlina hanya duduk di jendela sambil menatap kosong sang rembulan, sementara para werewolf berganti shift dan melolong dengan bahagia, membuat rasa iri di hati Adlina.
Adlina menghela napas panjang.
"Kapan aku bisa kayak gitu?" Dia bermonolog. Tangannya digunakan untuk menumpu dagu.
"Aku juga pengen berganti shift kayak mereka," ucapnya lagi.
"Lin, kamu menyesal ya punya wolf kayak aku?" Mindlink Diandra mendengar keluhan Adlina.
Adlina terkesiap.
"Engga. Aku gak nyesel punya wolf kayak kamu, aku menerima kamu apa adanya," Adlina berusaha tersenyum.
"Aku minta maaf, ya? Kalau wolf kamu bukan aku, pasti sekarang kamu bisa bergabung bersama mereka," ucap Diandra menghela napas.
Adlina kembali menatap jendela. Tanpa ia sadari, mata hijaunya bersinar dan sesekali berubah menjadi berwarna biru.
"Kamu lebih baik dari mereka, Ndra. Kamu sudah ditakdirkan oleh Moon Goddess untukku. Jadi, aku dan kamu itu satu. Gak akan pernah terpisahkan," balas Adlina.
Diandra terkekeh, "Jangan sok romantis deh!" Cibirnya menertawakan ucapan Adlina.
Adlina mengerucutkan bibirnya. Tiba-tiba ia merasa seluruh tubuhnya menjadi panas, padahal angin malam berhembus kencang melalui jendela kamar Adlina yang terbuka lebar.
"Em... Ndra, kayaknya malam ini panas banget ya?" Tanya Adlina.
Diandra mengangguk mengiyakan.
"Aku juga merasa ada yang aneh dengan tubuhku," Jawabnya setuju.Krek!
"Akh!!" Adlina memekik kesakitan karena merasa tulangnya dipatahkan.
"Kita kena sihir ilmu santet ya, Ndra?" Tanya Adlina ngawur.
Seandainya saja mereka memiliki tubuh yang berbeda, Diandra pasti akan langsung menjitak kepala Adlina agar otaknya menjadi benar sedikit.
"Akh!!" Adlina memekik lagi.
Mata hijau Adlina berubah menjadi biru seutuhnya. Suara retakkan tulang yang ngilu kembali terdengar. Kuku-kuku tajam mulai muncul pada jari Adlina. Gigi taring yang sangat tajam pun mulai muncul.
Di bawah sinar sang rembulan, Adlina akhirnya bisa berganti shift dengan serigalanya, Diandra atas ijin Moon Goddess.
"White wolf?!" Pekik Adlina saat melihat tampilannya sendiri di pantulan kaca jendela.
"Kamu benar-benar istimewa, Ndra!" Pekik Adlina dengan senang, senang sekali.
"Ndra! Ayo kita berburu!" Ajak Adlina dengan semangat.
"Baiklah, ayo!" Diandra melompat dari jendela, kemudian berlari menuju hutan di samping rumahnya.
Diandra berlari dengan lancar, seolah ia sudah mahir menggunakan keempat kakinya.
Bulu putih Diandra bertebaran terkena angin malam, mata birunya bersinar dengan terang seolah menyoroti hutan yang gelap.
Diandra melolong dan dibalas oleh lolongan gembira rakyat White Moon Pack yang mengetahui bahwa putri dari Alpha mereka, Alpha William Trevor Ashmore, sudah bisa berganti shift.
🐺🐺🐺
Awas ada typo.
Jangan lupa vote dan comment yups guys😍(Sudah direvisi)
Author note:
Halo, cerita Adlina sedang tahap perevisian karena menurut gue cerita ini masih banyak kesalahan penulisan.
Untuk kapitalisme menurut gue udah bagus, tanda bacanya juga. Tapi buat bahasanya kurang baik ga sih?
Gue sebenernya udah peringatin dari awal, lihat di deskripsi cerita Adlina, bahwa cerita ini bahasanya gak baku. Biarlah ini jadi ciri khas Adlina. Tapi tenang aja, lain kali kalau gue buat cerita fantasi baru diusahain pake aku-kamu biar kalian nyaman bacanya.
Oke, karena banyak yang ga nyaman pake lo-gue, gue bakal lanjutin revisi dan bakal gue ganti pake aku-kamu. Tapi, gue ga janji malam ini bisa selesai.
Sekian, terimakasih.
Author Amatir
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...