The End

72 0 0
                                    

Lengkaplah sudah kebahagiaan yang ia miliki. Tak ada lagi luka setelah luka beberapa tahun yang lalu, setelah ia benar-benar yakin bahwa wanita yang ia rengkuh tubuhnya sekarang adalah memang benar wanita yang ia cinta. Ingatannya seketika melayang, kembali mengenang peristiwa 20 tahun yang lalu.

Satu bulan sudah berlalu tragedi pesawat terjatuh yang telah merenggut nyawa semua penumpang di dalamnya, tak tersisakan satupun orang yang selamat termasuk Senjani Flowera. Wanita cantik yang hanya menghitung jam lagi ia akan resmi dilamar oleh sang kekasih. Namun naas, ajal malah lebih dulu meminangnya. Membawa serta jiwa-jiwa yang menduka karena ditinggalkan. Mengganti kebahagiaan dengan tangisan pilu kesedihan. Membuat orang yang menanti kehadirannya di tengah acara lamaran yang sebentar lagi akan dilaksanakan, bukannya tersenyum haru dan bahagia malah menangis histeris tak terima.

Rayhan yang tengah menanti sang kekasih, seketika tertunduk lemas. Ia berontak tak bercaya, berlari ke bandara untuk memastikan namun yang ia dapati adalah kenyataan pahit harus kehilangan sang pujaan hati dalam perjalanan ke lokasi acara lamarannya.

Ia menyesal, berhari-hari terpuruk menyalahkan diri. Hidup dalam penyesalan dan keterpurukan, tak ada lagi semangatnya untuk hidup.

Berulang kali melukai dirinya sendiri menyalahkan kebodohannya. Berfikir bahwa kepergian sang kekasih disebabkan oleh kebodohannya memilih tempat yang jauh hanya untuk acara lamaran, padahal di kota yang sama dengan tempat tinggalnya pun ada banyak tempat yang indah.

Ia depresi, hidup dalam kekacauan. Kantung matanya bengkak, dengan lingkaran hitam yang membuatnya terlihat semakin suram. Badannya kurus tak terurus, larut dalam kesedihan berminggu-minggu lamanya.

Berhari-hari ia mengurung diri, tak mau keluar. Bahkan untuk makan saja, harus susah payah sang mama membujuknya untuk membuka pintu sekedar mempersilahkannya untuk masuk dan meletakkan nampan berisi makanan.

Tak ada yang dapat kedua orang tuanya lakukan, hampir setiap saat mereka bergantian membujuk sang anak, menguatkan, memberinya kekuatan, bahkan mereka tak segan memanggil ustadz untuk melakukan pengajian, dan sedikit memberikan pencerahan kepada Rayhan, namun tak ada perkembangan sama sekali. Justru lelaki itu semakin sedih, dan terpuruk.

Kedua orang tua Senja pun hilir mudik kerumahnya hanya sekedar mengunjungi, hingga menguatkannya, namun tak berhasil juga.

Lelaki itu benar-benar menyalahkan diri sepenuhnya atas kematian Senja. Ia terus menolak fakta bahwa Senja tak lagi berada di sisinya. Ia terus meracau, menyebut nama Senja lalu meninta maaf. Setelah itu memukuli dirinya sendiri seperti seseorang yang benar-benar depresi.

Semua orang yang melihatnya akan merasa prihatin dan iba. Sorot matanya yang kosong semakin membuat dirinya tampak menyedihkan.

Lalu tiba-tiba menyeruak kabar bahwa ada salah satu penumpang pesawat yang selamat. Seorang wanita yang tengah dirawat di rumah sakit tak jauh dari lokasi kejadian.

Setelah sebulan lamanya, Rayhan mendadak keluar dari kamarnya. Menunjukkan layar hp-nya pada kedua orang tuanya dengan tangan bergetar. Sebuah panggilan masuk beberapa menit yang lalu. Kedua orang tuanya terbelalak kaget kala melihat nama si pemanggil. Secerca harapan seketika muncul di hati mereka.

Dengan cepat ia menelpon kedua orang tua Senja, mengabarkan hal tak terduga itu. Walau sedikit tak percaya, namun Ayah dan Bunda tak mengelak bahwa ia juga berharap orang yang dikabarkan selamat itu adalah putri mereka.

Tanpa menunggu waktu lagi, mereka semua berangkat ke Rumah Sakit yang diberitakan.

Mereka meminta ijin kepada pihak rumah sakit untuk menemui orang tersebut. tanpa perlawanan apapun mereka dipersilahkan masuk.

Hello senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang