👫 nine - erano

40.2K 2K 59
                                    

"Hai."

Seorang laki-laki berwajah tampan berdiri di depan Luna. Jika di liat-liat, mungkin seumuran dengan Alex dan teman-temannya, atau sepertinya lebih muda.

Luna berdiri dari duduknya. "Eh, iya, hai?"

Laki-laki itu tersenyum. "Hai, nama gue Er—"

"Ngapain lo?" tanya Alex dingin. Ia menyembunyikan Luna di belakang tubuhnya.

"Eh? Kenapa, Kak Alex?" Laki-laki tersenyum miring setelah menekankan kata 'Kak' dalam ucapannya.

"Pergi."

"Apasih? Kan gue mau kenalan sama adik manis dibelakang lo,"

"Gaada. Pergi lo cepet, sebelum muka sok polos lo itu ancur."

Keenan yang daritadi hanya menyimak, sekarang ikut nimbrung. "Erano, mending lo pergi."

Erano kembali tersenyum miring, kemudian matanya tertuju kepada Luna yang memasang wajah bingung. "Oke. Bye, adik manis." sambil mencolek dagu Luna.

Bugh!

"Anjing! Berani lo nyentuh adek gue?!" Alex kembali memukul rahang Erano.

Sekarang semua orang memusatkan pandangan kearah mereka. Guru-guru tidak kelihatan, karena mereka memiliki lahan kemah sendiri. Saat ini memang masih waktu untuk istirahat, dan acara akan dimulai pada sore hari.

Erano tertawa mengejek. "Oh? Adek lo?"

Alex akan kembali memukul wajah Erano, jika saja Luna tidak menghentikan mereka.

"Kak! Udah, Kak!"

"Selamat lo kali ini." kemudian Alex membawa Luna pergi dari sana.

Mereka hanya jalan berdua melewati rumput-rumput hijau yang tingginya hampir selutut. Tangan Alex menggenggam erat tangan Luna. Seperti orang yang takut kehilangan sesuatu yang berharga.

Hanya hening yang mengisi diantara mereka. Alex yang masih berusaha meredakan emosinya dan Luna yang tidak tahu harus berbicara apa, lebih tepatnya, takut untuk berbicara.

Sampailah mereka di danau yang tidak begitu luas. Airnya begitu jernih hingga batu-batu yang ada didalamnya terlihat jelas. Terdapat satu pohon besar di dekat danau. Dibatang pohon tersebut, digantung ayunan kayu.

Alex duduk di tepi danau diikuti Luna, karena tangan mereka yang saling bertautan. Luna memandang jauh ke depan sana, pemandangannya indah sekali. Sedangkan Alex memejamkan kedua matanya.

Keheningan masih menyelimuti mereka. Belum ada yang mau memulai obrolan. Luna masih takut untuk berbicara.

"Luna." Alex membuka matanya kemudian mengalihkan pandangan ke sebelah kirinya.

Luna menengokkan kepalanya. "Iya?"

"Kamu sayang ga sama kakak?" tanya Alex.

Dahi Luna mengernyit. "Ya, sayanglah. Kenapa, Kak?"

"Kalo gitu kamu harus janji sama kakak, jangan deket-deket sama Erano, oke?" Alex mengeluarkan jari kelingkingnya.

"Oke, janji." Luna mengangguk kemudian menyatukan jari kelingkingnya dengan milik kakaknya.

Sebenarnya Luna ingin bertanya, namun ia urungkan, karena melihat kondisi kakaknya yang sepertinya tidak sedang baik-baik saja.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang