👫 twenty six - uhm

34.1K 1.7K 206
                                    

"Yaampun!" Luna refleks menyentuh dadanya.

Seperti kemarin, pagi-pagi sekali, Luna sudah siap dengan seragam sekolahnya. Tujuannya tentu saja untuk menghindari kakak gantengnya itu.

Tapi berbeda dengan kemarin, hari ini rencana untuk menghindarinya gagal. Ya untuk pagi ini bisa dibilang gagal. Karena makhluk yang sedang ia hindari kini berdiri didepannya sambil menyilang kedua tangannya.

Laki-laki yang sudah lengkap dengan seragamnya itu mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

Tidak perlu bertanya pada mbah google atau orang jenius, Luna langsung mengerti arah pembicaraan mereka sekarang.

Kaki Luna bergerak gelisah. Tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya dan takut-takut menatap laki-laki yang ada didepannya ini. Jantungnya berdetak dengan cepat. Ntah karena senang Alex peduli padanya atau takut untuk dimarahi.

Dan Luna tau pasti kenapa jantungnya berdetak cepat seperti sekarang.

Tubuhnya terlonjak saat Alex mengelus bibir bawahnya dengan ibu jarinya. "Jangan di gigit." katanya.

Bukannya menurut, Luna malah kembali menggigit bibir bawahnya. Ia gugup! Ditatap seintens itu oleh laki-laki yang berdiri didepannya.

Dan sekejap mata, Alex melakukan sesuatu yang tidak Luna duga sebelumnya. Mata Luna membulat dan tubuhnya kaku dan memanas. Wajahnya berubah menjadi semerah tomat.

Apa? Alex barusan, apa?

Oke, mari kita ulang kejadian beberapa detik yang lalu.

Bukannya menurut, Luna malah kembali menggigit bibir bawahnya. Ia gugup! Ditatap seintens itu oleh laki-laki yang berdiri didepannya.

Alex berdecak, ia mendorong pelan tubuh Luna menyender pada dinding dibelakangnya. Kedua tangannya mengurung Luna agar gadis itu tidak melarikan diri. Kepalanya maju dan sedikit memiring.

Dan bibir lembut itu menyentuh bibir Luna. Sedetik, dua detik, tiga detik, dan terlepas begitu saja.

Mata Luna membulat dan tubuhnya kaku dan memanas. Wajahnya berubah menjadi semerah tomat. Efek dari kelakuan Alex yang tiba-tiba mengecup bibirnya.

Jantungnya sudah loncat hingga tenggorokkan. Terkejut, tapi rasanya ada ratusan kupu-kupu berterbangan diperutnya sekarang.

Ingin marah, ingin teriak, ingin menonjok orang yang masih dihadapannya ini. Tapi justru ia hanya menatap mata yang juga menatapnya.

"Jangan digigit." bisik Alex. "Jadi? Kenapa?" tanya Alex santai. Ia menikmati wajah memerah Luna yang menggemaskan.

Ah, sial! Ia jadi ingin 'itu' lagi. Harusnya Alex bisa menahan dirinya.

"Alex? Luna? Ngapain disitu?"

Suara Xaverick membuat mereka berdua otomatis menjauhkan diri. Sama-sama salah tingkah dan menatap ke segala arah.

Percayalah, detak jantung Alex tidak kalah cepat dengan jantung Luna.

Xaverick mengeratkan keningnya menyadari sikap aneh dari kedua anaknya. Tapi kemudian ia mengangkat bahunya. Nanti ia bisa cek di cctv yang terpasang di sudut-sudut rumah.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang