Bel berbunyi, menandakan sudah waktunya istirahat. Guru-guru mulai keluar dari kelas mengajarnya disusul murid-murid yang sudah kelaparan.
Begitu juga dengan Devan dan Billy. Kedua laki-laki yang sudah berteman sejak SMP itu juga mengikuti arus murid-murid menuju ke kantin.
"Dev, lo sama Luna gimana deh? Gue udah ga pernah denger lo cerita tentang Luna."
"Gimana apanya? Ya begitu aja. Luna susah dideketin. Kakaknya posesif banget woy."
"Terus lo nyerah gitu aja?" Devan mengangkat kedua bahunya. Jujur, ia masih mengharapkan Luna. Selama ini ia hanya menatap Luna dari jauh.
"Luna-nya juga kayak biasa-biasa aja sama gue." kata Devan.
"Ck, ya lo bikin dia suka sama lo—"
Brak.
"Adaw!" pekik seorang gadis yang menabrak Devan ketika ia akan berbelok menuju koridor kantin.
"Eh, lo gapapa?" Devan membantu gadis tersebut untuk berdiri.
"Anjay, panjang umur."
Luna mengernyitkan dahinya saat mendengar kata-kata yang keluar dari Billy.
"Eh, iya, aku gapapa kok." jawab Luna ketika sadar Devan masih menatapnya. "Maaf ya, Dev."
Devan mengangguk. "Lo ngapain deh?"
Luna terkekeh kecil. "Lari dari Al—, eh maksdunya Kak Alex."
Mengerti kalau Devan masih ingin mengobrol dengan Luna. Billy pamit ke kantin duluan yang diangguki Devan.
"Emang kenapa lari-lari?"
"Luna gamau makan, malah dipaksa. Yaudah kabur aja."
Devan tertawa. Gadis di depannya ini sangat polos. "Makan, nanti sakit loh."
Luna menggeleng. "Kenyang."
Belum sempat Devan mengeluarkan suaranya kembali, seseorang sudah memanggil Luna.
"Eh, Devan, aku duluan ya." Luna terlihat buru-buru. Namun, belum sempat gadis itu berlari jauh, kerah almamaternya sudah ditarik sama orang yang tadi memanggilnya.
"Et, mau kemana bocah? Makan dulu! Nanti kamu sakit!" tangan Alex yang tadinya menarik kerah almamaternya, berpindah ke lengan Luna.
Devan hanya menonton mereka berdua.
"Gamau, Alex! Luna tuh udah kenyang, tadi di kelas makan pisang segede gini." kata Luna sambil memperagakan besarnya pisang yang tadi ia makan.
"Luna, makan nasi, dikit aja." bujuk Alex.
"Ngga!"
"Kenapa sih?"
"Luna lagi diet!"
"Badan udah kecil begitu, ngapain diet-dietan? Mau jadi segede apa kamu? Semut?"
"Ihh, tetep gamau makan!" kata Luna sambil menghentakkan kakinya.
Devan berdeham. "Em, Luna, gue duluan ya."
"Eh, Devan, Devan, Luna ikut. Gamau sama Alex, maksa terus."
Baru Devan akan mengangguk, Alex malah menarik Luna hingga menabrak tubuhnya sendiri.
"Lo duluan. Nih bocah gue yang urus." kata Alex yang diangguki Devan.
"Ish." Luna melepaskan genggaman Alex dan berjalan menjauhinya.
Alex menghela napas. "Luna, makan dulu, nanti kamu sakit lagi kayak waktu itu." bujuk Alex sambil mengikuti Luna dari belakang.
"Nanti pulang sekolah beli es krim deh sama coklat yang banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Teen Fiction[ Completed ] Xavier Alexander Skye memiliki seorang adik sejak tiga tahun yang lalu. Adik yang berbeda jenis dengannya itu, ditemukan oleh ayahnya di sebuah toko permen dan berakhir dirumah Alex, menjadi adik angkat Alex. Sungguh gadis itu sangat c...