43

32 1 0
                                    

Senja berjalan gontai menaiki tangga menuju kamarnya, hari ini ia akan menginap di rumah kedua orang tuanya.

Rasanya, seluruh badannya terasa remuk tak bisa ia gerakkan. Sudah satu bulan ini Senja sengaja menyibukkan diri dengan memadatkan jadwal menyanyinya.

Setiap kembali dari mengajar, ia akan langsung ke tempat kerja yang lain. Ia banyak menerima tawaran menyanyi belakangan ini. Ia juga tengah memulai sebuah usaha kecil-kecilan. Namun, tak ada yang tahu akan hal itu. Semua orang hanya tahu jika Senja tengah sibuk manggung di sebuah acara stasiun televisi swasta.

"Pulang malam lagi..?" Senja menoleh kaget mendengar suara itu.

"Ah Bunda. Bikin kaget aja" Ujarnya seraya tersenyum legah

"Emang acaranya sampai selarut ini...?" wanita paruh itu menghampiri putrinya dan menuntunnya berjapan menaiki tangga. Senja tersenyum kikuk, merasa bersalah pada bundanya yang tak tahu menahu tentang kesibukannya di luar sana.

"Kamu gak perlu memaksakan diri seperti itu nak. Lakukan saja sewajarnya" ia mengusap kepala putrinya lembut.

"Gak apapa kok Bun, Jany masih kuat" yakinnya tak ingin membuat Bundanya merasa khawatir.

"Terserah kamu aja. Tapi ingat, Bunda gak mau kamu sampai drop gara-gara kerjaan" Senja terkekeh mendengarnya sembari membelai lembut tangan Bundanya meyakinkan.

"Jany janji bakalan jaga kesehatan"

"Bunda percaya. Bunda kekamar dulu ya" pamitnya lalu mengecup kening putrinya sebelum beranjak meninggalkan Senja sendirian.

Setelah kepergian Bundanya, Senja lalu berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan ganti pakaian. Rasanya badannya terasa lengket dan bau keringat.

Selama ini, ia tengah memulai peruntungan dalam bidang kuliner. Tak banyak yang tahu akan hal itu, mungkin hanya dirinya saja..? Ayah dan Bundanya saja tak tahu apapun dan dia sengaja menyembunyikan hal besar ini dari semua orang.

Bukannya ia tak ingin mengatakannya, hanya saja ia tahu jika Ayah dan Bunda sudah tentu tak akan membiarkannya bekerja sendirian, pasti mereka pun akan turun tangan membantunya. Padahal, ia mau sulses dengan tangannya sendiri. Bukan hasil dari kedudukan kedua orang tuanya, bukan pula karena ketenarannya.

_______

"Pah, Rayhan kok sekarang aneh ya..?"

"Aneh kenapa Mah..?"

"Yaaa, aneh. Emang Papa gak ngerasa aneh sama tingkah Rayhan apa..?"

"Iya sih, tapi kan perubahan dia itu baik Mah. Jadi gak perlu dipikirin"

"Papa kok gitu sih. Emang Papa gak khawatir apa, ngeliat Rayhan yang tiba-tiba jadi pendiam gitu, dan lebih sering mengurung diri di kamar dengan buku berjejeran di mana-mana"

"Itu artinya bagus dong mah. Dia jadi lebih pintar, memang itukan yang kita mau. dan lihat sendiri, nilai Rayhan melambung tinggi jauh di atas teman-temannya"

"Tapi, kasihan Rayhan Pah. Dia gak bisa menikmati masa mudanya karena sibuk belajar"

"Udahlah Mah. Udah cukup waktu bermain-main Rayhan selama ini, sekarang waktunya dia serius" Mama Rayhan bersungut tak suka mendengar penuturan suaminya.

"Mungkin dia juga sudah memikirkan tentang masa depannya" Lelaki tua itu tersenyum mengangkat wajahnya menatap udara.

"Maksud Papa...?"

"Mama gak perlu tau"

"Iih Papa" kesalnya yang dibalas dengan tawa pecah oleh suaminya. Senang sekali papa Rayhan menggoda istrinya itu.

Hello senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang