Author POV
Adlina menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya. Jujur kali ini ia sedang ketakutan. Entah dari mana datangnya rasa takut itu. Padahal namanya mencerminkan keberanian. Brave yang artinya berani.
Adlina menatap sang Ayah yang sedang berbicara dengan pimpinan pasukan lawan. Arah pembicaraan mereka tidak begitu jelas. Terkadang mereka membahas masa lalu, anak, peperangan dan berakhir pada ujaran kebencian.
Darkness, pimpinan para black witch, menunjuk pasukan werewolf di depannya, ia mengawali serangan dengan asap hitam tebal yang beracun.
Para werewolf menahan napas sebisa mungkin agar tidak menghirup asap beracun yang kemungkinan diracik oleh sang ahli racun, Abigail.
Alpha William menggeram, ia kemudian bertukar shift dengan serigalanya. Mendengar lolongan Alpha Winston (wolf Alpha William) yang kedua kalinya, para werewolf itu meyerang.
Adlina dan yang lainnya menarik busur panah mereka, ada pula yang sedang mengarahkan senjata api mereka pada pasukan black witch. Kelemahan dari black witch adalah api, tapi mereka tidak bisa hanya dibakar, mereka harus menerima serangan bertubi-tubi agar tubuhnya tidak bisa meregenerasi dan agar sihir perlindungan mereka lenyap karena kehabisan energi.
"Kalian siap?" Mindlink salah seorang werewolf dari barisan hantu.
"Ya, kami siap!" Balas mereka.
'Flechas de fuego...' Adlina semakin menarik busur panahnya ke belakang saat anak panahnya sudah mengeluarkan percikan api, ia membidik lawannya, 'start!'
Srett!
Anak panah pertama yang melesat, diikuti ratusan lainnya. Suara tembakan pun mewarnai pertarungan itu.
"Sialan! Kalian urusi para sniper dan archer itu! Mereka adalah kunci kemenangan! Karena mereka memiliki kelemahan kita!" Ucap black witch yang lain.
Black witch menyerang brutal, mereka tau kalau para archer dan sniper itu bersembunyi di atas pohon. Dengan sangat terlatih, barisan hantu menghilang dari atas pohon, dan berpindah tempat tepat di belakang black witch.
"Serang, jangan sampai ada yang tersisa," mindlink Adlina setelah mendapatkan kembali keberaniannya.
Srettt!!
Serangan kedua tepat sasaran. Anak panah Adlina mengenai punggung seorang black witch. Black witch itu pun hanya merintih kesakitan.
"Fuerza de canalización," Adlina membagikan kekuatan panah apinya untuk para archer, walaupun energinya akan cepat habis dengan penyaluran kekuatan itu.
"Jangan ragu untuk melepaskan anak panah kalian. Aku udah membagi sebagian kekuatan panah apiku pada kalian. Jadi kalian tidak perlu takut api itu akan padam," lanjut Adlina.
Perkataannya itu membuat semangat para archer semakin membara. Mereka tak ragu melepaskan anak panah untuk lawan.
Sementara di sisi lain...
🍁🍁🍁
"Grrrr!!!" Camella menggeram.
Ia bertukar dengan Nancy karena she-nya itu tidak begitu mahir menggunakan senjata. Namun percayalah, pertahanan Nancy dan Camella sulit untuk diruntuhkan. Selain terkenal dengan larinya yang cepat, mereka juga dikenal karena pertahanannya.
"Tahan, Mell. Aku tau kamu bisa," ucap Nancy melihat wolfnya kualahan dengan black witch yang berusaha menerobos masuk ke dalam White Moon Pack.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...