👫 thirteen - spaghetti

38.9K 2K 68
                                    

"Lun, kantin?" tanya Liana setelah memasukkan semua bukunya ke dalam tas.

Luna mengangguk. "Hm. Bareng Kak Alex kaya biasa." kemudian berjalan ke depan kelas bersama Liana dan Anna.

Postur tubuh yang sudah Luna hapal, terlihat berdiri di depan pintu kelas sambil mengobrol bersama seseorang.

Alex menyadari Luna dan kedua temannya sudah didepannya langsung menghentikan obrolannya bersama Keenan. "Hai, yok makan." sapanya, kemudian merangkul bahu Luna.

"Loh, Kak Ryan kemana?" tanya Anna setelah menyadari tidak ada Ryan bersama Alex dan Keenan.

"Ga masuk. Sakit katanya." Keenan menjawab pertanyaan adiknya. Anna hanya mengangguk.

"Kenapa, An? Tumben nyariin." goda Liana.

"Ck! Ya emang kenapa? Biasanya, kan, nempel mulu bertiga."

Liana tertawa melihat wajah Anna yang memerah. Memerah karena sebal di goda tidak jelas, bukan blushing.

"Sans, An, sensian amat kaya kakaknya." kata Alex lalu terkekeh sambil melirik Keenan yang melempar tatapan sinis kepadanya.

Perlu diketahui, Alex hanya menjadi asik ketika bersama orang-orang terdekatnya. Jika orang asing, hahh berubah seratus delapan puluh derajat deh. Dingin banget.

Berbeda dengan Alex yang bisa menjadi hangat dalam waktu tertentu, Keenan justru dingin terus kaya es krim yang gak pernah keluar dari freezer.  Ngomong kalo perlu doang. Tidak peduli dengan sekitar kecuali dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya, termasuk sahabat adiknya.

Ryan, dialah yang paling kocak diantara ketiganya. Gak bisa diam dan selalu membuat keributan. Tapi karena tingkahnya itu, membuat persahabatan mereka lebih berwarna.

Kenapa jadi bahas sifat ya? Oke, back to Alex dan kawan-kawan.

Di atas tangan mereka berlima, sudah ada nampan lengkap dengan makanan dan minumannya. Mereka memilih tempat duduk di dekat jendela, seperti biasa.

Ketika hampir sampai di tempat duduk, tiba-tiba sepiring spaghetti tumpah di atas kemeja putih Luna yang memang tidak terbalut almamater. Bahkan nampan yang dipegangnya jatuh karena terkejut. Menimbulkan suara nyaring yang cukup keras.

Kantin mendadak sepi karena suara benda jatuh tersebut. Semua orang yang berada di kantin melongo melihat seragam putih Luna yang kini berubah warna.

"Ma-maaf. Gu-gue gak se-sengaja." kata seorang gadis yang menjadi penyebab seragam Luna berubah warna.

Luna terdiam tanpa menjawab sambil menyingkirkan pasta-pasta yang mengotori seragam sebelah kirinya. Alex yang melihat Luna hanya terdiam langsung mengeluarkan suaranya.

"Gimana sih?! Makanya kalo jalan itu liat-liat!" seru Alex kemudian ikut membantu Luna menyingkirkan sisa-sisa pasta dari seragamnya.

Keenan hanya diam menyaksikan, seperti semua orang yang ada di kantin ini. Sedangkan Liana dan Anna juga membersihkan seragam Luna dengan tisu yang selalu Liana bawa kemana-mana.

"Ma-maaf. Tadi g-gue gak se-sengaja kesandung kaki orang." katanya sambil tetap menduduk.

"Kaki siapa?" lagi, semua orang yang ada di kantin ini melongo mendengar Luna mengeluarkan suaranya. Bahkan Alex juga melongo. Demi apa sih ini pertama kalinya Luna berbicara sedingin itu kepada orang.

Gadis yang masih menduduk itu melirik sedikit kebelakang kanannya. Dan, ya, disana memang ada orang yang masih menjulurkan kakinya dengan tampang pucatnya.

Kini pandangan Luna tertuju pada cowok yang menjulurkan kakinya itu. Tidak biasanya Luna memperpanjang masalah seperti ini. Biasanya Ia hanya mengangguk memaafkan. Sesuai dengan sifatnya yang polos seperti anak-anak.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang