Tiga hari setelah kejadian Luna jatuh di tangga, kini gadis itu sedang memerhatikan penjelasan Pak Ridwan—guru Bahasa Indonesia.
Luka di lututnya kadang masih terasa sakit. Jadi Luna tidak mau banyak bergerak. Luna hanya akan bergerak saat ia memang harus bergerak, seperti ke toilet, ke kantin dan ketika jam pulang.
"Teks eksemplum adalah teks yang berisi tentang peristiwa yang tidak diinginkan. Struktur teks eksemplum yaitu, orientasi, insiden dan—" tiba-tiba penjelasan Pak Ridwan terpotong karena terdengar ketukan di pintu.
Tok tok tok.
"Ya, masuk," kata Pak Ridwan.
Seorang siswa memakai almamater kebanggaan Thalassa Skye High School, masuk ke dalam kelas. Tapi ada yang berbeda dengan almamater yang dipakainya, di sisi lengan sebelah kanannya, terdapat sebuah bintang berwarna putih khas anak osis.
"Permisi Pak, saya dari organisasi osis ingin menyampaikan informasi sebentar." ucap anggota osis itu.
"Ya, silahkan."
"Siang semua, saya dari osis ingin menyampaikan informasi tentang kemah tahunan yang akan diadakan minggu depan, tepat pada hari Jum'at, Sabtu dan Minggu," jelas siswa tersebut.
"Acara kemah tahunan ini, wajib diikuti oleh siswa dan siswi kelas sepuluh, sebelas dan duabelas. Yang berhalangan hadir harap melapor kepada wali kelas masing-masing dan osis, agar di catat nama dan kelasnya."
"Untuk informasi perlengkapan yang harus di bawa, akan di beritahu melalui official line account Thalassa Skye High School. Sekian informasi dari saya, terimakasih."
Setelah berpamitan kepada Pak Ridwan, siswa tersebut meninggalkan kelas yang menjadi riuh membahas tentang acara kemah tahunan.
"Baik anak-anak kita lanjutkan pelajaran kita. Jadi teks eksemplum~"
Luna, Liana dan Anna tidak lagi mendengarkan Pak Ridwan yang mengoceh di depan kelas. Mereka asik membahas acara kemah.
"Kalian ikut gak?" tanya Liana.
"Gue pasti ikut lah," sahut Anna.
"Gue juga sih. Kalo kamu, Luna?"
"Aku gatau. Kalo mama papa ngebolehin, aku ikut. Lagian kan, ada kak Alex, masa aku gak dibolehin," jawab Luna.
Liana dan Anna mengangguk, mengerti. Walaupun Luna bukanlah anak kandung mereka, mereka tetap memerlakukan Luna layaknya anak kandung mereka.
Ya, Liana dan Anna tahu, kalau Luna hanyalah anak angkat keluarga Skye. Luna yang memberitahu sendiri kepada mereka. Liana dan Anna juga sudah berjanji tidak akan membocorkan tentang ini.
✖️✖️
Seseorang memerhatikan gadis yang sedang duduk bersama teman-temannya di kantin. Orang itu adalah salah satu siswi Thalassa Skye High School. Siswi tersebut tampak tidak mencurigakan, Ia hanya terlihat sedang memerhatikan seorang gadis yang sedang tertawa bersama teman-temannya.
Ia duduk di salah satu meja yang berada di kantin. Matanya terus menatap ke arah gadis berkulit putih bersih itu. Sekali lagi, Ia tidak terlihat mencurigakan. Tapi, jika diperhatikan lebih jelas, tercetak senyum miring di wajahnya yang anggun.
Dengan mata yang masih melihat kearah yang sama, siswi berwajah anggun itu mengeluarkan ponselnya, Ia terlihat sedang menelepon seseorang.
"Gadis itu semakin hari, semakin terlihat bahagia." ucap siswi itu kepada seseorang di seberang sana.
"..."
"Tidak, jangan sekarang. Biarkan dia menikmati hari-harinya dulu sebentar lagi."
"..."
"Ya, aku yakin. Percaya padaku."
"..."
"Tidak, tidak. Aku malah menyukai ini."
"..."
"Bagus. Baiklah, aku tutup telponnya."
Setelah sambungan telponnya terputus, Ia bergumam pelan, "Nikmati hari-hari indah lo, Luna. Tunggu saatnya gue datang, menghancurkan keindahan itu."
Kemudian siswi tersebut meninggalkan kantin, tanpa sadar seseorang telah mendengar apa yang Ia ucapkan.
✖️✖️
"Woi, Nan! Dari mana lo?" sembur Ryan, saat Keenan datang ke meja mereka.
Ya, seperti biasa, Luna, Alex dan kawan-kawan makan bersama di kantin. Tadi, saat sedang asik mengobrol dan bercanda, Keenan izin ke toilet sebentar.
"Ya toilet."
"Lama amat."
"Ngapa? Kangen lo sama gue?" tanya Keenan.
"Najis."
Alex, Luna, Liana dan Anna tertawa. "Iya tuh, Nan. Ryan kan diem-diem demen sama lo." kata Alex.
"NAJIS!" teriak Ryan dan Keenan bersama.
"Cie bareng," goda Luna.
Lalu mereka semua tertawa kecuali Keenan dan Ryan.
"Udah, lanjutin makannya." Mereka pun kembali memakan makanan mereka.
Sedari tadi, Luna merasa sedang diperhatikan oleh seseorang. Ia mencoba menyapu pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Namun, Luna tidak melihat ada yang mencurigakan. Semua orang sibuk mengobrol dan asik makan.
Mungkin perasaan aku aja, Batin Luna.
Alex menyadari kegelisahan dari wajah Luna, "Kenapa, Na?" tanya Alex khawatir.
Semua mata yang ada di meja itu langsung tertuju kepada Luna.
"Gapapa." jawab Luna sambil tersenyum, lalu menghabiskan makanannya.
Alex hanya mengangguk. Percuma saja jika Ia memaksa Luna, Luna tidak akan memberitahunya.
✖️✖️
hai! i'm comeback! dikit? sorry ya heheh. segini dulu okey.
vote comment nya dong temen-temen:))thanks for reading
quena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen Fiction[ Completed ] Xavier Alexander Skye memiliki seorang adik sejak tiga tahun yang lalu. Adik yang berbeda jenis dengannya itu, ditemukan oleh ayahnya di sebuah toko permen dan berakhir dirumah Alex, menjadi adik angkat Alex. Sungguh gadis itu sangat c...