Author POV
"Sya, ikuti aku,"
Abigail menarik tangan Tessya menuju kamar mandi, meninggalkan teman-temannya yang menatap mereka dengan tatapan aneh.
"Ada apa dengan mereka?" Tanya Yuna, si gadis berkulit pucat.
"Entahlah, mereka berdua agak aneh setelah melihat kemesraan Melvin dengan si ketua tim futsal cewek itu," jawab Joe, gadis berambut sebahu itu mengedikkan bahunya.
"Kayaknya ada sesuatu deh di antara mereka," Cefara si gadis berbadan kurus menatap Abigail dan Tessya penuh kecurigaan.
"Ya udah yuk, kita ke kelas aja." Ucap salah seorang di antara mereka, sebut saja Wina.
Yuna, Joe, Wina, dan Cefara pergi meninggalkan koridor, kemudian masuk ke dalam kelas.
🍁🍁🍁
"Ada apa sih narik-narik!" Ucap Tessya mencoba melepaskan cekalan tangan Abigail.
"Bisa diem gak?" Tanya Abigail menutup mulut Tessya dengan telapak tangannya.
Tessya mengangguk singkat, Abigail melepaskan tangannya dari mulut Tessya.
"Oke, langsung ke intinya. Aku tau kamu membenci Adlina-"
"Dari mana kamu tau kalau aku benci sama Bitch itu?" Tanya Tessya memotong ucapan Abigail.
Abigail terkekeh kecil.
"Siapa pun tau kamu membenci Adlina, tatapan matamu itu menunjukkan semuanya," jawab Abigail.
Tessya mendengus, "jadi apa urusannya sama kamu?!" Tanya Tessya ngegas.
"Jujur, aku juga membenci Adlina. Jadi, bagaimana kalau kita bekerja sama memberi pelajaran pada Adlina?" Ajak Abigail.
Tessya membelalakan matanya.
"Wah gila! Sekertaris OSIS kelakuannya kayak uler gini? Ckck!" Ucap Tessya.
"Kamu pikir aku gak tau apa yang kamu lakukan saat malam hari? Main sama om-om? Mabuk? Jadi kupu-kupu malam, eh?" Abigail tersenyum miring, menatap remeh ke arah Tessya.
Hal itu tentu saja memancing emosi Tessya.
Walaupun mereka berdua satu genk, namun perseteruan antara Abigail dan Tessya tidak pernah bisa terhindar. Sering kali mereka berseteru karena sesuatu hal sepele.
"Tutup mulut busukmu itu, Jalang!" Teriak Tessya menunjuk tepat ke arah Abigail.
"Jalang teriak jalang," ucap Abigail.
Dengan geram Tessya menghampiri Abigail dan menarik rambut hitam Abigail.
"Tau apa kamu soal hidupku, hah? Jangan cepat menyimpulkan sesuatu hanya dari luarnya!" Tessya melepaskan cengkraman tangannya ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka.
Dengan segera mereka berdua pura-pura sedang membicarakan seputar salon perawaran rambut untuk mengalihkan perhatian Cefara.
"Kalian kenapa masih di sini? Sebentar lagi bel masuk bunyi," ucap Cefara.
Abigail mengambil langkah terlebih dahulu, sebelum itu ia berbisik dengan lirih tepat di telinga Tessya.
"Tawaranku soal memberi pelajaran kepada Adlina belum hangus, kalau kamu mau ikut, pergilah ke gedung belakang pulang sekolah nanti." Bisik Abigail, setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan Tessya yang tengah mengepalkan telapak tangannya, sedangkan Cefara menatap curiga.
"Sebenarnya ada apa dengan kalian?" Tanya Cefara menatap Tessya meminta penjelasan
"Bukan urusanmu, Cef," jawab Tessya merapikan riasan di wajahnya.
"Dengan kamu menjawab seperti itu malah membuatku menjadi semakin curiga pada kalian," ucap Cefara memicingkan matanya pada Tessya.
Tessya memasukkan peralatan make upnya ke dalam tas khusus yang dibawanya. Ia menatap Cefara.
"Terserah." Tessya segera berlalu meninggalkan Cefara.
"Sepertinya memang ada yang sedang mereka rencanakan." Gumam Cefara, ia berlari saat mendengar bel masuk yang berbunyi dengan nyaring.
🍂🍂🍂
Baiklah, mari kita beralih dari Tessya dan Abigail pada Adlina.
Perasaan Adlina sedari tadi tidak tenang, ia merasa ada sesuatu yang sedang mengincar dirinya.
'Lebih baik aku lebih waspada,' batin Adlina.
"Hey, Lin. Kamu kenapa? Masih sakit? Perlu ke UKS?" Tanya Nancy khawatir.
Adlina menggeleng pelan, "gak apa, aku cuma agak lemas aja," jawabnya.
"Kalau ada apa-apa bilang aja, oke?" Ucap Nancy.
Adlina mengangguk, kemudian ia kembali fokus pada mata pelajaran yang sedang dijelaskan.
'Semoga bukan apa-apa. Kalau benar ada apa-apa bisa gawat ini. Kondisi tubuhku belum pulih,' batin Adlina masih saja gelisah.
"Ada apa, Lin?" Tanya Diandra yang ikut merasakan kegelisahan Adlina.
"Ndra, aku merasa kalau ada yang akan mencelakakan kita," jawab Adlina memainkan bolpoin yang berada di tangan kanannya.
"Kamu yakin?" Tanya Diandra lagi.
"Aku yakin. Firasatku jarang banget salah. Malah hampir selalu benar. Ugh, kalau sampai ada apa-apa aku harus bersiap," jawab Adlina mencoba fokus.
"Kamu harus terus waspada, bahaya bisa mengincar kita di mana saja." Pesan Diandra.
Adlina mengangguk singkat. Indranya mulai menajam karena waspada. Ia tidak boleh kecolongan.
'Oh Moon Goddes, tolong lindungi aku.' Adlina berdoa dalam hati.
TBC
Sorry for typo🙏...
.
.
.
.
.
.
Hola hallo guys!!
Gimana puasanya? Lancar? Udah ada yang bolong belum? Gue puasanya udah bolong masa:v Wkwk.Okelah, kira-kira rencana apa yang akan dilakukan Tessya dan Abigail? Siapakah Cefara itu? Apakah dia baik? Atau buruk?
Ternyata di chapter 31 rencana duo laknat itu belum terkuak. Baiklah, apakah di chapter 32 kita akan mengetahui rencana mereka? Kita lihat saja nanti, wkwk.
Jangan lupa vote dan comment yak!
⭐➡🌟✔
Okay, see you next week and thank you, guys!!!
🔥🔥🔥
Vuur Meisje.
(Sudah direvisi)
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...