Author POV
"Enak 'kan, Lin?" Tanya Nancy.
Adlina mengangguk, mengangkat ibu jarinya.
Nancy kembali tersenyum bangga, tiba-tiba ia langsung menyambar piring berisi rendang yang sedang Adlina makan kemudian memindahkannya di sofa bersama barang-barangnya, mengganti rendang itu dengan bubur yang awalnya akan dia makan.
Adlina melotot marah, tidak terima makanan kesukaannya diambil dan diganti dengan makanan lain.
"Apaan sih kamu?" Ucapnya sewot.
Nancy mendekatkan bibirnya pada telinga Adlina, berbisik pelan sekali.
"Ada Alpha William sama Papih, aku takut mereka marah," bisiknya.
Adlina terkesiap, mengusap bibirnya dengan tisu basah dan memakan permen agar bau rendang itu menghilang. Sementara Nancy berusaha menyemprot pengharum ruangan agar menyamarkan bau rendang. Walaupun sebenarnya akan sia-sia karena penciuman dua werewolf kelas atas itu sangat tajam, setidaknya Nancy sudah berusaha.
Ceklek.
Pintu kamar inap Adlina terbuka, menampilkan dua orang pria berperawakan gagah yang menatap penuh selidik.
"Gimana?" Tanya Alpha William.
Adlina dan Nancy mengernyit, bingung dengan pertanyaan Alpha William yang terkesan ambigu.
"Gimana apanya?" Tanya balik Adlina.
"Keadaanmu," ucap Alpha William.
Adlina mengangguk paham, "baik, mungkin lebih baik dari kemarin," jawab Adlina.
Beta Rendy menatap Adlina yang sedang memangku semangkok bubur, ia menatap curiga.
"Tumben kamu mau makan bubur?" Tanya Beta Rendy.
"Uhuk!" Nancy tersedak biji apel yang sedang dimakannya. Semoga saja biji itu tidak tumbuh di perut Nancy.
Beta Rendy mengusap punggung anak perempuannya, kemudian memberikan sebotol air yang berada di samping Nancy duduk. Nancy segera meminumnya dengan cepat.
"Ah, thanks, Pih!" Ucap Nancy.
Beta Rendy mengangguk.
Adlina berpikir keras untuk menjawab perkataan Beta Rendy, karena ia tidak bisa berbohong di depan werewolf itu. Sepertinya lebih baik ia mengalihkan pembicaraan saja.
"Lho? Papih kok ikut ke sini sih? Memangnya udah sembuh?" Tanya Adlina, jantungnya berdegup kencang.
"Belum, tapi sudah mendingan," jawab Beta Rendy.
Adlina bertanya apapun yang sebenarnya memang ingin ia ketahui dan tentu saja untuk menghindari pertanyaan Beta Rendy seputar bubur.
Ceklek.
Pintu kembali terbuka, kali ini menampilkan Adlan, Hans, dan Arnold.
Alpha William menatap Arnold dengan tatapan yang sulit diartikan.
Arnold menarik kaos bagian belakang Adlan, seolah memberi isyarat pada kakaknya. Adlan menoleh, menepuk bahu Arnold beberapa kali.
"Udah baikan, Lin?" Tanya Adlan sekedar basa-basi, tapi sebenarnya dia memang khawatir.
Adlina mengangguk, "lumayan," jawab gadis itu.
Adlan berganti menatap Alpha William, membawa Arnold untuk berada di sampingnya.
"Pa, ini Arnold. Nama lengkapnya Arnold Willrose Carles Ashmore, dia anak bungsu Papa, adik Adlan dan Adlina," ucap Adlan memperkenalkan Arnold pada Alpha William.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...