👫 twenty one - story

33.6K 1.7K 35
                                    

Luna duduk di bangku yang ada di depan perpustakaan. Pandangannya fokus ke ponsel yang ada di tangannya. Ponsel Alex, maksudnya. Ia menunggu Alex yang sedang mengembalikkan buku di perpustakaan.

Setelah kemarin ia di bully, Xaverick dan Fiona memerintahkan Alex menjadi super protective kepadanya. Bahkan saat ia ke toilet, Liana atau Anna pasti menemaninya. Ketika Luna protes, katanya, amanat dari Alex. Menyebalkan.

Saat ini sudah waktunya pulang sekolah. Seperti biasa, Luna pulang bersama Alex yang sekarang ada di dalam perpustakaan.

Mata Luna fokus ke game masak-masakkan yang ia download di ponsel Alex. Gadis dengan kulit seputih susu itu, tidak menyadari ada seseorang yang duduk di sebelahnya.

"Fokus banget."

Luna terlonjak kaget. Untung saja ponsel Alex tidak terjun bebas ke lantai. Kepala Luna bergerak ke samping kanannya. Ada seorang laki-laki yang, ya, lumayan tampan.

Laki-laki itu terkekeh. "Sorry, sorry. Ngapain di sini, Lun?"

Ini siapa ya? batin Luna.

Luna memiringkan kepalanya dan mengernyitkan dahinya. "Uhm?"

Menyadari raut bingung Luna, laki-laki itu memberi tahu namanya. "Devan. Masa cogan gini dilupain sih?"

"Oh, hai. Sorry ya." Luna menyelipkan rambutnya di belakang telinga. "Tadi kamu nanya apa?"

"Ngapain di sini?" ulang Devan.

Bertepatan saat Luna ingin mengeluarkan suaranya, Alex keluar dari perpustakaan. Luna menoleh melihat Alex dan kembali menatap Devan.

Luna menunjuk ke arah Alex. "Biasa." jawabnya. "Kamu ngapain? Kok belum pulang?"

"Liat ada orang cantik lagi duduk sendiri, jadi gue samperin." katanya lalu tersenyum. Luna kembali mengernyitkan dahinya.

"Ga usah sok nge-gombal." mendengar nada dingin itu membuat Luna dan Devan menoleh. Alex berdiri di depan Luna dan menatap tajam Devan.

"Eh, Kak." sapa Devan sambil berdiri.

"Gue bukan kakak lo."

"Oke. Hei, Lex."

"Ga usah sok akrab."

Devan tersenyum sabar. Ia tahu Alex akan bersikap seperti itu. Resiko suka sama orang yang kakaknya galak.

"Yaudah, gue balik." pamit Devan. Ia mengalihkan tatapannya ke seorang gadis yang kembali asik dengan game-nya, tidak memperdulikan kedua laki-laki di depannya.

"Luna, gue balik." Luna mengangkat kepalanya lalu mengangguk sambil tersenyum.

"Jangan deket-deket cowok tadi." Alex menunduk, menumpukan kedua tangannya di lutut.

Luna mengangkat kepalanya lalu menahan napas ketika menyadari jarak wajahnya dan Alex hanya sejengkal.

Kak Alex cakep banget ternyata, pantes jadi idola sekolah, batin Luna.

Cup.

"Eh," Luna reflek menangkup pipi kanannya. Wajahnya memerah ketika mendengar tawa Alex.

"Hei cantik, biasa aja ngeliatnya. Kakak tau, kakak cakep." kata Alex setelah meredakan tawanya.

Luna mengerucutkan bibirnya. Ia jadi malu karena ketahuan mengagumi wajah tampan manusia di hadapannya ini.

"Denger yang tadi kakak bilang, jangan deket-deket cowok tadi." ulang Alex.

"Cowok tadi? Devan?"

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang