49

37 2 0
                                    

Hari itu, rayhan berangkat pagi-pagi sekali ke bandara, terbang langsung ke Bali untuk melancarkan aksinya.

Rencananya sudah ia susun sejak beberapa bulan yang lalu dan dua hari lagi, hari yang di tunggu-tunggu akan tiba.

Ia tak ingin membuang-buang waktunya untuk segera beraksi. Tak sabar lagi rasanya ia melihat reaksi terkejut wanitanya.

Tidak butuh waktu lama untuk tiba di Bali, setibanya di sana. Ia langsung ke villa milik keluarganya. Mempersiapkannya di sana dan sekalian untuk beristirahat sejenak sebelum ia harus bekerja untuk dua hari kedepan.

***

Dua jam beristirahat di atas kasur empuk dan ditambah 30 menit berendam di atas bathup sudah cukup membuatnya segar. Mungkin itu sudah cukup persediaan tenaga untuk dua hari kedepan. Inilah angan-angannya sejak lama, tidak akan ia sia-siakan kesempatan berharga ini.

Restu sudah ia kantongi, baik dari kedua orang tuanya maupun ayah bunda Senja. Sesuai rencana, semua sanak saudara akan datang esok hari. Sedangkan Senja mungkin akan tiba dua hari lagi, tepat ketika ia akan melangsungkan kejutan lamarannya pada wanita itu.

Rayhan tak henti-hentinya tersenyum. Membayangkan ekspresi keterkejutan Senja akan rencananya. Bahagia sekali rasanya, akhirnya tiba sudah saatnya dimana tak akan ada lagi palang antara ia dan Senja. Mereka akan bersatu seperti perangko dan suratnya.

Hari ini ia akan sangat sibuk oleh persiapan acara lamarannya. Maka dari itu, ia sengaja terlebih dahulu mengabari orang tuanya dan sedikit mengobrol bercanda ria dengan Senja sebelum akhirnya ia menutup telpon dan menon aktifkan hp-nya. Agar ia bisa lebih fokus pada rencananya.

***

Seharian bekerja, cukup mampu membuat tubuh tegap lelaki itu terasa remuk. Meski rutin berolah raga, tapi ia masih saja merasa kelelahan, meski begitu, lelahnya tak pernah benar-benar mengambil alih tubuhnya dari semangat yang berkobar. Selalu ada bayangan-bayangan wajah bahagia Senja yang menjadi penyemangatnya.

Sore hari, ia baru berhenti begerak kesana kemari. Besok ia masih punya agenda yang begitu padat, acara mendekorasinya belum selesai sepenuhnya, belum lagi ada beberapa keluarganya yang juga akan datang untuk ikut meramaikan acara lamarannya nanti, sekaligus menikmati liburan di pulau yang indah itu.

Persiapannya masih 70%, masih banyak yang perlu ia persiapkan agar semuanya berjalan spektakuler. Ia ingin acara lamarannya itu terlihat sempurnah untuk wanita yang spesial.

Ia tidak mungkin tega menyuguhkan sebuah lamaran yang biasa saja untuk seorang wanita yang sangat luar biasa seperti Senja. Wanita dengan segala prestasi dan ketangguhannya. Begitu luar biasa untuk di berikan sebuah hal yang terlalu biasa. Katakan saja Rayhan berlebihan, tapi nyatanya ia tak akan pernah bisa berhenti untuk terus memuji kesempurnaan tuhan yang telah menciptakan keindahan dalam wujud bidadari untuknya itu. Ia seperti pujangga yang tengah di mabuk cinta. Mulutnya tak pernah lekang oleh senyum bahagia, otaknya tak pernah berhenti untuk terus memutar kata hingga tersusun menjadi kalimat-kalimat puitis penyampaian cintanya. Hatinya tak pernah lepas dari bunga-bunga tak henti-hentinya bermekaran di dalam sana.

Dan inilah definisi bahagia itu.

Kebahagiaan yang sejati adalah sebuah perasaan yang tak akan pernah bisa untuk di ungkapkan baik dalam kata maupun tindakan. Ia hanya bisa bersemayam di dalam sana, meloncat-loncat girang tanpa henti. Berteriak lantang menggemakan kata-kata bahagia tanpa suara. Ia menjerit sekuat tenaga namun tak memiliki suara, juga tak tampak seperti warna atau benda. Ia ada namun tak ada yang bisa meraihnya begitu saja. Banyak orang yang bisa merasakannya namun tak semuanya bisa merasakan taraf kebahagiaan yang sama, masing-masing pada porsinya sendiri. Mereka seperti anai-anai yang beterbangan di langit-langit rumah, mengerumuni lampu, begitu banyak dan berkerumun. Seseorang yang merasa bahagia akan menampakkan kecerahan pada wajahnya seolah mentari pagi tengah muncul di sana, menarik bibir membentuk lengkungan menyerupai bulan sabit sempurnah. Perumpamaannya adalah, jika seorang yang bahagia menyentuh sebatang bunga yang tengah layu, maka sekonyong-konyongnya bunga itu akan segar bermekaran seluruh kuncupnya. Jika bunga yang ia sentuhnya adalah bunga bangkai maka, serta-merta bunga bangkai itu akan berubah mewangi melebihi wanginya bunga melati.

Ya begitulah kebahagiaan, selalu saja mampu merubah yang mustahil menjadi hal yang mungkin. Segala hal yang rumit dan pelik akan terasa mudah seperti mengacungkan telunjuk.

***

Setelah membersihkan diri dan berpakaian, Rayhan memutuskan mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan meminta di isi. Ia benar-benar kelaparan rupanya. Jelas saja ia kelaparan, terakhir ia mengisi perutnya tadi pagi ketika sarapan dengan selembar roti isian selai nutela coklat kacang. Selebihnya ia sibuk, tak sempat mengingat untuk mengistirahatkan tubuhnya walau sekedar mengisi perut kosongnya. Ia paling hanya sempat meneguk satu dua gelas air jika tenggorokannya sudah benar-benar kering. Ia benar-benar totalitas mempersiapkan segalanya.

Bukannya semua pekerjaan itu tidak mau ia serahkan pada orang yang lebih profesional. Tapi, dengan alasan tidak ingin hasilnya tak sesuai dengan imajinasinya, sehingga ia menolak untuk menyerahkan sepenuhnya pekerjaan ini pada asistennya. Ia ingin bertanggungjawab penuh atas semuanya, agar bisa mengoreksi setiap kesalahan yang ada walau secerca saja. Ia ingin semuanya benar-benar sempurnah tanpa celah. Karena ini adalah satu peristiwa sakral yang baginya hanya akan terjadi satu kali seumur hidupnya.

Penyatuan ikatan antara dua hati yang sebenarnya sudah terpaut erat sejak lama. Terdengar seperti hal yang biasa saja, namun nyatanya bagi Rayhan tidaklah sesederhana itu.

Akan banyak orang yang berkomentar seperti, "ah. Berlebihan sekali, paling juga cuma seumur jagung lalu pisah" ataukah "halah, paling juga mau pamer kekayaan. Dasar arogan"

Tapi, Raihan tidak perduli. Bahkan ia bisa dengan santai menyumbat telinganya dengan bersikap bodo amat. Lagi pula, mulut-mulut kotor itu mana paham dengan apa yang ia rasakan saat ini. Mereka hanyalah sekumpulan manusia-manusia norak yang hoby berkomentar negatif tentang kehidupan orang lain, sedang mereka lupa menilai diri mereka sendiri.

Mereka terlalu pintar menyia-nyiakan waktu berharga mereka, hanya untuk hal-hal yang sebenarnya tak beguna sama sekali, mereka tak mendapatkan untung sedikitpun dari kalimat-kalimat kotor itu. Yang paling bisa mereka dapatkan hanyalah dosa, dan semua orang bahkan mereka sendiripun tau akan satu fakta itu. Dasar merekanya saja yang terlalu bodoh mengabaikannya.

***

Setelah makan malam, Rayhan merebahkan dirinya di kasur, masih di sertai senyum bulan sabit yang senantiasa bertengger di bibir penuhnya. Tak lama setelah itu, akhirnya nafasnya pun berhembus beraturan. Ia tertidur dengan mimpi-mimpi yang indah ikut serta menyusulnya dalam alam bawah sadarnya. Tidurnya malam ini akan begitu indah dengan sebuah mimpi yang indah sebagai teman dalam tidurnya.

Selamat malam wahai sang kekasih ❤

Bersambung....

Hay hay hay guys.
Maaf yaaa, maaf, maaf banget soalnya author lagi sibuk makanya updatenya super lambat. Tapi gapapa soalnya beberapa part lagi menuju ending nih.

Ada yang bisa nebak endingnya bakal gimana..? 😀😀

Sad endingkah atauuuu happy ending..?

Yang jelas cerita ini akan sangat berkesan di part terakhir.

Hello senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang