Maaf kalau ada typo🙏
Happy reading all!!Author POV
Tessya menangis dengan air mata buayanya yang mengalir deras. Alpha William segera memeluk Tessya untuk menenangkannya, pria itu menatap Adlina dengan tajam.
"Kau keterlaluan, Adlina! Kau sudah menuduh Tessya jalang sampai dia menangis!" Alpha William membentak.
Adlina terdiam sejenak, ia balik menatap Alpha William dengan tatapan datar andalannya. Sedangkan Nancy sedang asyik menonton adegan drama kisah nyata.
"Lalu aku harus bagaimana? Meminta maaf padanya?" Adlina melirik Tessya sekilas.
"Ya! Kau harus meminta maaf pada Tessya! Sekarang!" Alpha William berucap penuh penekanan.
"Kalau aku gak mau?" Adlina melipat kedua tangannya di depan dada, seolah menantang Alpha William.
"Kau harus mau!!" Suara Alpha William meninggi.
"Wahai Ayahanda, apakah engkau tidak bisa melihat air mata yang keluar dari matanya itu air mata palsu?" Ucap Adlina dramatis, Nancy menahan tawanya yang akan meledak.
"Engkau telah ditipu olehnya, Ayahandaku," lanjut Adlina tersenyum miring.
Alpha William menggeram marah, kemudian mendekati Adlina meninggalkan Tessya yang masih menangis, namun bibir merahnya menyunggingkan senyuman licik.
Adlina menatap tajam pada Tessya, gadis itu menjulurkan lidahnya mengejek Adlina.
"CUKUP SUDAH! KAU SUNGGUH KURANG AJAR! INI SEMUA KARENA DIDIKAN ROSE DAN SOFIA!" Bentak Alpha William.
Adlina terpancing emosi saat mendiang ibundanya kembali dibawa-bawa dalam masalah, ia berusaha meredam amarahnya.
"Sudah berapa kali saya katakan, jangan bawa-bawa mendiang Mama saya," Ucap Adlina dengan wajah yang mulai memerah.
Nancy juga ikut terpancing emosi karena Mamihnya ikut dibawa-bawa. Sudah cukup dia hanya berdiam diri dengan menonton.
"Maaf Tuan, tapi Mamih mendidik saya, Adlina, dan Jack dengan baik dan benar," timpal Nancy.
"Lihatlah! Kalian sudah berani melawan yang lebih tua!" Alpha William menunjuk Adlina dan Nancy secara bergantian.
Tangan Adlina terkepal kuat, ia terus berusaha menahan amarahnya, biasanya di saat seperti ini Nancy yang akan menenangkan Adlina, namun lain halnya jika Nancy juga ikut terpancing emosi.
"Tenang Adlina, redakan amarahmu. Jangan sampai kamu melawan ayahmu sendiri," lirih Adlina, namun Alpha William tetap bisa mendengar ucapan Adlina. Ia tersenyum remeh pada Adlina.
"Apa yang bisa kau lakukan untuk melawanku, Adlina? Kau hanya werewolf lemah yang belum bisa berganti shift," Alpha William mengecilkan volume suaranya pada kalimat terakhir agar Tessya tidak bisa mendengarnya.
"Anda terlalu meremehkan saya, Alpha. Hanya karena saya belum bisa berganti shift, Anda menganggap saya lemah? Itu dulu, sekarang saya sudah bisa berganti shift," ucap Adlina memalui mindlink.
"Buktikan!" Tantang Alpha William.
"Di depan manusia? Tidak, terima kasih!" Balas Adlina.
"Hah!! Sudah ku duga kalau kau adalah werewolf lemah! Untuk apa Rose melahirkan werewolf lemah sepertimu?!"
Adlina tersenyum kecut, "kenapa Anda selalu menganggap saya lemah? Apa hanya karena saya perempuan jadi Anda menganggap saya lemah? Well, Anda juga terlahir dari rahim seorang wanita, Alpha,"
"Bukan hanya itu! Kau juga belum bisa berganti shift! Kau adalah werewolf tak berguna! Kau seharusnya tidak terlahir di dunia ini!" Ucap Alpha William sengit.
Selalu saja kalimat itu yang keluar dari mulut Alpha William. Entah sudah berapa kali Adlina mendengar kalimat itu. Ia bahkan tidak bisa menghitungnya karena saking banyaknya.
Adlina mengepalkan tangannya, kakinya melangkah mendekati Alpha William. Nancy segera mencekal tangan Adlina, tapi Adlina malah menyentak tangan Nancy.
Ternyata Adlina bukan mendekati Alpha William, melainkan Tessya. Adlina menarik rambut panjang Tessya dengan kuat, lalu membisikkan sesuatu di telinga Tessya.
"Kamu ingin harta ayahku? Dan kamu ingin menguasai seluruh harta ayahku? Kamu gak akan mendapatkannya!" Bisik Adlina, ia mengencangkan cekalan tangannya pada rambut Tessya. Tessya meringis, jambakan Adlina tidak main-main.
Plak!!!
Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Adlina.
Adlina memegang pipinya yang memerah karena bekas tamparan Alpha William. Adlina melepaskan tangannya dari rambut Tessya.
"Berani kamu menyakiti Tessya?!! Pergi kamu dari Pack house ini!!!" Bentak Alpha William dengan keras.
Tes.
Kristal bening menetes dari manik hijau milik Adlina.
'Lah? Adlina ngapa nangis? Kayak gak biasanya. Hmm... pasti ada sesuatu nih...' batin Nancy heran.
"ADLINA!!!"
Serempak Adlina, Alpha William, Nancy, dan Tessya menoleh ke arah pintu yang terbuka dengan lebarnya.
Menampilkan seseorang dengan wajah memerah menahan amarah, kedua telapak tangannya mengepal dengan kuat, dan matanya bersinar kemerahan.
"Pantes." Ucap Nancy tanpa suara menatap Adlina yang tersenyum tipis, tipis sekali. Bahkan mungkin tidak ada yang menyadari senyuman itu.
Bukan hanya Tessya saja yang bisa mengeluarkan air mata buaya, Adlina juga bisa.
TBC
(Sudah direvisi)
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...