Rayhan menuruni tangga menuju unitnya, ia harus bicara dengan Senja. Dengan langkah pasti lelaki itu memasuki apartemennya. Ruang depan tampak gelap tanpa penerangan sedikitpun, tidak ada Senja disana.
Mungkin Senja sedang dikamar, pikirnya.
Ia berjalan menuju kamar, membuka pelan pintu itu dan didapatinya Senja sedang duduk di sudut ruangan dengan kepala tertunduk pada lututnya, tangannya memeluk lutut dan bahunya bergetar dengan sedikit isakan terdengar dari mulut manita itu.
Seketika, Rayhan di gerayangi perasaan bersalah dalam hatinya. Hatinya pilu serasa di remas ketika melihat wanita itu menangis karenanya.
Ia menghampirinya lalu berjongkok di depan wanita itu. Senja belum mengangkat kepalanya, ia masih ingin berada dalam posisinya itu.
Dengan tanpa aba-aba, rayhan menarik tubuh Senja kedalam dekapannya. Senja merasa nyaman dan tenang dalam pelukan Rayhan. Tangisnya berangsur-angsur redah hanya dengan sebuah pelukan dari sahabat masa kecilnya itu.
Setelah tak lagi terdengar isakan dari bibir Senja dan bahu yang tak lagi bergetar dengan perlahan Rayhan melepas pelukannya. Dengan tak rela Senja pun melepaskan pautan tangannya pada tubuh Rayhan. Seperti ada yang hilang ketika lelaki itu melepaskan pelukan mereka.
Senja tak tahu kenapa, tapi ia ingin terus berada dalam pelukan Rayhan. Ia merasa aman dan terlindungi oleh dekapan tangan kekar Rayhan.
Rayhan menatap wajah Senja lekat. Perasaannya kembali berdesir kala menatap wajah cantik itu kini tertutupi oleh bekas air mata.
Ia memegang bahu wanita itu lalu beralih menangkup wajah Senja. Ingin sekali rasanya ia mengecup bibir mungil dan pucat akibat telalu lama menangis milik Senja, namun ia tepis jauh-jauh. Bukan saatnya ia melakukan hal itu, dan ia berharap suatu saat nanti keinginan hatunya itu bisa terwujud.
Rayhan menghapus bekas air mata Senja yang masih tersisa di wajahnya.
"Jangan menangis di depanku, aku takut orang yang melukaimu akan menghilang setelahnya..!"
Senja tersenyum mendengar penuturan Rayhan.
"Aku hanya lelah terluka," sahutnya pelan sembari tersenyum.
"jika lelah, aku punya dua bahu untuk kau bersandar, juga pangkuan yang akan siap memangku kepalamu saat ingin berbaring, dan kedua tangan yang akan membelai rambutmu juka butuh semangat" tutur Rayhan tulus disertai senyum yang begitu manis pada Senja. Senja kembali tersenyum haru mendengarnya, hantinya tersentuh oleh kata-kata Rayhan yang begitu tulus terhadapnya.
"Terima kasih" ujarnya tulus.
"Jangan pernah sungkan..!" Tegas Rayhan tak suka melihat Senja yang begitu canggung terhadapnya.
"Mulai sekarang, biarkan aku yang akan menjadi tameng dikala kau berhadapan dengan masalah. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya sandaranmu dikala lelah, dan alasan kamu tersenyum setiap saat"
"Aku akan" sahutnya tersenyum tulus menanggapi permintaan Rayhan.
"Janji..?"
"Aku berjanji Han..!" yakinnya mantap lalu menautkan jari kelingkingnya pada kelingking milik Rayhan.
" Aku percaya"
Mereka lalu saling melempar senyum tulus dan kembali berpelukan, seolah tak pernah terjadi masalah dia antara mereka. Seolah kemarin hanyalah sebuah angin lalu dan esok adalah sebuah masa depan yang indah dan cerah.
***
"Maaf sudah membuatmu khawatir semalam, dan malah membentakmu tadi pagi" ujar Rayhan tulus ketika mereka Sedang makan malam di sebuah restoran dekat gedung apartemen. Rayhan sangat pandai memilih tempat yang indah dengan pemandangan malam kota yang dihiasi dengan kerlap-kerlip lampu disetiap sisi kota ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello senja (END)
RomanceRayhan dan Senja, dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun lamanya mereka harus berpisah jauh. Kembali bertemu dalam keadaan yang sangat jauh berbeda dengan masa dulu. Dimana Rayhan yang begitu menantikan kedatangan Senja kembali ke kehidupannya...