Chapter 2

27.3K 2K 16
                                    

Author POV

Tahun ajaran baru saja mulai. Tetapi di hari pertama ini kelas XI IPS 4 harus mengerjakan tugas tanpa mengobrol.

Nancy kebingungan. Ia tidak bisa mengerjakan tugas ini karena libur yang terlalu lama, dia juga tidak belajar karena dia kira hari pertama berangkat hanyalah perkenalan. Tetapi kenapa menjadi seperti ini?

Nancy melirik Bu Miper sekilas. Guru berbadan tambun itu membawa penggaris kayu panjang yang tampak sangat menakutkan, nyali Nancy menjadi ciut.

Gadis itu berganti melirik Adlina yang duduk di sebelahnya, mengerjakan tugas dari Bu Miper dengan serius. Padahal Nancy yakin Adlina juga sedang kebingungan namun menyembunyikannya dengan mengerjakan asal.

Untungnya dia adalah kaum werewolf yang memiliki kelebihan dapat berkomunikasi melalui pikiran atau yang biasa disebut dengan mindlink dengan kerabat atau werewolf lain yang menurutnya dapat dipercaya.

"Lin, jawaban no 1-30 apa?" Mindlink Nancy pada Adlina.

Adlina mendengus, "Pikir aja sendiri!" Jawabnya ketus.

Sekarang giliran Nancy yang mendengus. Kesal karena Adlina tidak memberikan jawaban padanya.

"Dih! Kamu mah jahat sama sepupu sendiri. Pantesan aja belum ketemu sama matenya!" Ucap Nancy ketus tanpa sadar menyinggung perasaan Adlina lagi.

Adlina menggeram keras, tidak terima disebut seperti itu walau oleh Nancy sekalipun. Mate adalah urusan yang dianggap serius oleh kaum werewolf.

"Grrrr!!"

Hampir seluruh kelas memperhatikan ke arah Nancy dan Adlina, merasa suara itu berasal dari meja mereka berdua.

"Tadi siapa yang menggeram?" Tanya Bu Miper berjalan mendekati meja Adlina dan Nancy sambil mengetuk-ngetuk penggaris kayunya di telapak tangan

Nancy menggeleng kuat, "Saya tidak mendengar apa-apa, Bu." Jawabnya.

Bu Miper melirik ke arah Adlina, sedangkan yang dilirik hanya fokus mengerjakan.

"Baiklah, kembali mengerjakan tugasnya. Waktu yang tersisa tinggal 10 menit lagi!" Kata Bu Miper.

Nancy jadi lebih panik dari sebelumnya, ia menengok ke kanan dan ke kiri, mencari jawaban dari teman-temannya namun tidak ada yang mau memberikan jawaban kepada Nancy.

"Hahaha! Kamu kasian deh. Tau sendiri Adlina sifatnya kayak gimana kalo udah menyangkut mate," celetuk Camella, wolf Nancy, melalui mindlink.

"Diem kamu, Mell! Mending kamu bantuin aku ngerjain tugas ini!" Perintah Nancy pada Camella karena menurut Nancy serigala betina itu cukup pintar.

"Ogah! Kerjain aja sendiri!" Ketus Camella memutuskan mindlink.

Nancy hanya pasrah, ia menjawab dengan asal, sudah tidak ada harapan baginya untuk mengerjakan tugas dengan benar.

🌺🌺🌺

Bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa jam istirahat sudah dimulai dan juga saatnya untuk mengumpulkan tugas.

"Baiklah, anak-anak waktu mengerjakan telah selesai. Sekarang kumpulkan tugasnya." Perintah Bu Miper mengetuk penggaris di mejanya.

Adlina yang pertama kali melangkah ke depan dengan percaya diri. Adlina mendengar Nancy yang membisikkan namanya tapi dia abaikan.

Saat di depan kelas, Adlina melihat Adlan yang bersandar di tembok kelasnya.

Lelaki berparas tampan dengan hidung mancung, kulit putih bersih, mata abu-abu yang berkilauan, serta tubuh yang proporsional, namanya Adlan.

Dia adalah kakak laki-laki Adlina, anak pertama Alpha William dengan Luna Rose, ibu Adlina. Adlan adalah calon Alpha White Moon Pack yang selanjutnya.

"Ngapain kamu ke sini?" Tanya Adlina pada Adlan.

Adlan menoleh, lalu tersenyum lembut.

"Lin, kamu jangan pulang ke Pack aja ya," ucap Adlan

Adlina mengangkat satu alisnya, menatap Adlan dengan bingung. Kenapa Adlan malah memintanya tidak pulang?

"Aku ga mau kamu sakit hati lagi karena Ayah," lanjut Adlan.

Ternyata begitu, Adlan tidak mau adiknya bertengkar kembali dengan sang Ayah. Alpha William terlalu sering menyakiti hati Adlina dan Adlan sangat tidak menyukainya.

"Kamu bisa tinggal di rumahku atau di apartemenmu yang pasti kamu tidak pulang ke Pack, ya?" Adlan menggenggam erat tangan Adlina.

"Iya, aku juga ga bermaksud pulang ke Pack," jawab Adlina.

Adlan menghembuskan napas lega, mengusap kepala Adlina dengan lembut.

"Aku ga mau kamu kenapa-kenapa, Lin," gumam Adlan.

Adlina mendengar itu, dia menganggukkan kepalanya, "Aku akan menjaga diri,"

Adlan tersenyum manis. Siapa pun wanita yang melihat senyuman itu pasti akan terpesona.

Melihat pemandangan yang menarik perhatian beberapa siswa yang lewat itu sontak Nancy berteriak dengan hebohnya.

Adlina menatap tajam pada Nancy, memperingatinya. Nancy menutup mulutnya yang lebar itu, mengangkat jari telunjuk dan jari tengah.

"Hai, Nan," sapa Adlan pada Nancy.

Nancy membuka tangan yang menutup mulutnya, menampilkan senyum sumringah.

"Hai juga, Kak!" Balasnya dengan semangat.

"Aku ke kantin dulu ya, Lin." Pamit Adlan, Adlina mengangguk.

Adlan mencium kening Adlina, kemudian berjalan menuju kantin. Tiba-tiba Nancy menggoyang-goyangkan lengan Adlina kencang, merasa gemas dengan perilaku kakak-beradik ini.

"OMG!!! KALIAN SO SWEET BANGET!!" Teriak Nancy heboh.

Adik kelas yang awalnya lewat langsung berhenti dan memandang aneh ke arah Nancy.

"Malu-maluin Negara banget sih!" Adlina melepaskan tangan Nancy yang masih menggoyang-goyangkan tangannya.

Nancy hanya menyengir kuda.

"Kalo gak malu-maluin bukan Nancy namanya,"

Adlina memutar bola mata dengan malas, berjalan meninggalkan Nancy yang cengar-cengir tidak jelas. Nancy yang tersadar ditinggal oleh Adlina, berlari mengejar menyamakan langkahnya.

"Ihhh, kamu mah tega tinggalin Incess." Protes Nancy.

Adlina hanya diam sambil terus berjalan tanpa menghiraukan ocehan tak berfaedah Nancy, telinganya sudah kebal.

"Hai, Adlina! Hai, Nancy!" Sapa seseorang dengan nada yang ramah.

Saat Adlina membalikkan badannya ternyata itu adalah Hans teman Adlina dan Nancy sedari kecil. Di samping Hans ada Melinda, teman sekelas Hans yang tersenyum manis.

Nancy tersenyum lalu menyapa Hans dan Melinda, melambaikan tangannya.

"Hai, Hans! Hai, Nda!"

Hans adalah calon Beta dari Red Moon Pack, sedangkan Melinda seorang penyihir putih yang memang tinggal di dunia Manusia.

Di sekolah ini bukan hanya ada manusia biasa saja, tapi makhluk Immortal juga ada, karena kedua dunia itu saling bersebelahan.

Hans menarik tangan Adlina, mengajak Adlina dan Nancy untuk pergi ke kantin bersamanya dan Melinda.

Dengan semangat Nancy berjalan mendahului mereka bertiga. Sepertinya dia sudah sangat lapar setelah mengerjakan tugas dari Bu Miper.

TBC

(Sudah direvisi)

ADLINA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang