Alex dan Luna keluar dari hutan. Kedatangan mereka tentu saja menarik perhatian orang-orang. Mereka kembali tepat pada pukul tiga pagi.
Tangisan Luna sudah berhenti, tapi ia tidak bisa tidur. Setiap memejamkan matanya, sosok itu selalu terbayang. Alhasil, Luna tetap membuka matanya dan hanya memerhatikan leher Alex.
Tepat di depan tenda Alex, berdiri Xaverick dengan wajah khawatirnya. Bagaimana tidak khawatir, kedua anaknya ada di dalam hutan pada malam hari.
Alex yang melihat Xaverick, langsung menghampirinya. "Maaf, Pa."
"Gapapa. Yang penting kalian udah kembali."
Orang-orang penasaran dengan Luna, mengapa wajahnya harus disembunyikan di balik jaket Alex?
Xaverick akan membuka mulutnya untuk memanggil Luna, namun ditahan oleh Alex.
Baru Alex ingin melepaskan tangan Luna, Luna kembali mengeratkan pelukannya.
"Luna kenapa?" tanya Xaverick tanpa suara. Keadaan disekitar cukup hening, mereka ikut penasaran dengan Luna.
"Hantu." jawab Alex singkat tanpa suara juga.
Xaverick hanya tersenyum membalasnya. Ia yakin sebelum Luna tertidur, Alex tidak bisa lepas dari Luna.
Xaverick mengelus punggung gadis yang kini berada dalam gendongan Alex. Tubuh Luna langsung menegang karena merasakan ada tangan lain yang mengelusnya.
"Astaga, Luna." lelah Alex karena tangan dan kaki Luna yang tadinya sudah mulai merenggang, kembali memeluk erat tubuhnya. Bahkan Luna mulai menitikkan air matanya.
"Ini papa, Luna." Luna mengintip sedikit dari balik jaket Alex. Memang benar, yang mengelus punggungnya adalah papanya. Tapi Luna tetap tidak mau melepaskan Alex.
Orang-orang mulai berisik kembali. Rasa penasaran mereka tidak terjawab, karena Xaverick dan Alex ngobrol dengan suara pelan.
Liana dan Anna menghampiri Luna, Alex yang melihat dari sudut matanya, menghentikan Anna yang akan menepuk bahu Luna. Anna hanya mengangguk mengerti. Luna masih shock, lalu mengajak Liana pergi dari sana untuk tidur.
Tubuh Alex benar-benar lelah. Ia mendudukan dirinya di atas rumput depan tendanya. Siswa dan siswi sudah masuk ke tenda masing-masing untuk tidur. Begitu juga dengan Keenan dan Ryan.
"Lex, Papa udah bikinin tenda. Kalian tidur disana, barang-barang juga udah dipindahin." kata Xaverick ikut duduk disebelah anaknya.
"Thanks, Pa. Sorry, i can't keep Luna properly."
Xaverick hanya tersenyum, Ia ingin marah, tetapi kasihan melihat Alex yang sepertinya lelah menggendong Luna.
"Kalo gitu, Papa pulang dulu, oke? Acara kemahnya tetep dilanjut ya, Papa gabisa mulangin kalian karena ini." Xaverick lalu mengelus kepala anak-anaknya.
Alex hanya mengangguk, mengerti. Sedangkan Luna masih terdiam. "Hati-hati, Pa."
Xaverick kemudian pergi meninggalkan mereka. Alex berdiri dari duduknya, Ia menuju ke tenda yang disiapkan oleh Xaverick.
Di dalam tenda sudah ada dua sleeping bag dengan dua bantal. Alex ingin sekali langsung mengganti bajunya, kemudian menenggelamkan diri di dalam sleeping bag.
"Luna ga ngantuk?" Luna mengangguk.
"Tidur ya?" Luna menggeleng menjawabnya.
Alex memejamkan matanya. "Why, baby? Kakak capek, beneran deh."
Bukannya menjawab Luna malah menangis, membuat Alex menjadi khawatir. "Eh, kenapa? Yaudah, yaudah gausah tidur."
Luna memberanikan diri mengangkat kepalanya. "Se-setiap aku me-merem, dia mu-muncul terus, ka-kakak. A-aku takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Ficção Adolescente[ Completed ] Xavier Alexander Skye memiliki seorang adik sejak tiga tahun yang lalu. Adik yang berbeda jenis dengannya itu, ditemukan oleh ayahnya di sebuah toko permen dan berakhir dirumah Alex, menjadi adik angkat Alex. Sungguh gadis itu sangat c...