Chapter 11

17K 1.3K 34
                                    

Author POV

Nancy menghela napas lelah, duduk bersandar pada tembok kamar Adlina yang dilapisi wallpaper berwarna abu-abu muda bercorak bulu-bulu angsa dengan malas dan bosan.

Nancy menatap Adlina yang masih pada posisi sejak setengah jam yang lalu. Baterai ponsel Nancy sekarang habis karena digunakan terus-menerus. Adlina sepertinya sangat nyaman pada posisinya itu, dia hanya bergerak saat kakinya sudah pegal.

"Mell?" Mindlink Nancy pada Camella.

"Hm?" Balas wolf betina itu.

"Gabut!!" Rengek Nancy.

"Ya terus?" Tanya Camella malas.

"Enaknya ngapain?" Tanya balik Nancy.

"Kalo kamu bosen di sini, ajakin Adlina pulang lagi. Kali aja dia mau," saran Camella.

Nancy mengikuti saran dari Camella.

"Lin, pulang yok!" Ajak Nancy berkali-kali pada Adlina dan jawabannya tetap sama, yaitu "Ngga!"

Sudahlah, Nancy menyerah mengajak Adlina pulang, gadis ini akan tetap pada pendiriannya. Masalahnya, kalau Adlina tidak mau pulang kemudian malah bertemu Alpha William dan jalang barunya, bakal terjadi perang dunia ke-7, Nancy berlebihan.

Padahal sebelumnya, Adlina enggan untuk singgah di Pack, tapi kenapa sekarang dia tidak mau pulang? Entahlah, Nancy pun tidak tau.

"Oke oke terserah, tapi kalo kamu berantem sama Alpha William atau jalangnya, aku gak mau ikut campur!" Ucap Nancy pada akhirnya.

Adlina tertawa sambil terus menatap ke arah jalanan. Tangannya mencengkram pagar pembatas balkon di kamarnya.

Angin malam yang dingin berhembus. Adlina tampak mengendus sesuatu, senyum miringnya terbit.

"Ah, ternyata jalang barunya dia," gumamnya.

Dia? Dia siapa? Batin Nancy bertanya.

10 menit kemudian sebuah mobil mewah berwarna hitam masuk ke dalam halaman Pack. Seorang pria dan wanita keluar dari mobil itu.

Tunggu dulu, itu bukannya Alpha William? Tapi wanita itu... Nancy seperti pernah melihatnya.

Nancy terkejut ketika sudah mengingat wajah wanita itu.

'Dia 'kan-!'

"Tessya," celetuk Adlina tiba-tiba seolah menjawab pertanyaan di benak Nancy.

Nancy menatap Adlina dengan serius.

"Jadi ini alasanmu gak mau aku ajakin pulang?" Tanyanya sambil berkacak pinggang.

Senyum miring Adlina belum hilang dari wajah cantiknya.

"Kamu tau aja," jawab Adlina.

"Mau lihat perang dunia ke-7 gak? Katanya waktu di sekolahan tadi urusanmu sama Tessya belum selesai. Nah, ayo kita selesaikan bersama dengan cara ke'bar-bar'an," ucap Adlina membuka pintu kamarnya dan mulai menuruni tangga menuju ruang tamu.

Eh? Benar juga. Nancy sendiri yang berkata bahwa urusannya dengan Tessya belum selesai. Tapi apakah memang harus diselesaikan dengan cara ke'bar-bar'an? Yah, terserah saja. Nancy hanya akan mengikuti cara Adlina.

Nancy mengikuti langkah Adlina, sesampainya di ruang tamu, Nancy melihat Adlina, Alpha William, dan Tessya saling pandang dengan ekspresi yang berbeda-beda.

"Eh, ternyata ada kamu, Sya. Kamu ngapain di rumah Papaku? Atau jangan-jangan kamu dipungut sama Papaku ya? Keluargamu udah bangkrut? Kalau iya, aku turut prihatin ya," ucap Adlina sok dramatis.

"Adlina! Jaga ucapanmu!" Tegas Alpha William.

"Pa, aku 'kan tadi sore udah bilang kalau mulut aku emang suka ceplas-ceplos, jadi maklumi aja oke?" Ucap Adlina, jarinya membentuk huruf 'o'.

Tumben Adlina mau menyebut Alpha William dengan panggilan 'papa'. Nancy menatap heran.

"Eum... dia anak Om?" Tanya Tessya menunjuk Adlina.

Mata Tessya tampak sayu dan tubuhnya sedikit sempoyongan, sepertinya dia mabuk.

"Jangan panggil 'om' dong, panggilnya William saja, seperti di club," ucap Alpha William merengkuh pinggang Tessya.

Ucapan Alpha William yang menjijikan membuat Nancy serasa akan muntah. Bagaimana bisa pria itu mengucapkannya dengan mudah?!

"Apa?! Club?! Jadi kamu beneran jalang, Sya?! Ck ck ck, jadi keluargamu itu emang bangkrut ya?" Tanya Adlina pura-pura syok.

Terdengar isakan dari bibir Tessya yang dipolesi lipstick berwarna merah menyala.

"A... aku... bukan jalang hiks... emang kalo cewe pergi ke club itu pasti jalang? Gak 'kan? Hiks... kenapa kamu malah menjelek-jelekan keluarga aku? Hiks... hiks... apa aku serendah itu di mata kamu? Hiks..." tangis Tessya dengan air mata buayanya.

TBC

Pendek? I'm so sorry....
Beberapa hari ini gue lagi kena writer's block.

Bagi yang belum tau writer's block adalah keadaan di mana seorang penulis tidak dapat menuangkan segala idenya ke dalam tulisan. Pikiran menjadi buntu, otak terasa kaku, seolah ada yang menghalangi keluarnya gagasan. Tak satu pun kata, apalagi kalimat atau pun paragraf yang mampu dihasilkan oleh sang penulis.
~kompasiana.com

Nanti kalo otak gue udah agak fresh, gue bakal up lagi. And, thanks yang udah baca dan comment cerita gue ini.

(Sudah direvisi)

ADLINA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang