Baca note dibawah yaaa!
🌈🌈🌈
Alex dengan cepat menarik lengan Anna agar duduk di sampingnya. Ia melirik sekitar, memastikan kedua teman Anna—Luna dan Liana, tidak ada disini.
"Lo ngapain disini?" tanya Alex.
Anna memperhatikan ekspresi aneh kakak-kakak kelasnya ini. Ada yang panik, datar tapi kaget, dan yang satunya, abis kaget, senyum-senyum sendiri.
"Disuruh beli minum sama Bu Gina." jawab Anna santai.
"Lo denger semua?" Keenan menatap Anna.
"Cuma pas lo nanya ke Kak Alex." kata Anna menunjuk Keenan dan Alex bergantian.
"Anjir, lo diem-diem aja ya." Alex mengusap wajahnya. Ah, rahasianya terbongkar, dengan salah satu temannya Luna pula.
Ryan yang daritadi hanya memperhatikan Anna, kini mengalihkan pandangannya ke arah Alex. "Jadi, lo beneran suka sama Luna?"
Ketiga manusia di meja itu memusatkan pandangannya ke arah Alex. Yang ditatap menghela napasnya, lalu mengangguk pelan.
Anna menganga. "Luna, kan, adek lo, Kak!" serunya.
"Gue tau. Salahin Ryan yang bikin gue sadar sama perasaan gue." katanya sambil menunjuk Ryan.
"Lah?! Kok gue?!" teriak Ryan tidak terima.
Keenan menoyor kepala Ryan. "Kan, lo yang ngomongin begituan pas di rumah gue."
"Lo kenapa seneng banget aniaya gue sih?!" sebal Ryan.
"Muka lo mendukung." datar Keenan.
"Udah-udah. Jangan bilangin Luna ya, gue takut dia menjauh." kata Alex.
"Terus lo bakal diem aja?"
"Ya mau gimana lagi, ga seharusnya, kan, gue punya perasaan sama adik gue sendiri?"
"Tapi, dia bukan adek—"
"Dia adek gue secara hukum." potong Alex melirik Ryan.
Anna yang daritadi menyimak obrolan ketiga laki-laki didepannya, berdiri. Ia melirik jam tangannya. Sudah lima belas menit ia disini.
"Eh, gue duluan, Kak. Ntar kena omel." tanpa menunggu jawaban, Anna segera pergi membeli minum dan setelah itu kembali ke kelas.
Setelah Anna hilang dari pandangan mereka, Keenan kembali membuka suara.
"Jadi, lo bakal diem aja?"
"Iya. Dan gue akan coba buat lupain perasaan ini."
Keenan hanya mengangguk. Apa yang temannya lakukan, pasti ia dukung. Kecuali kalau menjurus ke hal yang tidak benar.
"Tunggu dulu." kata Ryan.
Alex dan Keenan kompak menoleh. "Kenapa?"
"Gue rasa, lo jangan ilangin dulu perasaan lo." kata Ryan. "Tadi lo bilang kan, kalau Luna mukanya merah terus, diem terus, gamau natep lo?" Alex mengangguk.
"Percaya sama gue, itu gejala orang suka sama lo." jelasnya.
Alex mengernyit. "Ap—"
"Ett, shh." Ryan menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya. "Lo liat aja fans-fans kita—"
"Kita? Gue sama Alex doang kali." selak Keenan.
Ryan memutar bola matanya. "Ya, ya, fans lo berdua. Liat aja kalo mereka ngasih surat atau coklat, pasti mukanya merah. Terus gamau natep lo kan? Ngomong juga gagap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen Fiction[ Completed ] Xavier Alexander Skye memiliki seorang adik sejak tiga tahun yang lalu. Adik yang berbeda jenis dengannya itu, ditemukan oleh ayahnya di sebuah toko permen dan berakhir dirumah Alex, menjadi adik angkat Alex. Sungguh gadis itu sangat c...