Chapter 16

16K 1.3K 16
                                    

Are you ready?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ready? Go!

Happy reading guys!!

Author POV

"Hans!" Panggil Melvin pada Hans yang sedang berjalan santai di koridor.

Mendengar panggilan Melvin, Hans berlari kecil mendekatinya.

"Ya, Alpha," Hans membungkukkan tubuhnya.

Melvin mendengus kesal karena Hans memanggilnya dengan panggilan Alpha. Padahal sudah beberapa kali Melvin berkata pada Hans bahwa dia belum menjadi Alpha, tapi Hans terlalu membandel.

"Kamu mau identitas kita terbongkar di sini, Hans?" Tanya Melvin.

Hans menggeleng sambil menyengir kuda.

"Maafkan saya, Alpha. Eh, maksud saya 'kak'," ucapnya seolah menggoda Melvin

'Beta sialan!' Batin Melvin kesal.

"Tolong kamu bawain daftar yang isinya peserta lomba," perintah Melvin pada Hans.

Hans mengangguk lalu pamit untuk pergi mengambilkan barang yang Melvin inginkan.

Setelah kepergian Hans, Melvin kembali masuk ke dalam ruang OSIS. Laki-laki itu menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya pada senderan kursi sambil menutup matanya. Sungguh melelahkan, tugasnya di sekolah sebagai Ketua OSIS belum selesai, ditambah lagi tugas di Red Moon Pack sebagai calon Alpha.

Seharusnya Melvin sudah pensiun dari jabatannya sebagai Ketua OSIS karena sudah kelas 12, tetapi hingga saat ini belum diadakan lagi pemilihan Ketua OSIS.

"Hahaha, itu sih nasibmu, Vin!" Ledek Mario, wolfnya.

"Dasar wolf sialan!" Maki Melvin.

"Kamu gak berniat cari mate kita gitu? Apalagi di sekolah kita lagi ada lomba antarsekolah, mungkin mate kita salah satu dari mereka," ucap Mario memberikan usul yang bagus.

Oh iya, ngomong-ngomong soal mate, Melvin sudah cari ke mana-mana, tapi tidak pernah dia temukan. Melvin bahkan hampir saja menyerah dan memilih orang lain sebagai pasangannya kalau bukan karena Mario yang memintanya tetap mencari sang mate.

"Nanti aku bakal cari," putus Melvin pada akhirnya.

Pintu ruang OSIS terbuka, sesosok gadis cantik berambut hitam legam tersenyum saat melihat Melvin.

"Hai, Vin!" Sapanya dengan nada ceria.

Melvin membuka matanya yang terpejam, melihat Abigail sedang tersenyum manis.

Abigail menjabat sebagai sekertaris OSIS. Yang Melvin tau, Abigail juga seorang werewolf. Abigail-lah perempuan yang akan Melvin jadikan pengganti matenya.

"Ya? Ada apa, Bi?" Tanya Melvin.

"Kamu 'kan bentar lagi diangkat jadi Alpha. Aku diundang gak? Terus mate kamu gimana?" Tanya balik Abigail menatap Melvin penuh harap.

Melvin menaikan satu alisnya. Bingung dengan pertanyaan Abigail yang tiba-tiba menanyakan tentang pengangkatan Alpha.

"Eh? Maaf. Bye, Vin!" Abigail berlari menjauhi Melvin.

"Gadis yang aneh!" Celetuk Mario tidak suka.

"Kamu kenapa gak suka banget sama Abigail?" Tanya Melvin merasa heran dengan sikap Mario.

"Gak suka aja. Kamu tau 'kan kalo dia itu suka sama kamu? Tau 'kan pasti! Tapi, jangan sekali-kali kamu berniat untuk jadiin Abigail sebagai Lunamu. Kalo kamu berani lakuin itu, aku gak akan segan-segan untuk membunuhmu!" Ancam Mario.

Tanpa sadar Melvin tertawa terbahak-bahak, untung saja ruangan OSIS sangat sepi, jadi tidak ada yang melihat Melvin sedang tertawa sendiri.

"Kamu mau bunuh aku? Kalo aku mati, kamu juga ikut mati, Mario!" Balasnya mengejek ancaman Mario.

"Aku gak peduli. Aku tau kamu juga suka sama Abigail. Tapi ingat kata-kataku. Jangan mengangkat Abigail sebagai Luna! Yang berhak jadi Luna kita adalah mate kita! Pasangan kita yang telah ditakdirkan oleh Moon Goddes! Camkan itu!!" Ucap Mario dengan penuh penekanan.

"Oke.. oke.. Ri, aku turutin kata-katamu itu." Putus Melvin pada akhirnya karena tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini.

Dia dan Mario, wolfnya terlalu sering berdebat. Mereka berdebat tentang apa saja, bahkan masalah sepele sekalipun. Apalagi dengan Melvin yang menyukai Abigai namun Mario tidak memberi restu. Membuat perdebatan mereka semakin menjadi.

Melvin berjalan menuju lapangan untuk memantau keadaan lomba. Tiba-tiba hidungnya mencium bau harum yang sangat menyengat. Bau bunga lily of the valley, madu, dan vanila yang sangat manis. Perpaduan yang aneh, tapi menjadi candu untuk Melvin.

Melvin mengikuti dari mana bau ini berasal. Saat tiba di lapangan futsal, gue melihat seorang gadis cantik sedang menggiring bola dengan lincah. Dia tampak sangat bersemangat dan sangat fokus dengan jalannya permainan.

Mario sedari tadi tak ada hentinya menyebut kata 'mate' dengan terus menerus.

"Mate!"

"Dia mate kita, Vin!"

"Oh, Moon Goddes! Mate kita ternyata sangat cantik!!"

"Cepat tandai dia, Vin!"

"Mate! Mate! Mate!"

Telinga Melvin berdengung karena perbuatan yang terus berbicara dengan suara keras Mario.

"Diamlah, Ri! Aku udah tau!" Tegur Melvin pada Mario.

Mario akhirnya diam, menghentikan celotehannya yang tidak berfaedah menurut Melvin

Melvin lega, akhirnya Mario tidak berisik lagi di dalam kepalanya, sangat membuat pusing dan membuat telinga berdengung.

Melvin mengamati gadis yang menjadi matenya. Dia adalah kapten tim futsal di sekolah ini.

Melvin berpikir kenapa dari dulu dia tidak tau kalau gadis itu orangnya? Kenapa Melvin bisa sebodoh itu?

Mate Melvin adalah Adlina Brave Jeslyn Adelicia. Murid perempuan yang menjadi primadona karena kecantikan dan kepandaiannya dalam bermain futsal. Serta beberapa rahasia yang dia pendam dalam-dalam.

TBC

Maaf kalo typo...

Nah, seperti spoiler yang gue masih minggu lalu. Adlina akhirnya bertemu dengan matenya. And, mate
Adlina adalah Melviano Alvaro Carles! Sebelumnya, Melvin pernah muncul di chapter 10. Masih inget gak? Kalo gak inget coba baca lagi.

(Sudah direvisi)

ADLINA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang