32

36 1 0
                                    

Pesawat terbang di udara membelah awan membawa puluhan orang yang akan melintasi jarak menuju negri seberang. Dan Senja termasuk di dalamnya. Setelah perdebatan panjang yang harus ia lalui dengan orang tuanya dan juga Rayhan yang tak mengijinkannya pergi. Kini akhirnya ia duduk manis di dalam pesawat ini. Dengan Rayhan yang dengan terpaksa ikut duduk si sampingnya. Senja tersenyum kemenangan melihat Rayhan yang terus saja menggerutu kesal sepanjang mereka berada di dalam pesawat.

****

Rayhan dan Senja keluar dari bandara lalu menyetop taksi.

"Kita harus mencari hotel dulu" sahut Senja ketika taksi sudah berjalan menbelah jalan raya.

"Gak perlu"

Senja menoleh cepat menatap Rayhan.

"Kenapa..? Kamu punya teman disini..?"

"Bokap gue punya apartemen di sini. Jadi kita bisa tinggal di sana"

Senja mengangguk tanda paham.

Taksi berhenti tepat di depan bangunan besar bertingkat. Kebetulan sekali bangunan itu tidak terlalu jauh dari kantor Fajar. Itu bisa memudahkannya untuk menemui Fajar besok.

"Di sini..?"

"Iya"

Senja menatap bangunan besar itu takjub. Sementara Rayhan sibuk menurunkan kopernya dan koper milik Senja. Setelah selesai dan taksi berlalu meninggalkan mereka, ia beralih menatap Senja yang sedang mendongak mengagumi bangunan bertingkat dimana letak apartemen milik papa Rayhan berada di lantai paling atas yaitu lantai 17. Rayhan tersenyum samar melihat tingkah menggemaskan Senja. Padahal baru saja kemarin gadis itu menangis karena kecewa pada calon suami tak bertanggung jawabnya itu. Dan sekarang ia seakan melupakan alasannya berada di negri orang ini dengan senyum berbinar menatap kagum bangunan mewah didepannya.

"Lo ini mantan model dan penyanyi besar tapi kelakuan kayak orang baru dari kampung ya" sahut Rayhan sedikit mengejek Senja.

"Aku walaupun mantan model dan penyanyi besar kayak yang kamu bilang itu tapi gak pernah tertarik buat buang-buang uang dengan menyewa tempat mahal kayak gini. Mending aku tabung aja" jawab Senja sarkas.

"Yaa terserah lo aja. Nah sekarang ayo masuk"
Rayhan lalu memanggil seorang securiti yang sedang jaga di sana lalu menyuruhnya untuk mengangkat barang-barang mereka naik ke lantai 17.

"Oh iya. Kita akan tinggal bareng..?" tanya Senja khawatir.

"Iya" jawabnya singkat.

"Tapi. Kamarnya ada dua kan..?"

"Cuma satu"

"Hah. Jadi kita bakal sekamar gitu..?"

"Enggak"

"Loh trus..?"

"Gue tidur di kamar. Lo tidur di sofa ruang tamu"

"Hah. Kamu tega..?"

"Kenapa enggak..?!"

"Dih jahat"

Pintu lift terbuka menandakan mereka telah sampai di lantai 17. Mereka keluar di susul pria paruh baya yang sedang membawakan barang-barang mereka. Lalu melangkah ke sebuah pintu yang Senja yakini itu kamar milik papa Rayhan

"Kecuali kalau lo mau seranjang sama gue" lanjut Rayhan santai lalu menempelkan sebuah kartu yang berperan sebagai kunci puntu tersebut lalu membuka pintu apartemen yang akan ia tinggali.

Senja menatap Rayhan horor bercampur jijik dengan wajah tak dapat Rayhan jelaskan secara jelas. Wajahnya sangat abstrak sarak akan perasaan ogah, jijik dan entahlah. Rayhan tidak tahu lagi.

Hello senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang