Rayhan berjalan gontai lalu duduk di kursi samping tempat tidur Senja. Tatapannya kosong menerawang kepada pembicaraan ayah dan bunda Senja yang baru saja ia dengar di luar pintu itu.
Pintu kembali terbuka. Menampilkan dua orang berbeda jenis kelamin dengan tatapan yang sama. Tatapan sendu dan rasa bersalah yang amat jelas terukir di kedua iris sepasang suami istri itu.
Rayhan yang di tatap seperti itu berusaha menyembunyikan kesedihannya dengan senyuman lalu berdiri dan berjalan menghampiri kedua orang tua senja. Ia berdiri di tengah-tengah lalu merangkul bahu keduanya.
"Ayah dan bunda tenang aja. Rayhan terima keputusan Jany. Itu hak dia untuk bahagia kan..?," ujar Rayhan berusaha tegar walau kenyataannya sakit.
Ayah dan bunda menoleh lalu beralih saling pandang. Bingung.
"Han dengar semuanya kok. Tentang perjanjian itu, tentang pilihan Jany dan tentang keputusan kalian. Han bukan lelaki egois kok ayah bunda. Jadi kalian tenang aja..!" lanjutnya lagi menjawab kebingungan kedua orang tua itu. Ayah dan bunda lalu menghela nafas merasa bersalah tapi juga merasa lega dengan respon Rayhan yang begitu dewasa. Bunda terharu mendengarnya tak tahan untuk tak memeluk pria muda itu dan di susul oleh suaminya. Rayhan tersenyum membalas pelukan kedua orang yang di sayanginya. Setidaknya ia masih memiliki mereka walau tak dapat memiliki Senja seutuhnya. Lagi pula, masih lama lagi pernikahan itu akan berlangsung. Jadi, masih banyak hal yang akan terjadi hingga tiba saatnya ia harus benar-benar merelakan Senjany dan melupakan cintanya.
Larut dalam dekapan masing-masing membuat mereka lupa akan keberadaan seseorang di sana yang sedang terlelap di atas tempat tidur, tanpa ada yang tahu kapan ia akan bangun.
Seseorang yang sedang terlelap dalam ketidak sadarannya itu perlahan menggerakkan jemari tangannya lalu mengerjapkan mata berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang masuk pada korneanya.
Senja memutar pandangan berusaha mencari keberadaan seseorang yang telah mengisi mimpi panjangnya. Di sana tampak tiga orang sedang berpelukan erat penuh kehangatan yang mampu membuat Senja iri untuk sesaat sebelum ia merintih kesakitan akibat sakit di kepalanya kembali terasa ketika ia berusaha bangun untuk duduk. Ketiga orang yang sedang berpelukan itu spontan menoleh pada sumber suara dan saling melepas pautan tangan.
Meninggalkan kesesihan mereka masing-masing, beralih pada kepanikan yang mendera ketika melihat Senja yang tersadar dari pingsannya. Ayah dan bunda berjalan tergopoh-gopong menghampiri Senja dan menanyakan perasaannya.
"Senja. Apa kau merasa kesakitan. Bagaimana perasaanmu nak. Apa kepalamu masih terasa sakit. Tunggu sebentar akan ku panggilkan dokter" Ayah mencerca senja dengan segala pertanyaannya. Tampak sekali wajahnya penuh dengan rasa khawatir dan cemas terhadap putri semata wayangnya. Senja hanya tersenyum geli mendapati kekhawatiran ayahnya dengan senang hati. Ayah memang possesif padanya dan sangat memanjakannya. Jika ada orang yang sangat menyayangi Senja maka ayahlah orangnya. Jangan tanyakan seberapa besar kasih sayang ayah terhadap Senja karena seberapa banyak pun ilmuan hebat yang melakukan riset akan jawabannya tetap saja tidak akan mampu menjawab pertanyaan bodoh itu.
Bunda hanya geleng-geleng kepala menanggapi sukap berlebihan suaminya. Meski begitu, sebenarnya bunda juga sangat ingin menanyakan hal itu sedari tadi tapi ayah telah memdahuluinya jadi ia cukup diam.saja sambil memegangi tangan putrinya memberi semangat.
Rayhan hanya berdiri di belakang mereka. Tersenyum menyaksikan kehangatan keluarga kecil itu. Keluarga yang mampu membuatnya terauma yang mendalam akan kata kehilangan.
Senja yang menyadari keberadaan Rayhan pun mengernyitkan alis menatap lelaki itu bingung lalu beralih menatap kedua orang tuanya bergantian menuntut penjelasan.
"Ngapain anak itu di sini..?" tanya senja menyuarakan kebingungannya.
Bunda dan ayah serentak menoleh pada Rayhan lalu kembali lagi menatap putrinya sabil tersenyum.
"Dia Rayhan nak. Teman masa kecilmu dulu," jawab bunda. Senja yang mendengar itu entah kenapa tiba-tiba kembali merasakn sakit di kepalanya bersamaan dengan potongan-potongan ingatan yang bergerak cepat dalam ingatannya. Ia tak dapat melihat jelas isi ingatan itu tapi yang jelas ingatan itu mengingatkannya pada mimpinya tadi malam. Tapi yang ia bingungkan adalah bagaimana bisa ia memimpikan Rayhan bagaikan sudah berkenalan cukup lama.
Ayah, bunda dan juga Rayhan yang melihat Senja yang memegangi kepalanya sambil merintih kesakitan menjadi semakin khawatir. Dengan cepat Rayhan berlari meninggalkan kamar itu untuk memanggil dokter.
Rayhan kembali dengan berlari di susul oleh dokter dan seorang suster di belakangnya. Orang tua Senja menyingkir, membiarkan dokter tersebut untuk memriksa keadaan Senja. Senja kembali berbaring karena kepalanya semakin berdenyut dan dokter dengan cekatan memeriksanya.
Orang-orang berdiri di sana memperhatikan dokter yang sedang bekerja. Menanti dwngan kecemasan apa kah yang terjadi pada wanita cantik jelita yang sedang tertidur lemah di brankar sana. Mengapa ia selalu merasa kesakitan di kepalanya padahal sudah lama sekali sejak kecelakaan itu dan kemarin yanh paling parah
Setelah dolter selesai memeriksakan Senja, kini orang tua Senja berada di dalam ruangan dokter tersebut. Ada yang perlu dokter jelaskan pada orang tua senja tentang keadaan Senja kini.
Sedangkan Rayhan masih berada di kamar Senja. Menemani wanita itu yang kembali terlelap akibat obat penenang yang di berikan dokter untuk menenangkan Senja yang sedang kesakitan.
Cukup lama orang tua Senja di dalam ruangan itu.
"Senja tidak mengalami masalah yang begitu serius. Sakit kepalanya selama ini hanya sebagai bentuk responsif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan masalalunya yang belum bisa dia ingat," terang dokter pada orang tua Senja.
"jadi kami harus gimana dok. Apa Senja akan kembali mengingat masalalunya..?," sahut bunda penuh dengan rasa ingin tahu. Ia sungguh tak sabaran menunggu penjelasan dokter yang menurutnya sangat lamban itu.
Dokter mengangguk sebagai jawaban.
"Dengan izin tuhan. Senja akan kembali mengingat dengan sepenuhnya. Tapi kita tidak boleh buru-buru karena hanya akan berdampak pada kesehatan kepala Senja. Jadi saya sarankan untuk ibu dan bapak agar membantu Senja secara perlahan saja," jawab dokter.Setelah Dokter selesai menjelaskan. orang tua senja lalu berpamitan dan berterima kasih kepada dokter.
****
Di dalam kamar inap Senja. Rayhan duduk di kursi yang terdapat di sisi tempat tidur Senja. Rayhan menggenggam tangan Senja lembut sesekali mengecupnya dengan penuh kasih sayang. Inilah tangan yang sejak dulu tak pernah ingin ia lepas namun takdir berkehendak lain. lalu kini takdir kembali berkehendak dan mempertemukan mereka seperti sedia kala tapi dalam situasi dan waktu yang berbeda.
Tak lama kemudian Rayhan mendengar suara seorang mengeluh lemah dan merasakan tangan Senja yang perlahan bergerak. Rayhan mengangkat kepalanya menatap wajah senja berbinar. Ia melihat mata lentik itu dengan saksama yang perlahan kian terbuka.
BERSAMBUNG.....!
Hay hay hay..makasih ya udah mampir di lapak queh yang gaje ini. Maafkan kalo misalkan kebanyakan typo.
Dan jangan lupa tinggalkan jejaknya berupa saran, kritikan atau tekan bintangnya yaaa...
Pliiisss komen yyaa.
Dan klo teman teman gak keberatan, author minta tolong untuk promosikan juga ke teman teman kalian.
Terimakasih..!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello senja (END)
RomanceRayhan dan Senja, dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun lamanya mereka harus berpisah jauh. Kembali bertemu dalam keadaan yang sangat jauh berbeda dengan masa dulu. Dimana Rayhan yang begitu menantikan kedatangan Senja kembali ke kehidupannya...