Hari ini, genap sudah seminggu Fajar pergi dan aku memutuskan untuk melanjutkan hidupku meski berat tanpanya. Setiap hari kami masih selalu bertukar kabar lewat telpon dan chat. Pernah sekali Fajar mengirim surat dan bercerita banyak hal di dalam surat itu. Saat aku menerima surat itu, aku bingung. Kenapa Fajar mengirim surat padahal kami selalu mengobrol di telpon dan juga sering video call. Tapi saat ku tanya alasannya, ia hanya menjawab "aku sengaja mengirim surat itu biar bisa mengurangi kerinduan kamu dengan aruma parfumku karena di surat itu sudah ku semprotkan parfumku jadi meskipun aku jauh, kamu masih tetap bisa mencium aroma ku." lantas alannya itu membuatku tertawa. Aku menertawakan ide konyolnya yang sialnya harus ku akui jika ide konyolnya itu sangat efektif mengurangi kerinduanku padanya. Fajar memang memiliki berjuta ide gila jika ingin menghiburku. Tak jarang dia akan bersikap konyol dan gila di depanku jika aku sedang dalam mood yang buruk karena komentar komentar miring para heaters. Dan dia selalu saja sukses mengembalikan mood ku dan membuatku tertawa.
Soal Rayhan. Aku setiap hari masih bertemu anak itu. Bahkan lebih sering dibandingkan saat aku baru mengenalnya. Dia sekarang bebas keluar masuk rumahku bahkan makan dan tidur di sana. Anak itu. Bahkan terlihat sangat akrab dengan bunda dan ayahku melebihi aku sendiri sebagai anak kandung di keluarga ini. Rayhan tidak pernah menuruti permintaanku sekali pun untuk tidak menggangguku. Dia selalu saja berlaku sesuka hatinya, seakan semua manusia di muka bumi ini akan mengikuti semua perkataannya. Dan itu sukses membuatku muak menghadapi anak nakal itu. Aku jerah dengan tingkah lakunya, sudah tidak ada lagi jalan lain yang bisa saya lakukan untuk menghentikan dia untuk merecokiku.
Bahkan kedua orang tuaku justru akan lebih memilih memihak kepada anak itu jika aku sudah mulai berdebat sengit dengan anak itu. Menyebalkan sekali buka..?!
Hari ini aku akan kembali masuk mengajar. Sudah cukup dua minggu aku cuti karena alasan sakit.
Aku sudah akan memasuki mobilku yang sudah siap di halaman depan ketika sebuah mobil memasuki pelataran rumahku. Aku sudah tidak asing lagi dengan mobil ini. Sudah kupastikan bahwa itu adalah mobil milik Rayhan.
Dia turun lalu menghampiriku. Menarik tanganku dan menyeretku mengikuti langkahnya memasuki mobil miliknya. Aku berusaha berontan dalam genggamannya menolak ikut dengannya.
"Apa yang kamu lakukan..!" sentakku tak terima.
"mengajak pacarku berangkat bareng ke sekolah" ujarnya santai.
Aku mendecih tak suka lalu kembali menghentakkan tangan berudaha melepaskan cekalannya. Tapi tidak berhasil. Dia sangat kuat, aku tidak akan sanggup mengalahkan tenaganya.
Aku terus memberontak dan berteriak membuat kegaduhan di depan rumah dipagi hari. Karena mendengar kegaduhan di depan rumah akhirnya kedua orang tuaku muncul dari dalam rumah. Mereka hanya berdiri santai di teras depan membuatku melongo tak percaya. Bagaimana mungkin mereka bisa setenang itu sedangkan putri kesayangan mereka sedang dianiaya oleh seorang lelaki labil yang umurnya masih sangat muda dan kekanak-kanakan.
Rayhan lalu membuka pintu mobil lalu mendudukkan aku di kursi penumpang samping kemudi. Ku lihat orang tuaku hanya berdiri santai di sana sambil tersenyum-senyum seolah tidak terjadi apa-apa. Aku kesal sekali melihat reaksi mereka yang terlalu santai itu.
Rayhan berjalan menghampiri kedua orang tuaku lalu menjabat tangan mereka sopan. Rayhan berpamitan pada kedua orang tuaku dan mengobrol sebentar, entah apa yang sedang mereka bicarakan aku tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu. Aku terlanjur kesal denga mereka bertiga.
Rayhan lalu menjalankan mobil meninggalkan pelataran rumah. Bahkan aku tidak tahu kapan Rayhan duduk di sana dan menyalakan mesin mobil.
Aku memilih diam dalam perjalanan menatap sibuknya jalanan ibukota. Aku larut dalam kekesalanku lalu entah kapan kekesalan itu beralih pada fikiran-fikiran yang mebawaku mengingat masa-masa bahagia bersama Fajar. Aku merasakan sentuhan lembut menyapu wajahku membuatku kembali tersadar dari lamunanku.
"Lagi mikirin apa..?" suara lembut itu membuatku berdesir. Ada apa ini..?
Aku menggeleng enggan menjawab.
"Bukan urusan kamu..!"Rayhan hanya mengangkat bahu acuh lalu keluar dari mobil dan meninggalkanku di sana. Tumben sekali dia tidak berisik. Tapi sudahlah. Malah lebih baik kalau dia seperti itu terus. Aku menyusulnya keluar dari mobil lalu berjalan di koridor sekolah menuju ruang guru.
Hari ini aku terlebih dahulu akan menyapa rekan-rekan guru di kantor sebelum mulai mengajar.
Aahhh. Rasanya aku sangat merindukan sekolah ini. Teriakan siswa siswinya, kejahilan rekan-rekan gurunya, keramahan semua orang, perhatian mereka dan celotehan embak kantinnya.
Saat aku memasuki ruang guru tiba-tiba suara riuh orang-orang di dalam sana membuatku terkaget. Mereka begitu bersemangat menyambutku hingga satu persatu dari mereka memberiku sambutan selamat datang. Aku merasa sangat terharu akan hal itu. Ternyata aku bukan lagi orang asing di antara mereka. Kupeluk mereka satu persatu sebagai tanda terima kasih ku karena mereka sudah membuatku merasa sangat berarti sekarang.
Setelah semua sudah kembali kemeja masing-masing. Aku membawa sebuah paperbag yang sudah kusiapkan subuh tadi. Kubuka paperbag itu dan ku keluarkan isinya satu persatu.
Semalam aku sengaja membuat makanan sederhana untuk ku bawa kesekolah dan akan ku bagi-bagikan ke mereka sebagai permintaan maafku karena sudah merepotkan mereka dengan tidak masuk mengajar selama dua minggu. Setahuku, merekalah yang sudah menggantikanku selama dua minggu ini jika jam mengajarku kosong.
Mereka sangat menyukai masakanku meski terkesan sangat sederhana itu.
Aku berpamitan untuk mengajar karena pagi ini aku ada jam mengajar di kelas XII. Ah. Kelas Rayhan. Malas sekali rasanya jika harus bertemu anak itu. Tapi meski begitu aku harus tetap semangat karena ini adalah hari pertamaku mengajar setelah cuti selama dua minggu. Lagi pula masih banyak siswa di dalam sana yang lebih baik kuperhatikan daripada anak nakal itu.
Ku lebarkan senyumku lalu kulangkahkan kakiku memasuki ruang kelas itu. Aku disambut dengan senyum hangat dari penghuni kelas ini. Menenangkan sekali rasanya mendapat sambutan hangat seperti ini.
"Selamat pagi," sapaku penuh semangat. Aku harus mengawali pagiku dengan hal yang positif seperti ini.
"Pagi" jawab mereka serentak.
"Sebelumnya saya ingin minta maaf karena sudah mengabaikan tugas saya sebagai pengajar selama dua minggu ini. Jadi apa kalian akan memaafkan saya..?"
"Tidak" seru mereka serentak. Aku terkejut tapi aku maklum saja karena ini salahku juga yang tidak bertanggung jawab atas kewajibanku dan malah mementinkan egoku sendiri.
"Saya mohon maaf jika saya telah lalai dalam tugas saya. Tapi mohon beri saya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan saya"
"Kita semua akan memaafkan ibu asal dengan satu syarat!" sahut salah satu dari mereka. Aku mengangguj saja asalkan mereka mau menerima permintaan maaf aku.
"Apa syaratnya..?" Tanyaku yakin.
Lalu mereka mulai berbisik satu sama lain entah merundingkan apa yang jelas aku penasaran.
Salah satu dari mereka mengangkat tangan lalu berdiri. Aku semakin tak sabar menunggu syarat dari mereka. Aku hanya berharap semoga syaratnya tidak aneh-aneh dan mempersulitku. Aku berusaha meyakinkan hatiku bahwa syarat mereka tidak akan aneh meski hatiku terus bergemuru tak tenang. Perasaan tak enak itu menggangguku. Seperti akan ada hal buruk akan terjadi dalam hidupku.
Kenapa ruangan ini rasanya semakin sempit dan sesak. Aku merasa seperti akan kehabisa oksigen saja.
Sebenarnya apa syarat mereka. Kenapa waktu terasa lamban sekali. Semua seperti bergerak lambat seperti gerakan selow motion dalam sebuah film.
Bersambung....
Hai hai hai. Maaf banget yaaa. Ceritanya ancur. Maafkan typonya yang bertebaran di mana mama. Soalnya ngetiknya pake hp jadi gampang typo. HehehehJangan lupa tinggalkan jejak
Like komen.
Bintang di sebelah kiri bawah yaaaa.
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello senja (END)
RomanceRayhan dan Senja, dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun lamanya mereka harus berpisah jauh. Kembali bertemu dalam keadaan yang sangat jauh berbeda dengan masa dulu. Dimana Rayhan yang begitu menantikan kedatangan Senja kembali ke kehidupannya...