Author POV
Adlina menggigit telunjuknya dengan gugup. Bagaimana mungkin dia tidak gugup? Adlina hendak bertemu dengan calon mertuanya.
"Keep calm," mindlink Diandra berusaha menenangkan.
"Tapi aku gugup, Ndra!" Balas Adlina masih dengan menggigit jari telunjuk, berjalan mondar-mandir.
"Selain tenang, kamu juga harus anggun. Gak boleh kamu tampilin tampang datar dan judes itu," ucap Diandra.
"Sejak kapan aku datar?" Tanya Adlina tidak terima, merasa bahwa dirinya tidak datar.
"Gak nyadar dia. Oke abaikan. Sekarang kamu pakai gaun yang dikasih Melvin." Perintah Diandra.
Perhatian Adlina teralihkan pada sebuah gaun pemberian Melvin berwarna baby blue yang cukup feminim. Panjang gaun itu tepat di lutut Adlina.
Adlina memasangkan gaun itu pada tubuhnya, menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin sambil sesekali berputar guna melihat keseluruhan gaun.
"Menurutmu gimana, Ndra?" Tanya Adlina meminta pendapat pada Diandra saat gaun itu sudah melekat dengan indah di tubuh Adlina.
"Bagus kok. Sekarang kamu poles wajahmu dengan make up," jawab Diandra memberi saran.
Adlina berdecak kesal. "Aku gak bisa pake make up,"
"Ya udah, aku ambil alih tubuhmu, biar kubantu," ucap Diandra memberi saran.
Adlina hanya mengangguk dan menyerahkan tubuhnya untuk diambil alih Diandra.
Tangan cekatan Diandra mulai beraksi. Ia memoleskan benda-benda itu di wajah Adlina. Entahlah apa nama benda-benda itu, Adlina tidak mengetahuinya. Yang jelas setelah Diandra memoleskan benda-benda aneh itu, wajah Adlina berubah menjadi lebih cantik. Terlihat natural dan tidak berlebihan.
Setelah merias wajah, Diandra beralih pada rambut coklat Adlina yang terurai. Diandra mengikat rambut Adlina dengan elegan. Ia tersenyum ketika melihat hasil karyanya sendiri di cermin.
"Oke, kamu yang ambil alih sekarang." ucap Diandra.
Adlina kembali mengambil alih tubuhnya, ia tersenyum lebar melihat wajahnya menjadi semakin cantik.
"Perfect! Kamu emang yang terbaik, Ndra!" Ucap Adlina memuji hasil karya Diandra.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi, Nona. Tuan muda Adlan datang," ucap salah satu maid manusia yang ada di rumah Adlina.
Yap! Adlina kembali pulang ke rumah. Dikarenakan Adlina tidak mempunyai gaun di rumah Nancy. Namun pada akhirnya Melvin malah memberikan gaun pada Adlina.
"Bilang kepada Adlan, saya segera turun!" Balas Adlina sambil memasang sepatu.
"Baik, Nona. Akan saya sampaikan. Permisi." Maid itu pun pergi.
'Untuk apa Adlan ke sini? Apa karena aku mate Melvin? Atau mungkin karena aku pergi dan ga ada di rumah Mamih? Oh iya! Nancy apa kabar?! Aku baru teringat Nancy.' Batin Adlina bertanya-tanya.
Baiklah, dari pada penasaran, Adlina akan menemui Adlan sekarang. Adlina menuruni setiap anak tangga yang bercahaya ketika dipijak itu. Saat sudah sampai, Adlina melihat Adlan yang bangkit dari duduknya di sofa.
"Lin? Kamu mau ke mana?" Tanya Adlan heran melihat penampilan Adlina yang berbeda dari sebelumnya.
Adlina tersenyum manis, "Mau ketemu camer," jawabnya malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...