"Eh, bentar-bentar," Alex menghentikan langkahnya. "Ga mungkin kita ke sana cuma bertiga. Gue telpon Papa gue dulu."
Keenan dan Ryan hanya menganggukkan kepalanya. Benar juga, mereka tidak membawa apa-apa. Takutnya para penjaga di sana membawa benda tajam.
"Halo, kenapa, Lex?"
"Pa, aku udah nemuin Luna. Papa bisa ga, bawa anak buah Papa sama polisi ke sini?"
"Bisa. Papa langsung ke sana bareng mereka. Share location aja." kata Xaverick diseberang telpon.
Alex mengangguk singkat. "Oke." setelah itu sambungan terputus. Alex segera mengirim lokasinya ke Xaverick.
"Gimana, Lex?" tanya Ryan.
Kepala Alex bergerak ke atas dan ke bawah, "Papa gue bakal ke sini sama bawahannya dan polisi." Alex menatap satu persatu temannya. "Sambil nunggu Papa gue, gimana kalo kita susun rencana?"
"Ayok." jawab Keenan.
Mereka bertiga akhirnya duduk di balik semak-semak yang tidak jauh dari pabrik yang dijadikan tempat untuk menyembunyikan Luna.
🌩🌩🌩
"Kak Naomi?" batin Luna terkejut.
"Terkejut, Luna?"
Luna menolehkan kepalanya ke samping. Ingatannya otomatis terputar.
Sambil mengikat tali sepatunya, Ia mendengar Alex berbicara dengan seseorang, yang kalau ia tebak, pasti Erano. Karena nada yang tidak enak didengar keluar dari mulut kakaknya.
Baru saja Ia akan berdiri menghampiri Alex yang berjarak dua langkah darinya, seseorang membekap mulutnya kemudian menarik dirinya ketempat yang agak jauh dari Alex.
Luna panik, tentu saja, ia masih bisa melihat Alex yang masih berbicara sinis dengan Erano dan belum menyadari bahwa Luna tidak ada disampingnya.
"Hmmpp!" Luna berusaha untuk memberontak dengan memukul tangan orang yang membekapnya. Luna tentu saja tidak dapat melihat orang yang tiba-tiba menyuliknya ini, karena posisinya yang membelakangi si penyulik.
Ketika Alex sudah meninggalkan tempatnya, saat itu juga Luna mendengar suara yang membuatnya terkejut.
"Bye, bye, Luna."
Luna ingat, suara ini, sama seperti suara gadis yang membekap mulutnya saat ia hilang di tengah hutan waktu itu.
Luna masih menatap gadis yang tidak ia ketahui namanya, dan ingatannya kembali mengingat sesuatu.
Di atas tangan mereka berlima, sudah ada nampan lengkap dengan makanan dan minumannya. Mereka memilih tempat duduk di dekat jendela, seperti biasa.
Ketika hampir sampai di tempat duduk, tiba-tiba sepiring spaghetti tumpah di atas kemeja putih Luna yang memang tidak terbalut almamater. Bahkan nampan yang dipegangnya jatuh karena terkejut. Menimbulkan suara nyaring yang cukup keras.
Kantin mendadak sepi karena suara benda jatuh tersebut. Semua orang yang berada di kantin melongo melihat seragam putih Luna yang kini berubah warna.
"Ma-maaf. Gu-gue gak se-sengaja." kata seorang gadis yang menjadi penyebab seragam Luna berubah warna.
Luna terdiam tanpa menjawab sambil menyingkirkan pasta-pasta yang mengotori seragam sebelah kirinya. Alex yang melihat Luna hanya terdiam langsung mengeluarkan suaranya.
"Gimana sih?! Makanya kalo jalan itu liat-liat!" seru Alex kemudian ikut membantu Luna menyingkirkan sisa-sisa pasta dari seragamnya.
Keenan hanya diam menyaksikan, seperti semua orang yang ada di kantin ini. Sedangkan Liana dan Anna juga membersihkan seragam Luna dengan tisu yang selalu Liana bawa kemana-mana.
"Ma-maaf. Tadi g-gue gak se-sengaja kesandung kaki orang." katanya sambil tetap menduduk.
Ya, Luna ingat. Gadis itu adalah gadis yang membuatnya pingsan di tengah hutan dan gadis aneh yang waktu itu membawa makanan tanpa nampan. Padahal seharusnya, semua murid membawa makanannya dengan nampan saat istirahat di kantin.
"Kayaknya, ada yang baru inget sesuatu nih." kata gadis itu menyadarkan Luna dari keterkejutannya. "Oh iya, kenalin, nama gue Cherryl Alya Sabrina, adik dari Andira Naomi Sabrina. Salam kenal, Avio Laluna Taylor." sambung Cherryl dengan penekanan tiap kata pada kalimat terakhir.
"Kalian, kenapa? Kenapa harus aku?" Luna kembali terisak. Kini ia sadar, kedua gadis di depannya ini pasti sudah merencanakan hal ini sejak lama.
"Terus kalo bukan lo, siapa? Semut?" sewot Naomi.
"Ki-kita, kita bisa ngomongin baik-baik, kan?" ucap Luna.
Naomi dan Cherryl tertawa. "Ngomongin baik-baik? Setelah apa yang terjadi sama Kakak gue dan Mama gue?"
Naomi mendekat lalu menundukkan kepalanya. Tangannya mengelus sebelah pipi Luna. "Ngga segampang itu, sayang. Karena Papa lo gatau kemana, jadi, gimana kalo kita main-mainnya sama lo aja?" Naomi tersenyum miring.
Luna mulai memberontak, ia menggeleng-gelengkan kepalanya agar tangan Naomi lepas dari pipinya.
"Ngga! Aku gamau! Tolongg!" teriak Luna, berharap ada orang yang akan membantunya.
Plak!
Suara tamparan itu bergema ke sudut-sudut ruangan. Air mata Luna mulai turun dengan keadaan kepala yang tertoleh ke sebelah kanan, akibat dari tamparan Naomi yang sangat keras.
"Diem." desis Naomi. Kemudian ia membalikkan badannya ke arah Cherryl. "Che, langsung aja panggilin, biar cepet kelar."
Cherryl mengangguk singkat. "Oke." Lalu berlalu dari hadapan Luna dan Naomi.
Tubuh Luna meremang. Sebenarnya, apa yang akan kedua kakak-adik itu lakukan kepadanya?
Tidak lama terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Luna menyipitkan matanya agar dapat melihat dengan jelas sosok yang sebentar lagi muncul.
"Wah, cantik juga."
Mata Luna membulat saat melihat tiga pria di hadapannya. Ia semakin takut dan air matanya semakin bertambah.
"Tuh, terserah mau kalian apain." Naomi menatap sekilas ke arah Luna. "Selamat bersenang-senang." tak lama Naomi hilang dari pandangan Luna.
Sekarang hanya tersisa Luna dan tiga pria yang menatapnya lapar. Luna kembali berontak. Ia berusaha melepaskan dirinya.
"Et, mau kemana, cantik?" kata pria yang memakai kaus berwarna hijau tua.
"Lepasin aku!"
"Kita main-main dulu lah sebentar." kini pria dengan jaket jeans yang berbicara.
"Langsung aja yok." seru pria dengan kalung dan anting yang menempel pasa bagian tubuhnya. Kedua pria yang lainnya langsung mengangguk dan tersenyum.
Tanpa bisa dicegah, pria dengan kaus hijau tua merobek seragam Luna, memperlihatkan tanktop berwarna hitam.
"No, stop! Let me go! Hiks!"
"Sstt, diem." kata pria dengan kalung dan antingnya. Pria tersebut kemudian menyentuh pundak Luna.
"Mulai dari mana y—,"
Brak!
Kata-kata pria itu terpotong. Keempat manusia dalam ruangan itu menoleh ke sumber suara.
🌩🌩🌩
Sad:( kasian lunaa:(
hello gaiss! gimana part ini? kira-kira siapa yang gebrak pintu hayoo?
makasii yang udah vote, comment dan follow akuu yaaa!
thanks for reading, jangan bosen sama alex luna yaa dan sorry kalo ada kekurangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Fiksi Remaja[ Completed ] Xavier Alexander Skye memiliki seorang adik sejak tiga tahun yang lalu. Adik yang berbeda jenis dengannya itu, ditemukan oleh ayahnya di sebuah toko permen dan berakhir dirumah Alex, menjadi adik angkat Alex. Sungguh gadis itu sangat c...