👫 fourty six - necklace

21.1K 1.1K 39
                                    

Alex membanting pintu mobilnya. Masa bodo kalau rusak. Xaverick punya banyak uang. Ia berlari masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya, melompati dua anak tangga sekaligus.

"Alex! Kamu kenapa?!" teriak Fiona dari bawah ketika mendengar suara pintu yang dibanting.

Tidak kunjung mendapat jawaban Fiona menuju ke kamar Alex.

"Alex?!"

Xaverick yang merasa tidurnya terganggu, bangun dari rebahannya di sofa ruang keluarga. Dari posisinya ini, ia dapat melihat Fiona yang sedang mengetuk pintu kamar Alex.

Xaverick menghampiri Fiona. "Kenapa, Ma?"

"Itu, Alex, gedubrakan aja."

Xaverick menatap pintu kamar Alex dan ikutan mengetuknya. "Alex?" panggilnya.

"Masuk aja deh." kata Xaverick. Pria itu meraih gagang pintu dan membukanya.

Fiona dan Xaverick dapat melihat Alex duduk di depan meja belajarnya dengan sebuah laptop di hadapannya.

"Alex, kamu kenapa sayang?" tanya Fiona lembut.

Berbeda dengan Fiona yang langsung bertanya akan keadaan putranya, Xaverick justru memperhatikan layar laptop yang sedang memuat sebuah aplikasi.

Alex mengerang sebal karena loading yang tidak kunjung selesai.

"Kamu ngapain, Lex?"

Xaverick tentu tau aplikasi apa yang sedang di buka putranya itu.

Laki-laki yang sudah acak-acakkan itu menangkup wajahnya. "Luna."

"Luna kenapa?" tanya Fiona.

"Ilang."

"Lagi?!" heboh Fiona yang diangguki Alex.

Xaverick juga terkejut kendengar kabar tersebut. Otaknya langsung bisa menebak siapa dalang di balik penculikan Luna, lagi.

"Harusnya waktu itu kita cari sampe ketemu Naomi sama Cherryl." erang Alex.

Ya, mereka memang tidak mencari Naomi dan Cherryl sampai ketemu. Polisi tidak kunjung menemukan keberadaan kedua orang itu. Kemungkinan besar mereka bersembunyi di luar kota atau bahkan negara lain.

"Kamu udah kasih tau ke orang tua Luna?" Alex menggeleng lemah.

Xaverick buru-buru menelpon Sean untuk memeberi tahu kabar ini, sedangkan Fiona mengelus bahu Alex.

Alex menatap laptopnya yang masih menampilkan layar redup dengan tanda buffering di tengahnya.

Sepuluh menit kemudian, kamarnya berubah ramai karena kehadiran Sean, Natalia dan Sia. Bahkan kedua temannya beserta Anna dan Liana ada di sini. Pasti Xaverick yang memberitahu mereka.

"Gimana kok bisa?" tanya Natalia yang sudah menangis.

Alex tau pertanyaan itu ditujukan untuknya. Ia menundukkan kepalanya karena di tatap penasaran oleh seluruh manusia yang ada di kamarnya.

"Alex ngga tau. Pas Alex sampe di cafe, Luna gaada. Di chat juga ga dibales. Di telpon, yang jawab operator."

Semuanya hanya terdiam mendengar jawaban yang keluar dari mulut Alex. Tidak sadar kalau diantara mereka ada yang menatap kosong ke depan.

"Lex, itu udah loading-nya." kata Xaverick.

Alex buru-buru memutar badannya dan mengutak-atik laptopnya.

"Ngapain, Lex?"

"Kalung,"

"Kalung?" tanya Sean mewakili semuanya.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang