👫 Devan's love story

24.2K 1K 39
                                    

Hari ini adalah hari ketiga Alex di Jakarta. Alex hanya memiliki waktu seminggu di kota tempat kelahirannya ini.

Di taman belakang rumah keluarga Taylor, Alex dan Luna sedang duduk bersantai di atas rumput hijau.

Senin pagi ini, Luna sudah diliburkan oleh sekolah dan akan kembali masuk tiga minggu lagi dan memasuki semester baru.

Luna dengan kaos berwarna putih duduk bersila di atas rumput di depan Alex. Mereka berdua sedang bercanda dan tertawa. Terkadang Alex mencubit pipi Luna gemas atau mengacak-acak rambutnya hingga Luna kesal.

Ketika mereka sedang asik tertawa, ponsel yang Luna letakkan di atas rumput, berbunyi. Luna melihatnya sekilas dan mendapati adanya pesan dari seseorang.

"Bentar," ucap Luna ke Alex. Ia mengambil ponselnya dan membaca pesan yang dikirimkan orang itu.

Devan

Udah libur, jalan yuk.

Gadis itu hanya membacanya dan kembali menatap Alex dengan cemberut.

"Dari siapa?" tanya Alex.

"Devan." raut wajah Alex langsung berubah datar.

"Katanya apa?"

"Ngajak jalan. Luna udah pernah cerita belum sih kalo Devan nembak Luna?" tanya Luna.

Alex melotot dan menganga. "Belum deh kayanya. Buktinya aku kaget."

"Iya, Devan nembak." Luna menunduk. "Luna gatau harus bilang apa. Selama ini Devan taunya aku sama kamu kan kakak adek, masa tiba-tiba aku bilang kalo kita udah tunangan."

Alex mengerti perasaan Luna. Ia menghela napas pelan. "Yaudah, iyain aja."

Luna mengangkat kepalanya terkejut. "Boleh, jalan sama Devan?"

Laki-laki dengan celana selutut itu mengangguk. "Tapi aku ikut."

"Oke. Sekalian bantuin Luna jelasin ya."

"Iya."

🌈🌈🌈

Setelah mengabarkan Devan kalau Luna menerima ajakkannya, Luna bersama Alex yang mengemudikan mobilnya menuju ke salah satu cafe yang telah ditentukan.

Mereka sudah berada di dalam cafe sekarang dan sedang menunggu Devan.

Mata Luna menangkap kehadiran Devan di depan pintu masuk, ia langsung melambaikan tangannya dan memanggil Devan.

Devan menoleh lalu tersenyum menatap Luna. Tapi senyumannya langsung luntur saat melihat adanya Alex yang duduk di sebelah Luna.

"Hai." sapa Devan setelah duduk di hadapannya keduanya.

Luna membalas sapaan Devan, sedangkan Alex mengangguk sekilas dengan wajah datar.

Devan sebenarnya kecewa ketika mengetahui kalau Luna tidak tersendiri. Gadis yang ia sukai itu bersama kakaknya yang posesif. Ia jadi merasa tidak bebas.

"Mmm, mau langsung makan aja?" tanya Luna.

Devan tersenyum lembut dan membuat Alex panas. "Iya, makan aja." balas Devan.

Kemudian mereka bertiga memanggil pelayan dan memesan makanan. Suasana tampak canggung dan begitu hening setelah mereka memesan makanan.

"Dev, ada yang mau aku omongin," kata Luna pelan.

"Apa?"

Luna menatap Alex meminta persetujuan. Alex yang sedang memainkan ponselnya menoleh saat merasa gadis imut disebelahnya menatapnya.

Alex mencernanya sebentar kemudian ia paham. "Nanti aja." kata Alex.

Laki-laki yang duduk di depan Luna dan Alex mengernyit bingung. Ia menatap Luna dan Alex bergantian.

"Kenapa, Lun?"

"Nanti aja, makan dulu, itu udah dateng."

Setelah itu mereka makan dengan hening dan Devan yang menebak-nebak apa yang akan dibicarakan Luna.

Dua puluh menit kemudian, mereka bertiga telah menyelesaikan makanan masing-masing. Devan kembali menatap Luna penasaran. Alex yang menyadari Devan menatap intens Luna menghela napas.

"Jangan natep cewek gue kayak gitu," ucap Alex dengan pandangan lurus ke arah Devan.

Bukan hanya Devan yang menoleh terkejut, Luna pun begitu. Ia bahkan merasa salah tingkah ketika Alex berbicara seperti itu kepada Devan.

"Ap—"

"Devan," Devan kembali menatap Luna. "Maaf, aku waktu itu udah bilang gabisa nerima kamu karena aku udah punya, tunangan." Luna memelankan kata terakhirnya.

"Dan tunangan aku, Alex, kakak angkat aku sendiri."

"Angkat?" kata Devan terkejut.

"Iya, amgkat. Gue harap lo bisa jaga rahasia ini." kata Alex. "Gue sayang sama Luna lebih dari yang seharusnya, dan kita juga ternyata dijodohin. So, itu ngebuat kita jadi kayak gini." lanjut Alex.

Devan belum pulih dari keterkejutannya. "Kok bisa sampe tunang—"

"Gue bilang, gue sayang sama Luma lebih dari kakak sayang sama adeknya, ternyata Luna juga sama, sama gue. Ditambah orang tua kita yang ngejodohin kita. Panjang lah ceritanya."

"Maaf, Devan. Aku harap kamu bisa jaga rahasia." Luna menatap memohon ke arah Devan.

Sungguh, hati Devan kini hancur berkeping-keping. Susah-susah ia berusaha bersikap baik di hadapan Alex yang ia kira kakak Luna, malah Alex sendiri yang menjadi pasangan Luna.

Devan memejamkan matanya sebentar lalu kembali membukanya dan menatap kedua manusia dihadapannya. Ia tidak membenci Luna, ia masih suka dan sayang sama gadis imut itu. Bibirnya mengukir sebuah senyuman.

"Masih bisa jadi temen kan?" berat sekali rasanya mengucapkan kalimat tersebut, tapi ia tidak mungkin memaksakan Luna. Apalagi status Luna sudah tidak sendiri lagi sekarang.

Luna mengangguk sambil tersenyum. "Tetep temen kok."

"Ga boleh terlalu deket." kata Alex datar.

Luna menoleh lalu memajukan bibirnya kesal. "Mana ada begitu! Alex mah, Luna cuma temenan sama Devan." rengek Luna. Alex hanya mengangkat bahunya acuh.

"Aleex," sebal Luna. "Ih! Luna tuh dilarang-larang mulu!"

Alex terkekeh ia mengacak rambut Luna. "Soalnya kamu masih kecil, sayang."

Devan tersenyum kecut mendengarnya. Hatinya sungguh panas dan ia sudah tidak tahan berada di sini lebih lama.

Laki-laki itu berdiri. "Lun, Kak, gue balik duluan deh ya, Mama nyuruh balik." katanya sambil mengangkat ponselnya, seolah memberi tahu kalau ibunya baru saja mengabarinya, padahal tidak.

"Oh iya, makasih ya, Devan. Hati-hati!" Luna melambaikan tangannya sambil tersenyum.

Devan balas tersenyum. Ia kemudian pergi dari sana, meninggalkannya kedua sejoli yang sedang bermesraan.

Mungkin inilah akhir dari kisahnya dengan Luna. Sad Ending. Devan harus berusaha melepaskan Luna dan mencoba menyukai perempuan lain. Ia tidak bisa terus terpaku pada sosok imut tersebut.

Devan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Ia tersenyum tipis di balik helm full face-nya.

Setidaknya ia pernah merasa begitu bahagia bisa menyukai sosok ramah dan imut seperti Avio Laluna Skye.

🌈🌈🌈

inilah the real sad ending😭 devan kasian banget.

ada ga sih yang tim luna-devan? wkwkwk. kepo ajaa sih.

makasih yang udh vote, comment dan follow akuu.

thanks for reading, jangan lupain alex luna dkk yaa dan sorry kalo ada kekurangan.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang