Rayhan yang mendapati Senja sadar pun dengan spontan berdiri dan berulang kali menyebutkan nama JANY..JANY.. yang tidak Senja mengerti membuatnya menatap Rayhan bingung. Bagaimana tidak bingung jika seseorang memanggilmu denga nama yang berbeda dari namamu dan kamu pun tak mengetahui nama itu.
"Jany...?" lirih Senja bertanya.
Rayhan mengangguk sebagai respon sambil tersenyum sumringah.
"Jany siapa..?" tanya Senja lagi membuat Rayhan kembali sadar pada kenyataan bahwa Senja yang ia kenal kini tak lagi mengingat masalalu mereka. Rayhan gelagapan bingung dengan hal ini. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk sekarang ini.
" eee... aaa.. Itu. Anu. Apa. Jany itu... Teman masa kecil aku. Iya teman masa kecil aku" jawab Rayhan gagab. Situasi ini membuatnya tak berkutik sama sekali. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan dan apa yang akan terjadi nantinya. Rayhan takut akan membuat Senja kembali merasakan sakit di kepalanya jika ia terus mengungkit tentang masalalu ia bersama Senja. Tapi ini juga menyiksa hatinya jika terus membiarkan masalalu menbayangi tanpa bisa ia raih.
Begitu sakit saat kau hanya dapat menatap tanpa mampu menyentuh sesuatu yang begitu kau inginkan.
Senja mengangguk merespon meski masih tersemat begitu banyak pertanyaan di dalam kepalanya.
Ayah dan bunda baru saja kembali dari ruangan dokter. Mereka menghampiri kedua orang yang dibalut keheningan itu. Ayah dan bunda cukup heran dengan situasi ini karena terlihat jelas kecanggungan di antara keduanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17:52 yang artinya menjelang malam dan senja sudah kembali terlelap akibat tubuhnya terasa begitu lemah.
"Sebaiknya ayah sama bunda pulang dan istirahat dulu. Biar Han yang jaga di sini nemenin Jany. Pasti Han akan mengabari kalau ada masalah." pinta Rayhan pada kedua orang tua Senja yang tampak lelah.
Bunda menggeleng
"Lebih baik Han saja yang pulang. Kasihan, kan besok harus sekolah. Pasti capek. Bunda gak tega ninggalin Han bunda"
Rayhan tersenyum hangat mendengar penolakan bunda.
"Enggak bun. Mendingan bunda dan ayah saja yang pulang. Lagi pula kan besok ayah harus kerja, jadi gak boleh capek-capek. sedangkan Han besok sekolah jadi bunda bisa gantiin han buat nemenin Jany" tawar rayhan.
Dengan segala rayuan lembut Rayhan akhirnya ayah dan bunda setuju dan membiarkan Rayhan menemani Senja untuk malam ini.
Sedangkan Rayhan kembali duduk di samping Senja dan menggenggam tangan Senja lembut. Rayhan menatap sendu wajah Senja. Setelah sekian lama berpisa, akhirnya mereka bertemu. Tapi pertemuan ini hampir sama dengan tidak bertemu sama sekali. Memang mereka bisa saling menatap tapi tak ada yang mampu untuk saling menyentuh. Memang raga mereka dekat tapi tak mampu saling mendekap. Mereka berada pada dimensi mereka sendiri. Rayhan yang berusaha meraih tangan Senja untuk kembali ia dekap dalam peluknya. Tapi Senja yang berada pada dimensi yang berbeda, dimana Rayhan tak berada di dalam dimensinya sehingga ia takkan pernah melihatnya.
Mereka menatap kearah yang sama namun pada posisi yang berbeda. Senja yang berada berkilo kilo meter di depan Rayhan membuat Rayhan tak pernah mampu meraihnya. Rayhan yang selalu menatap keberadaan Senja namun Senja memiliki objeknya sendiri untuk ia tatap. Yaitu fajar.
Begitu dalam posisi fajar di hati senja membuat Rayhan tak memiliki cela untul ia menyusup masuk kedalam hati Senja.
Tapi semesta memiliki kemdali penuh atas segala yang ada di bumi. Maka, tidak akan menutup kemungkinan segala yang kini terjadi akan berubah haluan dimasa depan.
Rayhan hanya mampu berharap, Arah tatapan senja berbalik dan mengarah padanya. Menghempas jauh keberadaan Fajar dari ujung mata senja. Menyatuka kedua dimensi mereka yang berbeda.
***
Senja POV____
Aku terbangun di sebuah taman yang begitu indah namun tak asing bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello senja (END)
RomanceRayhan dan Senja, dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun lamanya mereka harus berpisah jauh. Kembali bertemu dalam keadaan yang sangat jauh berbeda dengan masa dulu. Dimana Rayhan yang begitu menantikan kedatangan Senja kembali ke kehidupannya...