35

37 1 0
                                    

Senja terbangun ketika ia tak lagi menemui Rayhan di kamar itu. Ia berjalan keluar kamar berniat mencari Rayhan yang mungkin saja sedang berada di dapur atau ruang tamu. Namun ia sama sekali tak menemukan pria itu. Ia mencoba ke dapur tapi tak juga menemukannya. Pikirnya, anak itu sedang keluar mencari udara segar atau mungkin makanan. Senja mencoba mengabaikan kepergian Rayhan, ia lalu mengambil sebuah gelas lalu mengisinya air hangat dan meminumnya hingga tandas. Tenggorokannya terasa sangat kering, mungkin efek ia terlalu lama menangis semalam.

Mengingat kembali apa yang telah ia alami kemarin membuatnya lagi-lagi harus menekan dadanya sesak. Rasanya baru kali ini ia benar-benar merasakan yang namanya rasa kecewa yang amat sangat. Sejenak ia berfikir, apa selama ini hidupnya terlalu biasa saja hingga tuhan dengan kejamnya memberikan sebuah cobaan yang begitu besarnya...?

Senja luruh dalam kesakitannya. Tubuhnya terduduk di lantai dapur sambil menekan dadanya kuat. Rasanya sakit sekali ya tuhan. Isak tangisnya berulang kali mengalun memenuhi setiap titik ruangan itu. Tangisnya yang begitu pilu menyayat hati. Ia bersender pada lemari-lemari dapur, kemudin memeluk lututnya dalam. Ia melupakan gelasnya yang sudah ia isi penuh oleh air hangat. Seketika rasa hausnya hilang tergantikan rasa sakit hati yang begitu dalam.

****

"BANGSAT..!!"

BUUGH...

Sebuah pukulan keras mendarat tepat di rahang sebelah kiri Fajar. Tubuhnya limbung dan terjatuh akibat pukulan keras itu. Ia mengusap sudut bibirnya yang terasa panas dan ngilu seperti hampir patah itu. Ia tertegun mendapati tangannya yang berdarah. Rupanya sudut bibirnya robek dan berdarah oleh hantaman kuat tangan kekar adik sepupunya.

Ia tak memberi perlawanan atas tindakan spontan Rayhan. Ia saja masih kaget oleh kehadiran Rayhan di kantornya lalu dengan tiba-tiba pula anak remaja itu menghantam wajahnya dengan kepalan kuat yang sangat keras.

Fajar yang tak mengerti maksud dari tindakan dan perkataan Rayhan pun hanya menoleh menatap Rayhan dengan tatapan bingun penuh tanda tanya.

"Kamu kenapa Ray. Hah..?. Abang ada sapah apa sama kamu..?"

Cih.. Rayhan berdecih menatap Fajar sinis penuh aura kebencian. Fajar semakin bingung melihatnya.

"Gak usah sok polos lo jadi playboy..!"

"Maksud kamu apa..?" Fajar berdiri penuh emosi ketika mendengar ucapan adik sepupunya yang terdengar kurang ajar.

"Gak usah berlaga gak tau lo.!!"

"Kamu jangan kurang ajar sama abang yaa Ray..!"

"Buat apa gua sopan sama orang yang bisanya cuma mainin perempuan HAH..?!"

"RAY..!!," Fajar membentak Rayhan dengan suara keras. Ia tiba-tiba dikuasai perasaan emosi ketika Rayhan mengtakan hal yang mengingatkannya pada kejadian hari kemarin. Fikirannya kembali kalut mengingat hal itu. Kembali lagi terbayang wajah kecewa dan terluka Senja ketika wanita itu mendapatinya sedang bermesraan dengan wanita lain.

"Kenapa..? Itu memng faktanya kan..? Bahkan perempuan yang jelas udah lo ikat sebagai calon istri lo pun, lo selingkuhin di dean matanya sendiri.!!"

Lelaki dewasa itu sontak saja membulatkan matanya terkejut nendengar hal itu. Bagaimana anak itu bisa tahu kejadian kemarin. Tangannya terkepal kuat, matanya melebar dan rahangnya mengeras kuat. Tubuhnya gemetar menahan gejolak emosi yang semakin menguasai dirinya.

Fajar lalu mencengkram kerah baju Rayhan erat penuh emosi membuat Rayhan was-was. Fajar sudah mengangkat tangannya hendak menghantam wajah tampan Rayhan ketika Rayhan dengan cepat memutar keadaan. Ia dengan cepat menangkat lengan kakak sepupunya itu lalu melepaskan cengkraman tangan lelaki dewasa itu dari kerah bajunya. Dan

BUGHH..

Satu lagi hantaman keras kembali mendarat di wajah Fajar. Keduanya kalap di kuasai oleh emosi. Dan terjadilah perkelahian di antara keduanya.

Mereka saling melayangkan pukulan di wajah hingga perut mereka. Tak ada yang melerai dan juga tak ada yang berbiat akan mengakhiri perkelahian di antara mereka.

Hingga pada akhirnya perjelahia itu berhenti dengan sendirinya saat diantara mereka sudah tak ada lagi tenaga yang tersisa. Menginggalkan beberapa luka memar pada wajah mereka. Keduanya babak belur dan kehabisa tenaga.

Fajar sudah hampir tak sadarkan diri, sama halnya dengan Rayhan. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Rayhan berusaha berdiri dan berjalan meninggalkan ruang kantor Fajar.

Saat ia berjalan di antara para pekerja kantor itu. Semua menatapnya heran melihat keadaannya yang begitu kacau dengan lebam bekas pukulan dimana-mana. Pakaiaannya yang berantakan dan mungkin saja sudah terdapat robekan di bagian lainnya ia tak perduli.

Rayhan keluar dari gedung kantor itu menuju tepi jalan. Ia membutuhkan taksi untuk mengantarkannya kesuatu tempat. Yang jelas bukan apartemwn yang terdapat senja di sana. Ia tak ingin Senja melihat keadaannya yang mengenaskan ini. Sebisa mungkin ia harus menyembuhkan lukanya dulu sebelum pulang ke aparteman.

Untuk alasan ia keluar begitu lama, bisa ia fikirkan nanti. Ia tak bisa berfikir untuk saat ini selain menikirkan cara menyembuhkan lukanya yang tidak bisa dikatakan sedikit ini. Wajahnya terlalu hancur untuk ia carikan alasan untuk menutupinya dari Senja.

****

Taksi yang Rayhan tumpangi berhenti di sebuah rumah sakit yang cukup besar. Rayhan turun lalu berjalan memasuki gedung tinggi rumah sakit itu. Ia menghampiri seorang suster dan meminta tolong di sana sebelum kesadarannya benar-benar menghilang sepenuhnya.

Suster yang melihatnya pingsan tepat setelah ia mengucapkan kata terakhirnya pun panik dan berteriak meminta tolong. Beberapa orang suster dan juga seorang dokter pun berlari menghampirinya dan dengan pergerakan yang cepat sebagaimana tim medis profesional pun akhirnya Rayhan di bawa keruang UGD untuk dilakukan pemeriksan.

Satu jam kemudian akhirnya Rayhan di pindahkan keruang rawat. Tak ada keluarga yang menemaninya, bahkan izin perawatan pun tak ada yang menandatangani. Bukan karena pihak rumah sakit tak bisa menghubungi siapapun, tapi ini adalah permintaan Rayhan. Ia tak ingin seorang pun tahu keadaannya terutama Senja. Ia tak ingin wanita itu mencemaskan keadaannya. Dan ia juga tak siap mendapati kemarahan Senja apabila wanita itu tahu alasan ia berada di tenpat ini. Ia tidak akan sanggup.

Bagaimanapun ia tidak akan membuat Senja bersedih lagi setelah masalah ini. Sudah cukup wanita itu merasakan kesedihan saat ini. Tidak untuk waktu yang akan datang

Bersambung....

Jangan lupa kritikan dan sarannya...😊😊
Next.

Hello senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang