Author POV
Adlina membuka kelopak matanya dengan perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea matanya.
Ia merenggangkan kedua tangannya yang pegal, kemudian tangan kanannya bergerak untuk membuka jendela di sampingnya.
Jendela itu terbuka, menampilkan sebuah taman dengan bunga mawar pink sebagai tanaman utama. Di tengah taman terdapat pohon maple besar yang sangat cocok sebagai tempat bernaung ketika panas. Selain bunga mawar pink ada juga bunga lily of the valley di setiap pojok taman, menambah bau harum di taman itu.
Adlina menghirup udara pagi yang masih segar. Tercium bau harum bunga lilly of the valley yang sedang mekar dengan indahnya.
"Ah, pagi hari yang cerah. Semoga suasana hatiku juga cerah." Gumam Adlina pelan, kemudian bangun dari kasur empuk nan nyaman untuk memulai kegiatan di pagi hari ini.
🌹🌹🌹
Meja makan besar dengan 13 kursi —yang hanya terpakai 6 kursi— yang berjejer dan saling berhadapan itu adalah tempat keluarga White Moon Pack biasa menyantap makanan, namun Adlina tidak termasuk.
Gadis itu keluar dari dapur untuk mengambil sarapannya, kemudian berlalu pergi melewati meja makan itu.
"Di mana sopan santunmu, Adlina," ucap seorang pria yang tampak sedang menatap Adlina dengan tajam.
Semua orang yang ada di meja makan menatap Adlina dengan serempak.
Adlina menoleh, ia tersenyum tipis, menundukkan badan dengan hormat, "Selamat pagi, Alpha," sapanya.
Alpha William hanya diam tidak menjawab salam Adlina, membuat gadis itu pergi berlalu.
"Lihatlah itu! Anak yang dididik oleh Rose!" Ucap Alpha William menunjuk Adlina yang sudah menghilang dari pandangan.
"Kau juga ikut mendidiknya, Will," ucap seorang wanita.
"Apakah kau juga kehilangan sopan santun, Sofia?" Tanya William.
Wanita bernama Sofia itu menggeleng, kemudian lanjut memakan sarapannya.
Keempat orang lainnya hanya menunduk, salah satu di antaranya hanya malas berdebat karena menghilangkan mood di pagi hari, sisanya takut dan segan.
Jauh dari ruang makan, Adlina mendengar ucapan orang-orang dari kamarnya.
Sejujurnya dia memang sudah biasa mendapatkan kata-kata yang kurang mengenakkan dari Alpha William, ayahnya sendiri.
Adlina tidak tau kenapa ayahnya sampai seperti membenci dirinya dan sang ibu yang sudah tenang di sisi Moon Goddess.
Gadis itu hanya menghela napas panjang, kembali menyantap sarapannya sendirian, kemudian bersiap untuk pergi ke sekolah.
🌹🌹🌹
Adlina turun dari motornya, kemudian menghirup udara pagi yang masih segar dengan embun yang masih menempel pada rumput.
Hari ini, hari pertama Adlina masuk ke kelas XI. Adlina berjalan dengan santai menuju ke koridor utama, ternyata koridor utama masih sepi. Wajar saja, karena Adlina berangkat pukul 05.30. Terlalu pagi memang, tapi Adlina sudah tidak betah berada di Pack, apalagi setelah mendengar ucapan Alpha William yang merusak semangat paginya.
Adlina berhenti di depan mading tempat pembagian kelas berada. Matanya menelusuri nama-nama yang terpampang, mencari namanya sendiri.
"XI IPS 4. Huh, kelas belakangan lagi." Gumam Adlina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...