🎶"Without you, I feel broke,
Like I'm half of a whole,
Without you, I've got no hand to hold,
Without you, I feel torn,
Like a sail in a storm~
Without you, I'm just a sad song,
I'm just a sad song."🍃
~Sad Song - We the Kings ft. Elena Coats~🌿🌿🌿~
Author POV
"Kamu gak boleh bilang gitu, Lin!" Ucap Adlan memperingati.
Wajah lelaki itu nampak sangat khawatir pada kondisi Adlina. Padahal tadi Adlina baru saja tersenyum bahagia, sekarang? Ia sedang dalam keterpurukan dan keputusasaan.
"Iya, Lin! Kamu harus tetap menjalani kehidupanmu!" Timpal Nancy.
Perlahan kepala Adlina menoleh ke arah Nancy, tatapan matanya kosong, terlihat sangat menyeramkan dan tentu saja membuat bulu kuduk Nancy meremang.
"Untuk apa aku menjalani kehidupan, kalau separuh jiwaku udah gak ada. Untuk apa aku tetap menjalani kehidupan, kalau aku udah gak punya tujuan untuk hidup," ucap Adlina.
"Lebih baik, aku mati aja. Gak ada gunanya aku hidup," lanjutnya.
Alpha William menggeram marah, ia mencengkram dagu Adlina.
"Kau harus tetap di sini! Belum saatnya kau mati! Moon Goddess tidak akan suka perkataanmu!" Ucap Alpha William penuh penekanan.
Kedua manik abu-abu itu beradu, Adlina diam seribu bahasa, sementara cengkraman tangan Alpha William mulai melemah.
Mata Adlina berwarna hijau, warna mata khas para White wolf, tapi sekarang mata itu berubah menjadi abu-abu.
Dengan pelan, Alpha William berjalan mundur.
Beta Rendy menatap penuh tanda tanya, "ada apa?"
Alpha William menggeleng pelan, "tidak, tidak ada apa-apa," jawab Alpha William, ia tidak ingin mereka mengetahui bahwa White wolf satu-satunya di Immortal sudah tidak ada.
"Aku tahu kau berbohong, Will. Katakan yang sebenarnya," ucap Beta Rendy.
"Sudah kukatakan tidak ada apa-apa!" Alpha William menatap tajam Beta Rendy.
"Lebih baik kalian pergi, biarkan Adlina beristirahat untuk memulihkan kondisi badannya. Aku akan memanggilkan dokter," ucap Alpha William.
"Biar aku saja yang memanggil dokter. Baiklah, kami pergi dulu." Beta Rendy menggiring Nancy, Hans, dan Arnold untuk keluar dari ruangan Adlina seperti perintah Alpha William.
Adlan terdiam, ia menatap sang ayah dan adiknya.
"Diandra benar-benar menghilang ya?" Gumam Adlan pelan.
Alpha William menoleh, "sepertinya. Kau juga menyadarinya?" Tanya Alpha William.
Adlan mengangguk, berjalan menuju tempat Adlina terduduk. Adlan mengusap puncak kepala Adlina dengan lembut.
"Ya, Adlan menyadarinya. Mata hijau Adlina berubah menjadi abu-abu seperti mata kita," jawab Adlan.
"Papa, apakah ada cara untuk mengembalikan Diandra?" Tanya Adlan menatap Alpha William penuh harap.
"Aku tidak tahu,"
Adlan menundukan kepalanya. Ia tidak bisa membayangkan kehilangan mate dan wolfnya secara bersamaan, itu pasti sangat berat.
"Di mana Melvin?" Tanya Adlina.
Alpha William dan Adlan terkejut.
"Di mana Melvin?" Adlina mengulangi pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...