Extra Part 3

7.5K 655 38
                                    

Melvin belum pulang kerja selama 4 bulan terakhir. Sementara Adlina yang kelelahan mengurus kelima anaknya, bingung meminta bantuan pada siapa karena Nancy sedang hamil tua dan sebentar lagi akan melahirkan anak ketiga.

"Apa perlu aku telfon Hans? Mungkin iya," gumam Adlina pelan.

Ia merogoh saku celana pendeknya, mencari benda pipih berbentuk persegi panjang itu. Setelah mendapatkannya, Adlina segera mencari kontak bernama 'Hans', kemudian menekan ikon telfon.

"Bentar, ngapain aku telfon Hans kalo kita bisa mindlink?" Ucap Adlina bermonolog.

"Kamu goblok sih. Kelamaan ngurus anak sama rumah bikin instingmu tumpul!" timpal Diandra.

"Hust! Diem kamu, Ndra!"

Tut...

"Halo, Lin? Tumben telfon, biasanya juga mindlink," Ucap seseorang di seberang telfon.

"Eh? Iya, aku lupa," balas Adlina dengan kikuk.

Hans tertawa terbahak-bahak.

"Cukup, Hans! Aku ada tugas penting buat kamu," ucap Adlina.

"Ya? Saya siap melakukan perintah dari, Luna!" Balas Hans.

"Ternyata kamu belum lupa kalo aku Lunamu. Oke, aku minta tolong jagain anak-anakku dong," pinta Adlina.

Kening Hans mengkerut, "di rumah gak ada siapa-siapa, Lin?"

"Gak ada. Cuma aku sama anak-anak," jawab Adlina, suaranya sedikit melemah.

"Oke! Aku ke sana sekarang!" Ucap Hans.

"Thanks, Hans."

Tut... tut... tut...

Adlina terduduk di kursi ruang makan, ia menelungkupkan kepalanya dilipatan lengannya.

Sepertinya benar kata Diandra, instingnya menjadi tumpul serta energinya tidak terisi karena jarang berburu.

"Lin, aku rasa kamu harus berburu malam ini untuk memulihkan energimu," ucap Diandra.

"Terus anak-anakku gimana? Gak mungkin 'kan aku tinggal," tanya Adlina lesu.

Diandra diam, tidak menjawab pertanyaan tersebut karena dirinya sendiri juga bingung ingin menjawab apa.

Berselang beberapa menit kemudian, Hans sudah berada di dalam rumah Adlina, memcari keberadaan Luna Red Moon Pack itu.

Hans mengendus udara, penciumannya mengarahkannya pada ruang makan. Dan benar saja, Adlina sedang tertidur, di sampingnya ada Ulrich, anak ketiga Adlina, yang seolah sedang menjaga ibunya dari bahaya.

"Ulrich? Kenapa Ulrich di sini?" Tanya Hans berjongkok untuk menyesuaikan tingginya dengan Ulrich.

"Jagain Buna," jawabnya.

Hans mengusap puncak kepala Ulrich, "emangnya Buna Ulrich kenapa?" Tanya Hans.

"Capek, akit,"

Pandangan Hans tertuju pada Adlina, ia berniat menyingkirkan rambut panjang yang menutupi wajah Adlina, namun niatnya tertahan karena Ulrich menarik celananya pelan.

"Om mawu napain?" Tanya Ulrich dengan wajah penuh kecurigaan.

"Om cuma mau ngecek keadaan Bunanya Ulrich, gak apa 'kan?" Tanya Hans.

"Om nda jaat?" Tanya Ulrich lagi.

Hans menggeleng, kemudian menyentuh kening Adlina yang ternyata panas, bukan hangat. Hal iti tentu saja membuat Hans panik, namun ia harus menyembunyikan kepanikannya agar Ulrich tidak ikut panik.

ADLINA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang