Author POV
(Masih) Flashback
Alin bangun dari tidurnya karena mendengar suara ribut-ribut di bawah, bocah kecil itu langsung berlari keluar kamar.
Alin melihat para Omega dan Warrior berlarian dalam Pack house, Alin menghampiri salah satu pelayannya.
"Vimna, ada apa ini?" Tanya Alin menarik ujung baju milik Vimna.
"Nona Adlina? Nona Adlina jangan ke sini, bahaya," peringat Vimna lembut, membawa Alin ke tepi agar tidak tertabrak Warrior.
"Ada apa ini? Kenapa aku tidak boleh ke sini? Bahaya kenapa?" Tanya Alin beruntun.
Vimna menghela napas, ia berjongkok untuk menyesuaikan tinggi tubuhnya dengan Alin.
"Ayo, lebih baik Nona Adlina di kamar Luna Rose saja," ajaknya.
"Ke kamar Mama? Ngapain?" Tanya Alin memiringkan kepalanya, tampak sangat imut dan lucu.
"Adik Nona Adlina sudah lahir," jawab Vimna tersenyum senang.
Mata hijau Alin yang awalnya redup kembali berbinar, "beneran, Vim?" Tanya Alin memastikan.
Vimna mengangguk, "Ya sudah, ayo saya antar, Nona."
Vimna menggendong tubuh Alin menuju kamar sang Luna.
Ketika di depan pintu kamar, Alin mendengar suara tangisan seorang bayi. Alin membuka pintu lalu melihat Mamanya sedang menggendong bayi laki-laki yang sangat tampan.
"Mama, apakah dia adikku?" Tanya Alin semangat berlari ke kasur Mamanya.
Luna Rose mengangguk, mengusap bayi kecil digendongnya.
"Iya, dia adikmu dan Alan. Apakah dia tampan?"
Alin mengangguk dengan semangat.
"Ya! Dia sangat tampan!"
Klek..
Pintu kamar Luna Rose kembali terbuka, menampilkan seorang bocah laki-laki yang sedang digandeng oleh Omega. Raut wajahnya terlihat kebingungan.
"Alan sini!"
Panggilan itu menyadarkan Alan. Alan tersenyum kemudian berlari menghampiri Mama dan kedua adiknya.
"Dia tampan," celetuk Alan tiba-tiba.
"Siapa namanya?" Tanya Alan menatap wajah lelah bercampur bahagia Luna Rose.
Luna Rose tampak berpikir, kemudian tersenyum saat menemukan nama yang pas.
"Bagaimana kalau Arnold?"
Mata Alan dan Alin berbinar.
"Nama yang bagus, aku suka!" Ucap Alan.
"Aku juga suka!" Timpal Alin.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi, Luna Rose," ucap seseorang yang mengetuk pintu.
"Silahkan masuk," balas Luna Rose.
Pintu itu dibuka, laki-laki berbadan tinggi dan besar berbalut baju zirah membungkukkan badannya dengan hormat.
"Maaf mengganggu, Luna," ucap Delta Rizel yang mengetuk pintu.
"Ada apa, Delta Rizel?" Tanya Luna Rose.
"Mereka sudah melewati perbatasan, Luna, dan mereka sedang menuju kemari," lapor Delta Rizel.
Wajah tenang Luna Rose berubah menjadi panik.
"Ada yang ingin dibicarakan lagi, Delta Rizel?" Tanya Luna Rose mencoba untuk tenang.
Delta Rizel menggeleng, "Tidak ada, Luna. Hanya itu yang ingin saya sampaikan," jawabnya.
"Kau boleh pergi, Delta Rizel. Perkuat pertahanan!" Perintah Luna Rose.
Delta Rizel menunduk hormat, kemudian pergi dari kamar Luna Rose.
"Kita harus pergi!" Perintah Luna Rose tegas setelah tidak bisa menahan kepanikannya.
"Tapi, Luna, bagaimana dengan Alan, Alin dan Arnold?" Tanya Omega yang tadi datang bersama Alan, sebut saja dia Lani.
"Panggil Sofia! Cepat!" Perintah Luna Rose.
Lani mengangguk hormat kemudian berlari keluar kamar.
"Mama ada apa ini?" Tanya Alin menatap Luna Rose yang tampak sangat panik. Padahal biasanya Luna Rose tergolong orang yang cukup tenang saat menghadapi masalah.
Luna Rose mengusap puncak kepala Alin dengan lembut sambil tersenyum.
"Semua akan baik-baik saja, tapi kita harus pergi dari Pack ini," jawab Luna Rose.
"Ke mana, Ma?" Sekarang giliran Alan yang bertanya.
"Ke suatu tempat yang agak jauh dari sini," jawab Luna Rose.
"Permisi, Luna. Maaf, apakah Luna memanggil saya?" Tanya Sofia yang baru saja datang dengan menggendong seorang anak laki-laki berumur 2 tahun, di belakangnya ada anak perempuan seumuran Adlina yang kelihatannya masih mengantuk.
"Kemarilah, Sof," kata Luna Rose.
Sesuai perintah, Sofia berjalan mendekat ke arah Luna Rose.
"Pertama, jangan panggil aku dengan formal, kau adalah adik William, yang berarti adikku juga. Kedua, Pack kita diserang, kita harus segara pergi dari Pack ini. Ket-"
"Maaf, Rose, tapi kita akan pergi ke mana?" Tanya Sofia memotong perkataan Luna Rose.
Luna Rose menghela napas. "Itu adalah point ketiga. Kita akan mengungsi di Pack yang lumayan jauh dari sini,"
Sofia mengangguk.
"Lanjutkan, Rose,"
"Keempat-"
Luna Rose menghentikan ucapannya, hidungnya tiba-tiba menangkap bau rogue yang sangat banyak dan sangat dekat.
"Di mana Beta Rendy?" Tanya Luna Rose.
Sofia mengernyitkan keningnya.
"Rendy sedang mengurusi perbatasan," jawab Sofia apa adanya. Memang benar suaminya sedang berada di hutan perbatasan pack.
"Apakah William juga ada di sana?" Tanya Luna Rose lagi.
Sofia menggeleng, "Alpha William tidak ada di perbatasan,"
"Lalu di mana William Ashmore berada?!" Luna Rose semakin panik saat mengetahui suaminya tidak ikut berjaga.
"Dia sedang berada di dunia manusia. Mengurusi pekerjaan kantornya," jawab Sofia.
"Apa?! Di saat Pack sedang diserang dia malah di kantor mengurusi pekerjaan?!"
Luna Rose takjub dengan perilaku buruk suaminya yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada keluarga dan rakyatnya yang dalam kesusahan.
"Will.. William, di mana kau? Pack sedang membutuhkanmu, Will. Will? William! Ayo jawab aku Will!! Pack sedang diserang rogue!! WILLI-"
Brak!!
Mindlink Luna Rose terpotong karena pintu kamarnya dibuka paksa.
TBC
Maaf kalo banyak typo..
Berkali-kali gue mengucapkan terimakasih kepada readers yang telah membaca cerita gue dan mau vote cerita gue🙏
Di sini masih flashback masa kecil Adlina dan asal-usul meninggalnya Luna Rose.
Nanti di chapter 7-9 masih ada flashback.
Sebelumnya apakah masih ada yang belum tau istilah-istilah dalam dunia werewolf? Kalau ada nanti gue bakal bikin penjelasan di chapter selanjutnya. Maaf karena gue baru tanya sekarang🙏
Oke bre! Sampe jumpa di chapter 9! See you!!❤
(Sudah direvisi)
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...