👫 thirty five - another past

26.9K 1.4K 40
                                    

Udah ada isinya?

Sean memperhatikan putrinya yang sedang bermain di taman bersama teman-temannya. Hari ini ia yang akan menjaga Luna bermain.

Sean bersyukur karena Luna sudah kembali menjadi Luna yang dulu. Luna yang ceria dan cerewet. Meskipun harus menunggu selama dua tahun. Sebelumnya, Luna memang sudah bisa bermain lagi bersama teman-temannya. Tapi, sangat susah mengembalikan Luna yang ceria.

Drrt.

Ponsel yang ada digenggamannya bergetar, tanda ada pesan masuk. Sean segera membuka pesan tersebut, kemudian mengerutkan dahinya.

+62 812 632xxxx
Lo dan Luna harus mati! Gue akan bales dendam.

Kerutan di dahi Sean semakin tampak jelas. Ia yakin pesan ini berasal dari orang yang ingin mengambil perusahaannya. Setelah dua tahun sejak kejadian itu dan ia masih juga mengincar perusahaannya?

"Kenapa orang ini begitu terobsesi dengan perusahaannya? Bahkan sampe ingin membunuhnya dan Luna." Pikir Sean.

Mata Sean menatap Luna yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Sean takut kehilangan putri bungsunya. Ia harus melakukan segala cara agar Luna aman.

"Dasar orang gila. Cuma gara-gara perusahaan sampe pengen bunuh orang." gumam Sean.

Sean melihat jam tangannya. Jarum pendeknya sudah menunjukkan pukul 4 sore.

"Luna!" panggil Sean.

Gadis kecil itu menoleh, "Kenapa, Pa?"

Sean bangkit dan berjalan menghampiri gadis kecil itu. Ia menyejajarkan tubuhnya dengan Luna.

"Pulang, yuk, udah sore, mainnya besok lagi." ajak Sean sambil merapihkan rambut anaknya.

Luna memanyunkan bibirnya. "Aku masih mau main, Pa."

Pria dengan kemeja putih itu tersenyum. "Besok lagi sayang. Sekarang pulang dulu. Kamu belum makan siang." bujuk Sean.

Akhirnya Luna mengangguk. Ia juga merasakan perutnya lapar. "Aku bilang temen-temen dulu."

Setelah itu Luna berlari menghampiri teman-temannya dan berpamitan pulang. Beberapa dari mereka tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Ayo, Pa."

Ayah dan anak itu berjalan pulang ke rumah. Sean menggandeng tangan Luna yang berjalan di sebelah kirinya.

🌩🌩🌩

"Shit!"

Di dalam sebuah ruangan yang lumayan besar, seorang pria terus mengumpat sambil menatap ponselnya yang menampilkan sebuah pesan.

+62 812 632xxxx
Gimana Sean? Tetep gamau nyerahin perusahaan?

Sean mengacak rambutnya. Sudah beberapa hari ini, ia mendapat pesan dari nomor yang sama dan dengan isi yang sama, serahkan perusahaan atau ia dan Luna dalam bahaya.

Sean tidak peduli jika orang itu hanya mengancam dirinya. Masalahnya, orang itu membawa-bawa nama Luna. Sean takut anaknya kenapa-napa.

Sudah cukup Luna waktu itu diculik. Ia akan melakukan apapun agar anak-anaknya hidup dengan damai, meskipun harus mengorbankan dirinya sendiri.

Sean mengambil jasnya yang tersampir dikursinya dan ia keluar dari ruang kerjanya. Ia harus pulang.

🌩🌩🌩

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang