47

30 2 0
                                    

Rayhan meneteskan air mata haru dengan sambutan hangat Ayah Senja. Tanpa berfikir panjang lagi ia lalu menenggelamkan tubuhnya dalam dekapan lelaki tua itu. Ia tak memeluk erat tubuh itu karena keadaannya yang masih sangat lemah.

Rayhan terkekeh renyah masih dengan air mata membasahi wajahnya. Kebahagiaannya telah kembali sekarang.

Semua ikut terkekeh melihat keakraban Ayah dan juga Rayhan. seakan mereka berdualah ayah dana anak yang sebenarnya, sehingga membuat iri sang putri.

Tak lama datang kedua orang tua Rayhan yang baru tiba, setelah sebelumnya mereka mennyelesaikan pekerjaan mereka di kantor.

Semua orang ikut larut dalam kebahagiaan penuh haru itu. Menikmati sejenak kembalinya orang yang telah membuat orang-orang terkasih tak karuan selama satu minggu hanya karena kabar buruk menimpanya.

***

Senja berjalan di tepi pantai, meninggalkan jejak-jejak langkahnya di permukaan pasir. Menikmati setiap sudut lukisan sang agung. Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya pelan, menutup mata menikmati setiap gembusan angin yang khas dengan bau pantai. Ia kembali membuka mata dan tersenyum.

"Sepertinya, aku harus mencari tahu cara terbaik untuk tetap bisa mempertahankan senyuman mu itu"

Senja menoleh, mencari asal suara. Lima langkah di belakangnya ternyata berdiri seorang Rayhan di sana. Ia berkerut bingung, tak mengerti maksud ucapan remaja itu.

"Karena setiap senyum yang kamu ukirkan itu, bagiku adalah hal terindah setelah surga. Dan kamu, adalah wanita terindah setelah bidadari surga" lanjutnya lagi disertai senyum menawannya.

"Aku tidak percaya, kamu bisa berkata layaknya seorang pujangga yang sedang menatap kembang, seperti ini" sahut Senja terkekeh.

"sepertinya kau sedang meremehka seorang remaja yang purtas nona"

Senja tertawa lepas mendengar penuturan rayhan yang terdengar mendramatisir.

"Bahkan kamu masih seorang remaja yang tengah mengalami masa pubertas, tapi sudah sangat berani merayu wanita dewasa dengan gombalan yang tidak lebih puitis dari kalimat-kalimat iklan yang ada di tepi jalan"

Rayhan menggeleng dramatis, merasa di rendahkan oleh seorang wanita cantik yang berotak cerdas itu.

"Aku sudah sangat bekerja keras untuk ini, dan kau hanya merespon dengan kalimat hujatanmu itu..? Aku sungguh terluka sekarang" rupanya, drama hari ini belum usai sampai di situ.

Senja tak lagi mampu menahan tawanya. Tawanya begitu lepas dan nyata.

"Kau bahkan tidak berniat sama sekali untuk membujuk ku, setelah dengan teganya kau melukai perasaanku"

"Aku bahkan tidak sudi menatap wajah buruk rupamu itu" sahutnya yang seketika itu juga direspon dengan wajah syok yang di buat-buat oleh remaja lelaki itu.

"Kenapa..?, apa karena aku buruk rupa hingga kau tak sedikitpun memiliki rasa kasihan untukku..? Apa karena aku orang tak punya, tak tentu asal, tak bermarga hingga kau tak sudi memandangku..?___"

"Begitu kejamnya kau menghancurkan harapan seorang pemudah yang tengah di landa cinta ini tanpa ampun, hanya dengan kata-kata kotor mu itu jelita" lanjutnya lagi masih enggan untuk menyelesaikan drama tanpa temanya itu.

Senja sudah tak lagi mampu menahan tawanya pun akhirnya terbahak layaknya seseorang yang tak pernah merasakan kesedihan. Ataukah ia begitu merindukan bagaimana rasanya tertawa lepas itu hingga pada akhirnya ia melepaskan tawanya dengan bebas tanpa rasa beban.

Rayhan ikut tertawa, bukan tertawa karena kekonyolah yang baru saja ia buat, tapi karena ia bahagia telah kembali menemukan cahayanya yang beberapa waktu yang lalu meredup karena sebauh masalah.

Hello senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang