41

35 2 0
                                    

Satu bulan kemudian

"Ray, siang ini kita belajar di rumah kamu apa di rumah Alvin..?"

"Di rumah Alvin aja" timpal Rayhan dalam kesibukannya merapikan buku-bukunya yang tergeletak di atas meja.

"Kenapa kita gak pernah di ijinin belajar di rumah kamu sih Ray..?"

"Bukan urusan lo"

"Tapi kan kita penasaran sama rumah kamu Ray" sahut Sofy manja sembari merangkul lengan Rayhan. Rayhan menolak dengan kasar sehingga membuat Sofy bersungut tak suka.

"Berisik lo"

Mereka berjalan melalui koridor sekolah hendak pulang dengan Sofy yang tertinggal dibelakang. Jam pulang sekolah sudah berlalu 15 menit yang lalu dan Rayhan baru bisa pulang sekarang akibat ulah Sofy yang terus saja mengganggunya sehingga ia tak bisa menyelesaikan catatannya lebih cepat.

Sudah satu bulan berlalu Rayhan benar-benar menuruti perintah papanya. Ia lebih giat belajar dan tak pernah menyisakan waktunya untuk sekedar keluyuran atau bermain Ps bersama teman-teman tongkrongannya. Semua ini karena permintaan Senja yang terus membujuknya untuk melakukan perintah papanya dan inilah ia sekarang.

Untuk sekedar menjumpai Senja pun ia tak sempat. Bukan tak sempat, tapi Senjalah yang selalu menghindar jika Rayhan akan menemuinya.

Wanita itu selalu berdalih jika ia juga disibukkan oleh jam mengajarnya yang padat menjelang ujian akhir sekolah ini. Bahkan di kelas pun mereka tak pernah bertegur sapa, karena Sofy selalu saja berhasil mengganggu Rayhan jika hendak menyapa Senja, alhasil ia harus menelan bulat-bulat kekesalannya terhadap wanita manja yang terus saja mengganggunya.

Bukannya Rayhan tak mampu untuk menyingkirkan Sofy dari kehidupannya tetapi, pamannyalah yang mengusulkan wanita manja itu sebagai teman belajarnya sekaligus ditugaskan untuk membantunya belajar dengan alasan wanita itulah yang paling cerdas di sekolah ini. Meski awalnya Rayhan menolak, namun sang paman terus memaksanya dan dengan negosiasi yang panjang akhirnya Rayhan setuju sebagai Alvin teman tambahan di kelompok belajar mereka.

Rayhan juga lebih sering meminta bantuan Alvin dari pada Sofy. Karena jika ia meminta tolong diajari oleh wanita itu, bukannya mereka belajar malah wanita itu hanya asik mengganggui Rayhan hingga lelaki itu berujung membentak Sofy agar berhenti bercanda. Dan begitu seterusnya selama sebulan berlalu.

Rayhan menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran sekolah. Di depan sana, Ia melihat wanita yang selalu mengganggu pikiran akhir-akhir ini. Wanita itu tampak sedang gelisah menunggu seseorang di halte depan sekolah.

Kemana mobil wanita itu..? Rayhan tak tahu.

Tanpa pikir panjang Rayhan pun menepikan mobilnya tepat di depan tempat Senja berdiri.

"Lagi nungguin siapa..?"

"Sopir," jawab Senja singkat, tatapannya tak lepas melirik seseorang yang sedang duduk di kursi penumpang samping kemudi. Wanita yang di lirik pun seakan tak mau kalah terus saja menatap sinis Senja. Sofy tahu bahwa Rayhan menyukai guru mudah mereka itu.

"Mobil kamu..?"

"Lagi di bengkel

"Naik, aku anter"

"Gak perlu, aku bisa sendiri," tolak Senja singkat.

Rayhan mencoba sabar, ia masih berusaha membujuk Senja.

"Gak baik perempuan sendirian di pinggir jalan kayak gini"

"Disini masih ramai kali"

Rayhan menarik nafas masih mencoba sabar, ia hampir saja tersulut emosi.

"Kamu duluan aja, kasian pacar kamu udah bosen nungguin kamu tuh"

Rayhan memasang wajah bingung, keningnya berkerut tak mengerti.

"Siapa..?"

"Tuh yang di sebelah kamu" tunjuk wanita itu dengan dagunya pada Sofy yang sudah tersenyum kemenangan melihat wajah tak suka Senja ketika mengatakan pacar. Sepertinya wanita itu cemburu melihatnya duduk di mobil Rayhan hanya berdua.

"Dia buka___"

"Udahlah Ray, mending kita ke rumah Alvin aja sekarang. Lagian Bu Senja juga kayaknya gak suka tuh kamu ajak pulang bareng, iya kan bu..?" ujar Sofy berusaha memanasi keadaan dengan tangannya yang sudah menggenggam tangan Rayhan sembari menatap wajah Senja. Seolah membenarkan ucapan Senja tentang hubungan mereka.

Senja memilih membuang muka tak sudi melihat kedekatan Rayhan dan Sofy.

"Kamu yakin gak mau aku anter aja..?" Tanya Rayhan sekali lagi mencoba memastikan. Senja mengangguk.

"Iya"

Meski ragu akhirnya Rayhan mengalah dan menginjak pedal gas pelan. Ia masih berharap Senja menahannya dan memintanya untuk mengantarkannya pulang. Ia akan dengan senang hati menyuruh Sofy berpindah duduk ke belakang jika wanita itu sudi menerima tawarannya. Namun, setelah mobil Rayhan mulai menjauh meninggalkan halte sekolah, wanita itu pun tak kunjung menoleh sekedar menatapnya. Rayhan kecewa akan sikap Senja, apalagi dengan kesalah pahaman Senja yang mengira bahwa ia berpacaran dengan Sofy. Ingin sekali Rasanya ia berteriak didepan wajah wanita itu dan mengatakan bahwa ia tak pernah sekalipun melirik wanita lain selain dirinya.

Ketika hendak berbelok, seketika Rayhan mengerem mobilnya mendadak mengakibatkan Sofy terpental kedepan. Untung saja ia tidak lupa memasang seatbeltnya sehingga ia tak harus merasakan sakitnya terbentur di dashboard mobil.

"Ray, apa-apaan sih. aku hampir kebentur tau gak," tegur wanita itu marah namun tak di hiraukan oleh Rayhan. Ia lebih memfokuskan pandangannya pada sosok yang baru saja ia tinggalkan.

Wanita itu menaiki sebuah mobil yang berhenti didepannya. Yang membuat Rayhan terbakar emosi sebab mobil yang wanita itu naiki tak lain adalah mobil Alvian. Rayhan yakin sekali, ia sudah hafal betul ciri-ciri mobil Alvin karena selama sebulan ini ia selalu melihat mobil itu terparkir di halaman depan rumah Alvin ketika ia datang kerumah lelaki itu untuk belajar bareng.

"Bangsat..!!," umpat lelaki itu penuh emosi.

"Kamu kenapa sih Ray, malah ngumpat gak jelas gitu..? Kamu hampir nabrak...?" wanita itu memastikan ucapannya namun yang ia lihat di depan mobil itu tak ada apapun, bahkan mereka jauh dari trotoar jalan.

Sofy yang bingung melihat sikap Rayhan pun mengikuti arah pandang lelaki itu. Dan ia kini tersenyum puas atas apa yang ia saksikan saat ini. Rupanya lelaki itu tengah terbakar api ceburu melihat Bu Senja lebih memilih menumpang mobil Alvin dari pada mobilnya. Selangkah lagi Sofy maju di depan mendekati Rayhan.

"Ray..? Lo baik-baik aja kan..?" Sofy mengusap bahu Rayhan berusaha menenangkan lelaki itu.

"Gak apa-apa"

Rayhan kembali menjalankan mobilnya ketika ia melihat mobil Alvin mulai beranjak dari tempatnya. Hatinya masih membara akibat api cemburu yang wanitanya percikka  barusan.

Bersambung..

Jeng jeng jeeeng.

Next..?
Udah dulu deh. Hehehe.

Macet disini dulu.
Lagi kehilangan hidayah. Idengan ninggalin lagi pas sayang sayangnya. Hhuwaaaa😫😫

Tungguin part selanjutnya aja. Gak tau kapan update lagi. Hehehee

Hello senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang