Author POV
Adlina berjalan pelan, ia masih memikirkan pengelihatan dari ingatan Tessya.
'Apa tujuan mereka melakukan ini semua?' Batin Adlina.
Adlina masuk ke dalam ruangan sang nenek tanpa mengetuk pintu. Dia sudah tau kakek dan neneknya ada di dalam.
Adlina menundukkan badannya dengan hormat, "Opa, Oma, ada yang ingin saya bicarakan dengan kalian," ucapnya.
Mrs. Juliet mengangguk.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Mrs. Juliet.
Adlina menegakkan badannya, ia menatap Oma dan Opanya secara bergantian.
"Ini tentang penyerangan itu. Saya sudah tau siapa yang menyamarkan aroma Tessya. Dia adalah Ilene Abigail," ucap Adlina to the point.
Mr. Albert membelalakan matanya, "Ilene Abigail?" Tanyanya.
Adlina mengangguk, "ya, Ilene Abigail. Siswi kelas XII IPA 1," jawab Adlina.
Mrs. Juliet menghampiri Adlina, mempersilahkannya untuk duduk di sebuah sofa panjang berwarna coklat tua yang tampak empuk.
"Dari mana kamu tahu kalau itu adalah Abigail?" Tanya Mrs. Juliet yang ikut duduk di sebelah Adlina.
"Tadi saya sempat membaca ingatan Tessya," jawab Adlina.
"Apakah Abigail adalah penyihir?" Gumam Mr. Albert.
Adlina bersandar pada sandaran sofa, "pastinya, tapi kita tidak tau dia white witch atau black witch," ucap Adlina yang mendengar gumaman Mr. Albert.
"Biar Oma yang mengurusnya," ucap Mrs. Juliet.
Adlina menatap sang Oma, ia mengangguk setuju. Sedetik kemudian Adlina bangkit dari duduknya, berlari keluar dari ruangan Mrs. Juliet dengan secepat kilat.
Hidungnya mengendus udara, kemudian menggeram pelan.
"Sial, kita kecolongan," gumamnya.
Mr. Albert dan Mrs. Juliet datang menyusul Adlina yang berdiri di tengah koridor yang sepi dengan posisi siaga.
"Ada apa?" Tanya Mr. Albert.
Mata hijau Adlina mengkilat, "kita kecolongan, ada yang menguping pembicaraan kita," jawab Adlina dengan nada datar.
"Siapa?" Sekarang giliran Mrs. Juliet yang bertanya.
"Entahlah, saya tidak sempat mengejar. Saya tadi hanya bisa merasakan kehadirannya, aromanya sama sekali tidak bisa dideteksi," jawab Adlina.
"Ya sudah, saya ijin untuk kembali ke kelas, sebentar lagi bel masuk berbunyi, permisi." Lanjut Adlina, ia berjalan santai.
Mr. Albert dan Mrs. Juliet saling pandang, mereka berbicara melalui pikiran, agar tidak kecolongan lagi.
🍃🍃🍃
Sementara di sisi lain ada Cefara yang baru saja menguping pembicaraan Adlina, Mr. Albert, dan Mrs. Juliet.
Sesaat sebelum Adlina mengetahui keberadaannya, Cefara langsung berteleportasi. Cefara tidak menyangka Adlina bisa mengetahui keberadaannya, padahal ia sudah meminum ramuan dari Abigail.
"Dia bukan werewolf biasa, kemampuannya terlalu hebat dari pada werewolf lainnya," gumam Cefara.
"Aku akan melaporkan pada kak Ilene pulang sekolah nanti." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...