30

45 2 0
                                    

Senja berjalan gontai menyusuri koridor sekolah yang mengarah ke parkiran. Langkahnya pelan dan terasa berat seperti tak ada semangat sama sekali. Baru saja ia mendapat kabar dari Fajar bahwa ia tak bisa pulang bulan depan seperti apa yang ia katakan lima bulan yang lalu sebelum berangkat.

Katanya, ada sedikit masalah pada bagian pemasaran di perusahaan cabang yang baru saja ia bangun di sana. Sehingga ia harus turun tangan sendiri. Ia juga mengatakan bahwa, mungkin saja ia akan sedikit sibuk beberapa bulan kedepan sehingga kemungkinan ia akan jarang menghubungi Senja. Di perkirakan ia akan menunda kepulangannya hingga 7 bulan kedepan yang berarti mereka tidak akan bertemu selama satu tahun. Itupun jika pekerjaan Fajar bisa selesai tepat seperti perkiraannya. Tapi jika Fajar memiliki kendala lain maka mungkin saja akan lebih lama lagi di sana.

Senja bersedih bukan karena beberapa bulan kedepan ia belum bisa bertemu dengan Fajar tapi ia mengingat tanggal pernikahan mereka yang telah ditetapkan namun Fajar tak bisa meninggalkan pekerjaannya barang sebentar saja. Itu berarti pernikahan merekapun haru di tunda lebih lama lagi. Senja takut, takut terjadi hal yang tidak ia harapkan sebelum pernikahan itu benar-benar terjadi. Takut Fajar akan berpaling dan melupakan janjinya di sana. Ia tahu bahwa Fajar memiliki sifat playboy, makanya ia tidak pernah mau berpisah lama dengan Fajar. tapi hal itu ternyata tak bisa ia hindari sekarang.

Fajar sudah pergi terlalu jauh darinya selama 5 bulan dan di tambah 7 bulan kedepan Fajar belum juga bisa kembali. Satu tahun mereka tidak akan bertemu apalagi intensitas komunukasi mereka kedepannya akan semakin berkurang yang membuat jarak di antara mereka pun akan semakin terasa jauh.
______

Rayhan berjalan cepat menuju motornya. Ia berusaha menghindari Senja untuk beberapa saat hingga hatinya kembali tenang. Ia tak ingin kekesalannya ia lampiaskan kepada Senja jika mereka bertemu lebih cepat.

Rayhan berjalan menghampiri motornya namun ketika ia menunggangi motornya ia tanpa sengaja menangkap keberadaan Senja yang sedang jongkok dan merunduk di depan mobilnya. Egonya mengatakan untuk membiarkannya saja tapi hatinya berkata lain. Ia merasa aneh melihat Senja yang seperti orang yang sedang bersedih. Kebapa sedih, baru saja ia menerima telphon dari kekasihnya. Haruanya ia tersenyum cerah bukannya menangis seperti ini. Tanpa pikir panjang, Rayhan lalu berjalan mengahampiri Senja dan ikut berjongkok di depan Senja. Senja yang menyadari keberadaan Rayhan pun mengangkat wajahnya yang sembab menatap Rayhan. Lalu tiba-tiba ia bergerak dan memeluk Rayhan erat. Menumpahkan segala kesedihan dan kegundahan hatinya di bahu tegap Rayhan. Ini yang ia butuhkan untuk saat ini. Sebuah sandaran ketika ia sedang berada dititik terendah pertahanannya. Tangisnya pecah meluapkan segala kesedihannya membasahi baju Rayhan.

Sekolah sudah sepi karena jam pulang sekolah sudah berlalu 30 menit yang lalu. Yang tersisa hanya beberapa anak ekskul yang masih berada di tempat ekskul masing-masing. Rayhan sendiri baru meninggalkan lapangan basket setelah sedikit memberikan arahan pada adik-adik kelasnya yang baru saja masuk ekskul basket. Sebagai ketua tim basket, ia berkewajiban memberi bimbingan pada anggota ekskul.

Rayhan membantu Senja untuk berdiri dan membawanya masuk ke dalam mobil. Ia mengambil alih kunci mobil Senja lalu berjalan menuju kursi kemudi mobil. Ia tidak akan membiarkan Senja mengemudi sendirian dalam keadaannya yang seperti ini.

Untuk beberapa saat, Rayhan hanya diam di balik kemudi mobil. Ia tak bertanya namun juga tak menjalankan mobilnya. Ia akan membiarkan Senja untuk menenangkan dirinya dulu meski ia sudah sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis itu.

Setelah Senja cukup tenang dan tidak lagi terdengar isakan tangisnya. Barulah Rayhan menjalankan mobilnya. Mengendarai mobil Senja dengan kecepatan rata-rata. Dalam perjalanan pulang hanya ada keheningan di antara mereka. Tak ada yang berniat membuka suara sekedar memecah keheningan. Keduanya larut dalam pemikiran masing-masing. Senja yang memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu dimana Fajar menghubunginya lalu mengabarkan sesuatu yang tidak ia harapkan. Sedangkan Rayhan yang memikirkan apa saja penyebab Senja bersedih hingga menangis. Ia ingin bertanya tapi tak ingin membuat Senja semakin bersedih jika ia mengungkitnya. Mungkin ia akan membiarkan Senja untuk mengatakannya sendiri nanti. Lagipula ia masih kesal dengan kejadian tadi.

Rayhan memarkirkan mobil Senja tepat di depan rumah Senja. Mesin mobil sudah ia matikan 10 menit yang lalu namun tak ada diantara keduanya yang bergeming sedikitpun. Senja masih tampak nyaman dalam diamnya sedangkan Rayhan tak berniat sama sekali untun meninggalkan Senja di sana. Lebih tepatnya ia menunggu Senja untuk menceritakan masalahnya.

30 menit berlalu

Namun masih belum ada pergerakan dari keduanya. Rayhan sudah hampir geram dengan situasi aneh ini. Ia tidak suka melihat Senja terlihat murung.

"lo bisa cerita kalo lo udah siap" Rayhan membuka suara memecah keheningan di dalam mobil itu. "sebaiknya lo istirahat aja" lanjutnya lagi.

Senja hanya diam lalu memilih membuka pintu mobil tanpa suara. Rayhan menyusul keluar untuk membantu Senja berjalan karena terlihat lemas.

Setelah Senja sampai di depan pintu rumahnya Rayhan berbalik untuk pergi. Ia tidak mengantar Senja hingga kedalam rumahnya.

Sebelum ia melangkah jauh tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perutnya. Rayhan terkejut lalu terdiam membiarkan Senja menumpahkan air matanya.  Ya. Senja kembali menangis setelah terdiam cukup lama.

"Gue gak tau masalah lo apa. Tapi gue harap lo gak terlalu larut dalam kesedihan lo ini"

"Aku gak tau salah aku apa. Tapi kenapa dia seakan mencoba untuk melepaskan genggaman tanganku darinya..?" suara Senja parau sarat akan kepedihan.

"Dia akan menyesalinya.!!"
Sahut Rayhan mencoba untuk menenangkan hari Senja meski ia tidak tahu apa masalahnya.

"Tapi aku gak sanggup kehilangan dia"

"Masih ada gue disamping lo"

Senja melepas pelukannya membiarkan Rayhan menoleh menatapnya. Rayhan mengangkat tangan menangkup wajah basah Senja lalu menghapus air matanya.

"Gue bakal selalu ada kapanpun lo butuh"

Senja memegang tangan Rayhan dan membalas tatapan tulus Rayhan.

"Terima kasih Han" ucapnya tulus

"Gak masalah"

Rayhan memapah Senja memasuki rumah lalu menaiki tangga menuju kemar Senja. Ia perlu istirahat untuk menenangkan hatinya yang resah.

"Lo istirahat dulu. Nanti baru cerita sama gue"

Senja mengangguk mengiyakan perkataan Rayhan. Lagi pula ia memang sangat membutuhkan istirahat untuk saat ini.

Senja merebahkan diri di kasurnya lalu menyimuti tubuhnya yang lemas.

Setelah Senja menutup matanya. Barulah Rayhan meninggalkan kamar itu menuju sekolah kembali untuk mengambil motornya yang ia tinggal.

Sebenarnya, Fajar tidak benar-benar memutuskan hubungan mereka ataupun berniat membatalkan pernikahannya. Hanya saja, Senja terlalu takut Fajar akan berubah dan berpaling darinya. Bukan karena apa. Tapi pernikahannya dengan Fajar adalah impian terbesarnya selama ini. Dan ia sudah sepenuhnya melabuhkan hatinya pada Fajar sejak malam lamaran itu. Tapi, meski bagaimana pun. Fajar tetaplah pria dewasa dan tak bisa ia pungkiri bahwa Fajar masih memiliki sisi playboynya.

Next part  ➡️➡️.....

Hello senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang