Chapter 3

24.9K 1.8K 14
                                    

Author POV

Mereka telah tiba di kantin, ternyata di sana sudah ada Ghavi dan Kristof.

Ghavi hanyalah manusia biasa, sedangkan Kristof atau yang biasa dipanggil Kris adalah Gamma dari Blue Moon Pack sekaligus mate dari Nancy.

"Hai, Lin, Nan, Hans, Nda!" Sapa Ghavi melambaikan tangannya.

"Hai juga, Ghav, Kris!" Sapa balik Nancy, Hans dan Melinda, sementara Adlina hanya tersenyum tipis.

"Ayo sini duduk, kalian mau pesen apa? Biar aku yang pesanin," Kristof menawarkan.

Mereka duduk terlebih dahulu. Adlina duduk berhadapan dengan Hans, Nancy duduk di antara Adlina dan Kristof, sementara Ghavi dan Melinda di sebelah Hans.

Seperti biasa Adlina mengeluarkan ponsel dan earphonenya, mengusir jenuh dan mengembalikan moodnya yang tidak baik sejak tadi pagi.

"Aku pesan steak sama es jeruk aja deh, kalian mau pesen apa?" Tanya Nancy menatap satu-persatu teman-temannya.

"Aku samaain kayak kamu." Jawab Melinda yang diikuti anggukan oleh Hans, Ghavi dan Kristof.

"Kamu mau pesen apa, Lin?" Tanya Hans.

Adlina melirik sebentar, lalu melanjutkan mendengarkan musik lewat earphonenya.

"Samain aja." Jawabnya singkat.

"Oke, berarti steak 6 sama es jeruk 6. Biar aku yang pesanin." Kristof bangkit dari duduknya.

"Kris, aku ikut kamu ya?" Kata Nancy dan berjalan menyusul Kristof.

Kristof mengangguk lalu menggandeng tangan Nancy dengan mesra.

Beberapa menit kemudian Kristof dan Nancy datang dengan membawa steak dan es jeruk.

"Selamat menikmati, kawan." Nancy membagikan es jeruk.

Mereka semua mengangguk.

"Terimakasih, Nancy dan Kristof."

🌸🌸🌸

"Ayok, Lin kita ke rumahku aja biar kamu ga sendirian di apart," ajak Nancy menarik lengan Adlina setelah mereka duduk-duduk santai di depan ruang kelas.

"Tapi aku nebeng ya? Tadi pagi aku dianter supir," lanjut Nancy, Adlina hanya mengangguk mengiyakan saja.

Adlina dan Nancy berjalan santai melewati koridor utama yang terlihat mulai sepi karena para siswa sudah pulang sejak dua puluh menit yang lalu, tapi tiba-tiba ada seseorang yang mencegat jalan mereka.

"Berhenti di situ, Bitch!!" Perintah cewek yang menghadang mereka dengan angkuh.

Dilihat dari penampilannya, cewek itu tergolong siswi hits di sekolah mereka karena kecantikan dan kepopulerannya.

Menurut pengamatan Nancy, cewek di depannya ini sama sekali tidak tergolong cantik karena ia menggunakan makeup yang sangat tebal juga pakaian minim nan ketat, tipikal siswi sok kecantikan.

Tubuh cewek itu kurus, tetapi asetnya termasuk besar dan menonjol, entah asli atau palsu, Nancy tidak peduli. Kulitnya putih tetapi tidak lazim, sepatunya juga bercorak dan bermerek. Sepertinya dia anak orang berada.

"Kamu apa-apaan cegat aku sama Adlina?! Kamu punya masalah sama kita?!" Tanya Nancy maju terlebih dahulu, tidak terima jalannya dicegat oleh makhluk aneh sejenis cewek itu.

"Kamu 'kan yang tadi berduaan sama Adlan?!" Tanya cewek itu nyolot.

"Iya," jawab Adlina tidak peduli.

Cewek itu naik pitam, mendekat ke arah Adlina lalu menarik rambut Adlina dengan geram.

"Denger ya, Bitch! Jangan deketin Adlan! Adlan itu milikku!" Teriaknya tepat di telinga Adlina.

Memang di sekolah mereka jarang ada yang mengetahui bahwa Adlan dan Adlina adalah kakak beradik, maka dari itu hubungan mereka sering dipertanyakan.

Adlina hanya memandang malas, tanpa melawan karena moodnya akan semakin memburuk, lebih baik iya segera pergi tanpa meladeni cewek itu.

"Kenapa?! Kenapa diem?! Takut?! Takut iya?! Hahaha!!! Siapa sih yang gak takut sama Tessya Agatha Grita. Anak wakil kepala sekolah di sini!" Ucap cewek bernama Tessya itu menyombongkan diri.

Nancy berdecih, lalu berusaha melepaskan cengkraman tangan Tessya di rambut Adlina. Setelah cengkraman tangan Tessya terlepas, Nancy berdiri di tengah-tengah Adlina dan Tessya sambil berkacak pinggang. Nancy memandang remeh ke arah Tessya.

"Cuma wakil 'kan? Jangan sombong dulu deh. Kamu kenal Albert Shawn 'kan? Ini nih cucunya Albert Shawn pemilik sekolah ini. Mau apa kamu?" Sarkas Nancy sambil menunjuk Adlina dengan bangga.

Skakmat.

Tessya mati kutu.

"Udah kali, Nan, gak guna juga kamu ngomong sama orang kayak dia. Bikin capek plus buang waktu. Cabut, Nan." Adlina berjalan menuju parkiran meninggalkan Nancy dan Tessya.

"Eh, Lin, tungguin napa!!" Teriak Nancy pada Adlina.

Sebelum benar-benar pergi, Nancy menyempatkan diri untuk menatap Tessya.

"Urusan kita belum selesai okey!" Nancy berlari mengejar Adlina yang sudah tak terlihat.

Tessya terbengong dengan itu, tiba-tiba dia tersadar sesuatu.

"EH! BITCH!! JANGAN PERGI KAMU!!" Teriak Tessya pada Adlina yang sudah di parkiran, namun masih bisa mendengar teriakkan Tessya. Padahal jarak parkiran dan koridor utama cukup jauh. Wajar saja, Adlina kan werewolf jadi pendengarannya tajam.

Nancy datang dengan napas yang terengah-engah.

"Kenapa kamu... hosh... tinggalin aku... hosh... sama si Cabe Kriting?!! hosh... hosh... " Ucap Nancy sambil ngos-ngosan, ia mengelap peluh yang membasahi pipinya.

Adlina tertawa kecil. "Aku lagi males ngladenin tuh Cabe Kriting. 'Kan bisa berabe kalo si Diandra yang ambil alih karena kepancing emosi,"

Nancy mendengus kesal. Tapi tindakan yang dilakukan Adlina memang ada benarnya.

"Udah naik, jadi ke rumahmu gak nih? Kalo gak jadi, aku mau pulang ke apart." Tanya Adlina duduk di jok motornya.

Nancy mengangguk lalu duduk di boncengan motor Adlina.

"Jangan ngebut lho, Lin. Aku gak mau mati muda. Kasihan Kris kalo aku mati, nanti aku gak bisa bikin anak sama Kris. Nanti Kris jadi jomblo kalo aku ma- ANJING KAMU, LIN!!"

Nancy terus mengoceh gak jelas, karena malas mendengar ocehan Nancy, Adlina mengegas motornya dengan kecepatan tinggi. Adlina tertawa saat Nancy mengumpat.

"Aku bukan Anjing! Tapi Serigala!" Ucapnya tidak terima.

TBC

(Sudah direvisi)

ADLINA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang