Author POV
"Escudo de hielo, start."
Wush!
Es mulai muncul mengelilingi tubuh Adlina yang dikuasai Diandra.
"Lin, kita berhasil?" Tanya Diandra tidak percaya.
"Ndra, biar aku dulu yang ambil alih." Perintah Adlina.
Diandra mengangguk patuh. Mata biru Diandra berubah menjadi hijau, mata milik Adlina. Mata hijau itu menyala terang di kegelapan hutan malam. Bulan purnama menghiasi langit malam itu. Sinarnya memancar tepat dimata Adlina.
"Mainnya rompokan, eh? Banci kalian semua. Lawan cewek lemah kayak aku aja kalian semua mainnya rompokan. Cupu!" Kata Adlina sengaja memanas-manasi.
Mereka semua menggeram.
"Beraninya kau! Zarcillos de sombra!" Kata salah satu Black witch yang terpancing emosi.
Sebuah sulur hitam mendekati dinding es yang dibuat Adlina.
Sulur itu mencoba menghancurkan dinding es Adlina, namun bukannya dinding es Adlina yang hancur melainkan sulur itu membeku kemudian hancur.Adlina tersenyum miring.
"Ayo, cobalah lagi," Ucap Adlina.
"Flechas de hielo!" Sebuah busur muncul di tangan Adlina.
Senyuman Adlina semakin lebar. Ia menarik busur panah, kemudian membidiknya pada seorang Black witch.
Sret!
Tepat sasaran! Anak panah yang berupa es runcing tertancap di dada sang Black witch.
Black witch itu membeku kemudian hancur sama seperti sulur yang ia buat tadi.
Adlina tersenyum puas, ia melirik Maverick yang terdiam di pojokan. Adlina hampir lupa tujuan awalnya melindungi Maverick.
Adlina berteleportasi menuju Maverick. Maverick terkejut melihat Adlina tiba-tiba ada di sebelahnya.
"Sejak kapan Kak Diandra ada di sini?" Tanya Maverick.
"Aku bukan Diandra, tapi Adlina. Sudah gak usah dipikirin. Escudo de canalización," Adlina meletakan tangannya di puncak kepala Maverick.
Perisai es yang dimiliki Adlina berpindah pada Maverick. Maverick menatap kagum dinding es yang mengelilingi dirinya.
"Tenang, kamu akan aman." Ucap Adlina.
Adlina keluar dari perisai es nya kemudian ikut berdiri di samping Dave.
Dave sedikit membungkukkan badannya, namun dia kembali bertarung dengan mencakar para rogue kemudian menarik jantungnya keluar.
"Luna Adlina," gumam Dave.
Adlina terkekeh sambil sesekali menyerang mereka dengan sihirnya.
"Well, kamu gak perlu memanggilku dengan sebutan itu. Belum saatnya, Dave,"
"Baik, Lin,"
"Oke, biarkan aku membantumu,"
"Flechas de hielo,"
Busur panah itu muncul lagi.
"Saatnya bertarung jarak jauh."
Adlina menarik busur panahnya, muncul lah 3 anak panah es. Kemudian Adlina melepaskan tarikannya pada burus panah.
3 anak panah itu meluncur dengan cepat dan menusuk tepat di dada bagian kiri para Black witch.
"Triple kill! Yuhu!!" Sorak Adlina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLINA [Tahap Revisi]
Werewolf"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi itulah kenyataannya. Namun semua itu hanya masa lalu, sekarang aku bukan werewolf lemah lagi. ~Adlina...