Chapter 18

15.8K 1.3K 12
                                    

Author POV

"Melvin!!"

Mario dan Diandra menoleh dengan serentak.

"Melvin, kamu kenapa di sini?" Tanya Abigail.

Benar saja, orang yang meneriakkan nama Melvin adalah Abigail, sekertaris OSIS yang ingin Melvin jadikan pengganti matenya.

Tangan Abigail menggandeng tangan Melvin yang tubuhnya sedang diambil alih oleh Mario.

"Grr!!" Mario menggeram marah, tidak sudi tangannya dipegang oleh Abigail.

Abigail terkesiap, dia segera melepaskan tangannya dari Mario, tidak tau kalau itu adalah Mario bukan Melvin. Abigail tersenyum canggung.

"Eh? Maaf,"

"GRRR!!"

Sekarang giliran Adlina yang menggeram. Mata Adlina berubah kembali menjadi hijau, Adlina sudah kembali mengambil alih tubuhnya yang tadi diambil alih oleh Diandra.

Adlina berjalan mendekati Mario, lalu menyeretnya menuju ke samping tubuhnya, berusaha melindungi Mario dari Abigail.

"Heh! Kamu apa-apaan sih tarik-tarik Melvin?! Hey, mendingan kamu pergi jauh-jauh dari Melvin! Melvin itu mateku!" Abigail ikut menarik tangan Mario.

"GRRR!!!!!" Adlina kembali menggeram.

Bugh!

Tanpa aba-aba, Adlina segera meninju perut Abigail. Dia tersenyum keji. Berani menganggu matenya, maka orang itu akan mendapatkan kemarahan anak kesayangan Moon Goddess.

"Berani banget kamu, Bitch!" Abigail memegangi perutnya yang terasa nyeri. Ternyata kekuatannya besar juga, pikir Abigail yang mengira Adlina hanya gadis werewolf lemah.

Adlina meninju dan membanting tubuh Abigail dengan mudahnya, menimbulkan suara badan Abigail yang terbanting. Abigail tidak sempat membalas serangan Adlina, dia jatuh meringkuk. Melvin tidak bisa membantu Abigail karena Mario menahannya.

"Adlina stop!!" Pekik Nancy yang tidak sengaja lewat bersama Hans.

"Diandra! Tolong kamu ambil alih tubuh Adlina!" Nancy mencekal tangan Adlina, menahan Adlina agar tidak menyerang secara mendadak lagi.

Mata Adlina berubah menjadi berwarna biru. Nancy menghembuskan napas lega, gadis itu melepaskan cekalan tangannya.

"Makasih, Ndra,"

Diandra mengangguk. "Sama-sama,"

Mario atau Melvin memasang wajah cengo penuh dengan tanda tanya.

"Itu mate kita, Vin?" Mindlink Mario.

"Iya, Ri," sahut Melvin.

"Ganas ya? Tapi malah tambah cantik," ucap Mario, Melvin mengangguk menyutujui ucapan Mario.

"Ri, tukeran," pinta Melvin. Mario hanya mengangguk pasrah.

"Kenapa Adlina diambil alih oleh Diandra?" Tanya Melvin bingung.

Nancy menoleh ke arah Melvin.

"Karena sesungguhnya marahnya Adlina lebih menyeramkan dari pada Diandra," jawab Nancy.

"Kenapa?" Sekarang giliran Hans yang bertanya, ia juga sangat penasaran.

"Adlina kalo marah ya gitu, brutal. Kalo Diandra, marahnya lebih kalem," jelas Nancy.

"Jangan lupakan kalau Adlina itu lebih cemburuan dari pada aku," imbuh Diandra.

"Terus sekarang Adlina gimana?" Tanya Melvin khawatir.

Diandra tersenyum hangat, "tenang saja, Adlina masih marah-marah di dalam sana. Apalagi tadi kita membicarakan dirinya," ucap Diandra dengan tenang. Namun tidak dengan Nancy dan Hans yang pucat pasi.

"Kita dalam masalah," lirih Nancy ketakutan, jarinya saling bertaut dengan gelisah.

Melvin yang tidak tau apa-apa hanya menatap bergantian Hans, Nancy dan Diandra. Seolah meminta penjelasan.

"Ada apa ini, Hans?" Melvin berganti bertanya pada Betanya, Hans.

"Kita sedang berada dalam masalah yang rumit, Alpha," jawab Hans sekenanya.

Jujur, ia juga sedang ketakutan sekarang. Amukan Adlina itu memang sangat menakutkan walaupun Hans belum pernah melihatnya.

"Kalian tenanglah, aku sedang berusaha membujuk Adlina agar tidak mengamuk," Diandra melihat ketakutan dari dua temannya pun akhirnya turun tangan untuk meredam emosi Adlina.

Manik biru Diandra menatap dingin Abigail yang masih tergeletak tak berdaya di lantai. Matanya itu memancarkan sinar penuh dendam yang tidak bisa disadari oleh orang lain.

Marahnya Diandra itu memang kalem, tapi tidak ada yang tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya untuk membalas dendam.

"Lebih baik kalian, kecuali kamu, sayang-" Diandra menunjuk Melvin.

"Bawa werewolf satu ini ke UKS. Mungkin akan lebih baik ke rumah sakit saja. Sepertinya, beberapa tulangnya ada yang patah atau mungkin organ dalamnya ada yang rusak," lanjutnya dengan senyuman manis yang seharusnya tidak dia perlihatkan di saat seperti ini.

Ucapan Diandra barusan membuat mereka semua menatap horor ke arahnya.

"Itu bukan salahku," ucap Diandra membela dirinya.

Memang benar bukan Diandra yang melakukannya, namun Adlina. Yang jadi masalahnya adalah mereka berada di satu tubuh yang sama. Jadi ketika yang satu bermasalah, yang lainnya juga ikut kena masalah.

"Kalian cepatlah, sebelum dia menghembuskan napasnya yang terakhir," Diandra menunjuk Abigail.

Nancy dan Hans mulai mengangkat tubuh Abigail menuju UKS, walaupun tidak rela. Diandra masih berbaik hati untuk tidak membiarkan Abigail tergeletak di sana sampai pagi. Berterima kasihlah pada Diandra yang baik hati.

"Eum... Melvin? Sepertinya Adlina marah padamu, maaf aku tidak bisa membantu," Diandra menepuk pelan pundak Melvin, memberinya kekuatan menghadapi amukan Adlina.

Seketika mata Melvin membulat dengan sempurna. Baru saja bertemu tapi langsung bermasalah?

Poor Melvin.

TBC

Sorry for typo.

(Sudah direvisi)

ADLINA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang