👫 fourty four - go home

22.1K 1.2K 54
                                    

Enam bulan sudah terlewati. Ujian akhir semester juga sudah dilaksanakan. Hari ini, lapangan ramai dengan sorakan siswa dan siswi Thalassa Skye High School. Seluruh pandangan mereka berpusat ke tengah lapangan, dimana terdapat beberapa siswa sedang merebutkan sebuah bola oranye.

Gadis dengan seragam olahraga khas TSHS dan rambut yang dikuncir kuda, berjalan diapit dengan kedua temannya. Tujuan mereka adalah kantin.

"Ck, ngga di kantin, ngga di kelas, di taman, perpus, Devan ngintilin kamu terus. Kalian pacaran ya?" ketus Anna ke Luna saat ia melihat Devan dan Billy berjalan ke arah mereka.

Liana dan Luna mengikuti arah pandangan Anna, lalu kembali melihat temannya yang sedang mendumal.

"Hush! Yakali. Kamu tau sendiri Luna sama Alex gimana." Luna berucap santai. Karena memang faktanya seperti itu. Ia dan Devan tidak ada hubungan apa-apa selain teman.

"Kayaknya Devan suka kamu Lun." ucap Liana pelan, karena Devan dan temannya sudah semakin dekat.

"Ngga mung—"

"Ya jelas! Udah keliatan tau dari sikap dia ke kamu, Lun."

Luna memajukan bibirnya. "Ngga mungkin." bantahnya sambil menerima semangkuk mi ayam.

"Udah, udah, orangnya mau sampe."

Benar saja, setelah Liana berkata demikian, Devan dan Billy menyapa ketiganya yang dibalas senyuman oleh Luna dan Liana, sedangkan Anna mendengus. Kalian ga lupa kan sama sifat Anna?

Mereka berlima menempati meja kantin yang kosong. Anna asik makan dan mengacuhkan teman-temannya yang asik mengobrol.

"Kok makan mi ayam-nya pake garpu, Lun?" tanya Devan dengan tangannya yang asik mengaduk minumannya dengan sedotan.

Luna meringis malu. "Luna gabisa pake sumpit." Devan yang gemas pun mencubit pipi Luna.

"Gas terus bang!" goda Billy yang disambut kekehan Devan.

"Nanti abis makan ke taman belakang ya."

"Ngapain?" bukan. Itu bukan suara Luna, melainkan suara Anna dan Liana yang ntah gimana bisa keluar bersamaan.

Devan mengalihkan tatapannya ke arah Anna yang duduk disebelah Luna. "Kepo."

"Dih."

Laki-laki dengan jam di tangan kanannya itu, kembali menatap Luna yang asik makan. "Oke, Lun?"

"Hm?" Luna mengangkat kepalanya dengan mulut menggembung karena mengunyah mi ayam. Satu alisnya naik, seolah menyuruh Devan mengulangi ucapannya.

"Nanti abis makan ke taman belakang ya." ucap Devan lembut.

"Oke." kata Luna setelah menelan makanannya.

Tanpa ada yang menyadari, Devan tersenyum manis melihat Luna, sambil membayangkan bagaimana reaksi Luna nanti.

🌈🌈🌈

"Mau ngapain ke sini?" Luna akhirnya memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti keduanya.

Taman belakang yang terdapat banyak jenis bunga, terlihat sepi. Iya jelas, acara class meeting seperti ini, biasanya membuat siswa dan siswi lebih banyak menghabiskan waktu mereka di lapangan atau di kantin.

Devan menarik Luna dan membawanya duduk di salah satu bangku panjang yang tersedia di sana.

Laki-laki itu menghela napas pelan yang membuat Luna menatapnya bingung.

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Luna.

Devan memiringkan tubuhnya agar dapat melihat wajah imut Luna. "Luna,"

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang