Chapter 39

10.2K 755 66
                                    

Author POV

"Namaku adalah Envyeta, alias iri hati. Jadi sifat iri sudah mendarah daging," ucap Cefara.

"Kalau soal nama, bukannya nama kita memang mencerminkan sifat kita masing-masing ya? Sama sepertiku, Lustio yang artinya hawa nafsu," ucap Lustio.

Cefara terdiam, masih mendengarkan percakapan ketiga orang yang sedang bercakap-cakap di ruang tamu.

"Kak Lust," panggil Cefara.

"Hm? Ada apa?" Tanya Lustio.

"Oh iya, sebelum itu, jangan panggil aku dengan panggilan Lust, aku tidak suka nama itu, panggil saja Lustio," lanjut Lustio.

Cefara mengangguk, "maaf, kak,"

"Ya, tak apa," balas Lustio.

"Kak Lustio, apakah kita ini bukan anak kandung Daddy sama Mommy?" Tanya Cefara.

Kening Lustio mengernyit, ia menatap Cefara dengan tatapan bingung.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Sudah jelas kita itu anak dari dua penyihir hitam itu," jawab Lustio sambil menunjuk Darkness dan Avaritia dengan dagunya.

"Eum.. Kak, sebaiknya kita berpindah tempat, sepertinya mereka akan merasakan keberadaan kita," ucap Cefara, ia menggenggam jemari Lustio, kemudian berteleportasi.

Mereka tiba di sebuah hutan yang auranya sangat mencekam.

"Aku ulangi pertanyaanku, kenapa kamu bertanya seperti itu?"

Cefara terdiam sejenak, kemudian kembali menatap wajah menawan Lustio yang mirip dengan Darkness.

"Kak Lustio sepertinya memang anak mereka. Tapi tidak denganku. Aku lemah, tak berguna, tidak seperti Kak Lustio dan Kak Devilene. Aku berbeda, bahkan aku tidak ada mirip-miripnya dengan mereka," ucap Cefara duduk di atas tanah yang diselimuti oleh daun kering, menumpu dagunya dengan kedua telapak tangan.

Lustio terkekeh, ia mengusap pelan puncak kepala adik bungsunya dengan sayang.

"Kau tau, aku lihat sendiri kalau Mommy melahirkan dirimu dan Devilene. Mungkin kalau soal mirip atau tidaknya gara-gara kamu anak sisa," ucap Lustio, ia mulai mengepang rambut hitam adiknya.

"Maksud, Kakak?" Tanya Cefara tidak paham.

Lustio menghela napas, "begini, Envyeta. Aku melihat sebuah postingan seorang manusia di IG. Postingan itu berisi soal anak pertama, kedua, dan ketiga. Anak pertama dan kedua wajahnya lumayan mirip, kemudian yang ketiga sama sekali tidak mirip. Lalu, ada seseorang yang berkomentar seperti ini 'anak pertama itu percobaan, anak kedua berhasil, dan anak ketiga adalah sisa.' Nah, dari sini kamu paham apa maksudku?" Tanya Lustio.

Cefara menggeleng, ia memainkan daun kering di tangannya.

"Aku tau Kak Lustio pintar, tidak seperti aku yang bodoh ini. Tapi bisakah Kakak tidak bicara berbelit-belit?" Tanya Cefara mengerucutkan bibirnya.

Lustio menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, dirinya bingung bagaimana cara menjelaskannya pada Cefara. Apakah memang ucapannya sulit dimengerti untuk gadis seusia Cefafa? Ataukah memang dirinya yang terlalu pintar? Entahlah, Lustio tidak tau itu. Memikirkannya hanya membuat kepalanya semakin pusing.

"Baiklah, intinya begini saja. Kalau kamu ingin seperti Devilene, ingin menjadi unggul, berusahalah! Jangan hanya mengeluh dan mengiri. Tidak semuanya didapat secara instan, kamu harus berusaha terlebih dahulu," ucap Lustio menasehati.

"Kemudian, kamu janganlah lekas putus asa. Kamu lihat? Aku ini biasa-biasa saja, aku lebih sering dibanding-bandingkan daripada kamu. Aku bahkan hanya bisa bermain-main dengan nafsu. Aku tidak bisa menggunakan sihir," lanjut Lustio.

ADLINA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang