Chapter 44

9K 732 66
                                    

Author POV

"Fuerza de canalización," Adlina membagikan kekuatan panah apinya untuk para archer, walaupun energinya akan cepat habis dengan penyaluran kekuatan itu.

"Jangan ragu untuk melepaskan anak panah kalian. Aku udah membagi sebagian kekuatan panah apiku pada kalian. Jadi kalian tidak perlu takut api itu akan padam," mindlink Adlina pada para archer.

Adlina berpindah tempat ketika seorang black witch menyerang dirinya, namun ternyata ia salah berpindah tempat, karena ternyata Adlina malah bertemu dengan Abigail.

"Ah, ternyata aku sedang sial ya?" Gumam Adlina menggaruk kepala belakangnya yang sama sekali tidak gatal.

Abigail tersenyum miring, ia memang tidak bisa menyerang Adlina, namun pasukannya pasti bisa melumpuhkan satu-satunya White wolf di Immortal.

"Halo, Adlina Brave Jeslyn Adelicia Ashmore, senang bertemu denganmu," sapa Abigail dengan ramah.

Adlina bersiap pada posisi siaga.

"Lin, aku punya firasat gak enak," mindlink Diandra.

"Kamu mau ambil alih, Ndra?" Tanya Adlina.

"Boleh saja," jawabnya.

Diandra membuka mata beriris birunya, mata itu mirip dengan batu safir, berbeda dengan iris Adlina yang berwarna hijau seperti zamrud. Diandra tersenyum tipis.

"Hai, Devilene Abigail Blackstone. Sayangnya gue tidak senang ketemu sama lo," balas Diandra.

"Oh, seperti itu. Wajar saja, karena kau sedang bertemu dengan malaikat mautmu," ucap Abigail menjentikan jarinya, muncul sekumpulan black witch yang mengelilingi Diandra.

"Gadis yang ada di depan kalian adalah White wolf yang kita cari-cari. Tidak kusangka dia akan datang sendiri padaku," Abigail menatap satu persatu pasukannya.

"Nah, tunggu apa lagi? Serang dia, habisi, bunuh!" Teriak Abigail menunjuk Diandra.

Black witch mulai mengeluarkan serangan-serangan mereka, sementara Diandra hanya menghindar dan menghindar, ia tidak boleh kehabisan energi, karena kekuatannya masih dibutuhkan.

Abigail melemparkan sebuah botol kecil berisi cairan berwarna hijau pekat pada Diandra.

Diandra berhasil menghindar, namun ia tidak bisa menghidari serangan black witch yang ada di belakangnya.

"Argh!!!" Pekik Diandra, ia merasa punggungnya terbakar. Diandra tidak tau sihir apa yang masuk ke dalam tubuhnya, Diandra hanya berharap Adlina bisa mengobati luka itu dari dalam.

'Sial! Sihir apa ini?! Kenapa susah sekali dimusnahkan?! Kalo seperti ini terus bukan energiku dan Diandra yang habis, melainkan tubuh kita yang habis karena digerogoti sihir ini!!' Geram Adlina, ia berusaha memusnahkan sihir itu.

Hal itu membuat Diandra merasakan sakit perut yang luar biasa hebatnya.

"Kamu bisa menanganinya, Lin?" Tanya Diandra sembari terus menghindari serangan lawan.

"Aku gak yakin, sihir ini susah sekali dimusnahkan!" Jawab Adlina.

"Gawat! Ada sihir besar yang datang!" Pekik Adlina.

Srek!

Diandra berguling, ia berterima kasih pada Adlina yang memiliki insting terhadap sihir yang kuat.

Krek!

Karena tidak tahan terus menerus menghindar, akhirnya Diandra memutuskan untuk berubah menjadi serigala. Biarlah energinya yang habis, tapi setidaknya Adlina masih memiliki energi untuk melanjutkan pertarungan.

ADLINA [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang