Bukan karya disney ya.
Sean memukul stir mobilnya. Ia kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga putri bungsunya.
Semua ini salahnya. Andai saja dulu ia tidak membawa Luna dalam acara yang merayakan berjayanya perusahaannya. Mungkin sekarang hidup Luna akan damai tentram.
Dan itu hanyalah perandaian.
"Sabar, Pa. Ini bukan salah Papa." Sia menepuk bahu ayahnya.
Natalia yang duduk di samping kemudi masih menangis. Sia jadi ingin menangis. Ia juga heran kenapa semua ini menimpa adik kecilnya.
Suasana di dalam mobil tersebut begitu hening dan tegang. Mata mereka sesekali melirik ke arah ponsel yang menampilkan titik merah. Takut tiba-tiba titik itu berpindah atau bahkan hilang.
Sia yang duduk di kursi penumpang melihat ke luar jendela. Mengamati aktivitas orang-orang kota di hari Sabtu ini.
Semoga kamu baik-baik aja Lun.
🌩🌩🌩
Kondisi di dalam mobil Alex juga tidak jauh berbeda. Hening dan tegang. Ryan yang biasanya melempar canda ketika mereka berkumpul pun kini membisu. Ikut merasakan kesedihan Alex.
"Sebenenya mau itu orang apasih?" heran Ryan.
"Ck. Lo tau, Yan. Lo denger semua waktu itu." balas Alex.
"Iyasih. Tapi gue masih ga nyangka ada orang yang segitunya banget cuma demi dapet perusahaan," kata Ryan. "Perusahaan juga ga di bawa mati kan."
"Namanya juga manusia. Dia ga pernah puas sama sesuatu yang udah ia punya. Apa aja juga bakal dia lakuin buat dapetin apa yang ia mau."
Ryan merinding mendengarnya. "Dih, psikopat itu namanya."
Mobil Alex memasuki kawasan sepi dipinggiran kota tersebut.
Keenan yang daritadi terdiam, menegakkan tubuhnya. Saat ia akan membuka suaranya, Alex memberhentikan mobilnya di belakang mobil Xaverick.
"Ayo."
Mungkin nanti, batin Keenan.
Mereka semua berkumpul di depan gang yang sepi itu.
"Kita bareng-bareng?" tanya Sia.
Sean mengangguk. "Bareng aja. Mereka hanya menjadikan Luna sebagai pancingan."
"Pancingan?"
"Iya. Mereka butuhnya gue." jelas Sean.
"Yaudah, ayo." ajak Xaverick.
Mereka semua memasuki gang kecil itu. Kemudian berhenti tepat di titik merah yang ditunjuk di maps.
"Gaada penjaganya?" heran Ryan.
"Kan dibilang, Luna hanya sebagai pancingan. Yang mereka cari tuh saya."
Alex melangkah memasuki halaman rumah yang tidak terawat itu diikuti Sean dibelakangnya.
"Kayak lagi bertamu dah." gumam Ryan.
Belum sempat Alex membuka pintu di depannya, pintu berwarna coklat tua itu sudah terbuka lebih dulu dari dalam.
"Woahh, cepet juga datengnya." ujar Stef.
"Suruh masuk dulu Stef." sahut Bian dari dalam.
"Silahkan masuk tamu-tamu." Stef membuka pintu lebih lebar lagi.
Alex menggeram kesal. Mereka kira sedang bertamu apa?
Mata Stef beradu dengan salah satu tamu-nya. "Well, hello, Keenan." sapanya ketika Keenan melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen Fiction[ Completed ] Xavier Alexander Skye memiliki seorang adik sejak tiga tahun yang lalu. Adik yang berbeda jenis dengannya itu, ditemukan oleh ayahnya di sebuah toko permen dan berakhir dirumah Alex, menjadi adik angkat Alex. Sungguh gadis itu sangat c...