Tiba-tiba semuanya gelap dan.....
Senja pov off
"Haaaaann...!!"
Senja terbangun dengan meneriakkan nama kecil Rayhan membuat bunda yang sedang sibuk membereskan barang-barang senja yang akan dibawa pulang pun terlonjak kaget spontan menoleh melihat putrinya. Dengan cepat menghampiri senja dengan perasaan panik.
"Senja. Ada apa..? Kamu kenapa nak..? Ada yang sakit..? Bunda kalut menghujami Senja dengan rentetan pertanyaan.
Senja masih berisaha mengatus nafasnya yang ngos-ngosan dan sesekali mengelap keringat yang membanjiri wajahnya. Seketika ia merinding mendapati mimpi yang bisa di katakan biasa saja tapi entah kenapa begitu berkesan baginya. Senja menggeleng sebagai jawaban.
"Senja gak apapa kok bun. Cuma mimpi..!"
Bunda mengangguk.
"mimpi buruk..?"
Senja bingung hendak menjawab. Jika di katakan buruk sama sekali tidak tapi untuk di kategorikan mimpi indah pun tidak karena mimpi itu meninggalkan teka-teki yang sulit baginya. Akhir dari mimpi itu pun sangat aneh. Mereka seperti terhapus menyisakan ruang kosong yang gelap pekat. Apa arti mimpi itu...?
"hanya bunga tidur kok bun, gak usah di fikirin. Senja gak apapa kok" ia memutuskan untuk menyumbunyikan mimpi aneh itu pada bunda. Senja tak ingin membuat bunda menjadi khawatir karena hal sepele, meskipun bagi senja hal ini sangat penting dan meski hanya mimpi biasa tapi melekat pada pikiran Senja. Lain kali ia akan mencari tahu tentang mimpi itu.
Sejujurnya ada hal yang ingin senja tanyakan pada bundanya tapi ia ragu. Ragu jika bunda tak mengetahui hal ini. Senja meremas tangannya gelisah, antara ingin bertanya dan tidak.
Bunda menyadari kegelisahan putrinya pun menyentuh bahu perempuan itu lalu mengelusnya lembut. Satu tangannya ia bawa memegang tangan Senja dan sedikit meremas. Mencoba memberikan kekuatan pada perempuan itu.
"ada apa..?," bunda menyadarkan Senja dari kegelisahannya. Senja terhenyak. Ia tak sadar jika dari tadi bunda memperhatikan gelagatnya. Sesaat senja menggeleng lalu spontan memegang tangan bunda erat dengan tangannya yang masih gemetar dan jangan lupakan keringat bawaan dari mimpinya tadi.
Bunda menatap putrinya. Terdiam menunggu putrinya membuka suara dan menyuarakan kefisahanya.
Khem
Senja berdehem guna menormalkan tenggorokannya yang kering. Pertanyaannya sangat sepele tapi begitu sulit untuk ia ucapkan. Baginya pertanyaan ini sensitif dan menentukan pulih atau tidak ya ingatannya nanti.
Bunda mengangkat alis bingung tak sabaran melihat tingkah putrinya yang sedikit aneh pagi ini.
Sekarang mereka hanya berdua karena Rayhan sudah pulang dan ayah sedang kerja. Mungkin Rayhan sudah berada di sekolah pagi ini jika ia tidak bolos lagi sedangkan ayah sudah dipastikan bahwa ia sekarang sudah berada di kantor karena ayah bukanlah orang yang suka berbolos. Ia adalah sesosok ayah yang di siplin dan bertanggungjawab. Sosok panutan senja sejak lahir hingga nanti.
Bunda yang melihat Senja terus berdehem lalu meraih gelas berisi air yang berada di atas nakas rumah sakit. Di berikannya gelas tersebut kepada senja. Senja meminum air itu hingga tandas membuat bunda cukup melongo akan kejadian itu. Senja memang sering minum air putih, katanya efektif untuk menjaga bentuk tubuhnya yang ramping tapi, Senja sama sekali tidak pernah mengahbiskan air satu gelas penuh dalam sekali tegukan kecuali jika ia buru-buru atau terdesak.
Senja menghembuskan nafas sejenak lalu mengembalikan gelas kosong itu ke tempat semula. Ia kembali memegang tangan bunda lalu menatap dalam manik itu. Bunda membalas tatapan itu dengan tatapan kebingungan.
"Bunda... Kenal Han itu siapa..?" tanya Senja ragu. Ia tidak tahu jika menanyakan hal sepele itu bisa membuatnya sedeg degan ini padahal jika di amati dari segi manapun. Pertanyaannya bukanlah hal yang tabu tapi entah kenapa justru membuatnya gerogi seperti ini hingga ia kembali berkeringat meski tak separah saat ia bermimpi tadi.
Bunda mengangguk semakin membuatnya deg degan.
"Dia siapa..?" Kembali senja bertanya ketika bunda tak kunjung menjawab meski ia mengangguk pertanda ia mengenal sesosok anak laki-laki bernama Han itu.
"Han itu anak laki-laki bunda. Tapi......"
"Dia adik aku..?" tanya Senja cepat. Memotong ucapan bunda yang belum selesai menjelaskan semuanya.
"Trus, sekarang Han di mana..? Kenapa selama ini senja gak pernah ngelihat dia..? Apa jangan-jangan dia udah mati..?. Bunda jawab dong," Tuntut Senja dengan rentetan pertanyaanya.
Bunda menggeleng. Senja mengerutkan alis bingung.
"makanya kamu diem dulu. Bunda belum selesai ngomong," cerca bunda kesal.
"maaf," sesal Senja.
Bunda mengangguk sekilas lalu berdehem.
"Han itu nama lengkapnya Rayhan Arya Jaya. Dia bocah kecil yang ditemukan menangis sama Jany kecil bunda. Awalnya bunda juga bingung, anak siapa yang sedang bermain sama Jany kecil bunda di taman kota sekitaran rumah. Tapi setelah bunda berkenalan dengan anak laki-laki itu akhirnya bunda paham dan sejak saat itu bunda sudah menganggap anak itu sebagai anak kandung bunda karena bunda sudah lama menantikan kehadiran anak laki-laki di tengah kekuarga kita tali tuhan belum ngasih. Malah dikirmkan bocah itu dan bunda sangat sama dia. Di taman tempat pertama kali pertemuan kita jugalah Han meminta agar ia boleh manggil bunda dengan sebutan bunda. Waktu itu bunda tertawa lepas melihat ekspresinya yang sangat lucu. Dia manis sekali membuat bunda gak bisa nolak untuk mengiyakan permintaan sederhanya itu. Dan sejak saat itu lah Han resmi menjadi putra kecil bunda sampai sekarang," Bunda mengakhiri ceritanya dengan senyum manis dan hanyat tercetak di bibirnya.Senja terdiam kaku. Kenapa cerita bunda sama persis dengan apa yang ada di dalam mimpinya barusan. Dan. Dan kenapa nama lengkap Han itu sama dengan nama lengkap Rayha si anak brandalan itu..? Dan kenapa juga cerita bunda terasa seperti pernah ia alami dan sangat akrab pada pendengarannya. Dan nama itu seperti sesuatu yang tak terpisahkan dengan nama kecilnya. Seperti sesuatu yang saling terikat satu sama lain. Dan itu membuat Senja kembali pusing dan sakit kepala memikirkan semua teka-teki itu.
Bunda yang melihat Senja mulai meringis pun berusaha menenangkan putrinya.
"Udah. Gak usah dipaksain dulu. Bunda yakin kamu bisa mengingat semuanya. Tapi secara perlahan. Kamu jangan menyiksa diri kamu sendiri, bunda gak sanggup" Raut kesedihan takpak jelas di wajah cantik bunda meski sudah berusaha ia tutupi tapi tak mampu di sembunyikan pada putrinya.
Senja kembali tenang saat merasakan elusan lembut di bahu dan rambutnya. Senja senang jika bunda mengelusnya lembut penuh kasih sayang. Dan Senja paling tidak suka melihat bunda bersedih apalagi karena dirinya. Itu merupakan dosa besar dalam hidupnya dan kali ini ia telah melakukan dosa besar itu.
"Bunda jangan sedih lagi dong. Senja minta maaf yaa. Senja gak bermaksud ngebuat bunda sedih. Maafin senja" ia lalu memeluk bunda erat. Menyesali perbuatannya yang telah melukai hati bunda hingga bunda bersedih seperti ini.
Bunda mengangguk lalu membalas pelukan senja dan mengelus bahu itu lembut.
"ini bukan salah Senja kok. Ini sudah takdir tuhan untuk kita. Sebagai hambanya, kita harus mampu melewati setiap ujian yang tuhan kasih sama kita. Karena tuhan tidak memberi ujian pada hambanya melebihi kemampuan kita masing-masing"
Senja balas mengangguk mendengarkan penjelasan bunda.
Bersambung....
Jangan lupa saran, vote dan follow me.
Jangan sungkan untuk mengkritik selagi sopan ya girls and boy.
Aku yakin kalian lebih paham dunia kepenulisan lebih dari author.
Jangan lupa ⭐️ 💬 💌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello senja (END)
RomansaRayhan dan Senja, dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun lamanya mereka harus berpisah jauh. Kembali bertemu dalam keadaan yang sangat jauh berbeda dengan masa dulu. Dimana Rayhan yang begitu menantikan kedatangan Senja kembali ke kehidupannya...