siap-siap ya gais.
Luna mengerjapkan matanya yang terasa perih karena tidak berhenti menangis sedari tadi. Ia dapat melihat Sean, ayahnya diterjang terus menerus oleh pria yang ia ketahui bernama Bian.
Ia reflek berteriak. Seolah dengan teriakkannya itu dapat membantu Sean. "Papa!"
Mata Luna belum beralih dari keadaan Sean yang sudah babak belur di wajahnya dan ia dapat melihat Xaverick yang berlari menghampiri Sean dan langsung menendang kuat pria di atas Sean.
Tiba-tiba pria yang bernama Bian itu mengeluarkan pistol dari kantung celananya. Luna terkejut begitu juga dengan Sean dan Xaverick yang dapat melihatnya dengan jelas.
"BERHENTI SEMUA!" teriak Bian.
Semua orang langsung berhenti dari perkelahian masing-masing dan memusatkan pandangan mereka ke arah Bian yang memegang pistol di tangan kanannya.
"So, Sean, awalnya gue pengen bikin ini jadi simple tanpa melibatkan benda ini," Bian mengangkat tangan kanannya. "Tapi lo yang memperumitnya dan dengan terpaksa gue pake ini."
"Bian, lo jangan gila."
Bian menggedikkan bahunya mendengar ucapan Sean. "Jadi lo lebih milih perusahaan lo kan?"
Sean mulai was-was disini. Ia terus memperhatikan gerak-gerik Bian yang seperti sedang mencari-cari sesuatu.
Kemudian tatapan Bian kembali lagi ke arah Sean. "Permainan yang menyenangkan."
Bian mengangkat tangan kanannya perlahan hingga lurus menuju ke satu titik.
"Masih gamau tanda tangan, Rysean Taylor?" Sean bimbang, tapi ia tidak mau ada korban jiwa di sini apalagi jika korban tersebut adalah orang yang ia sayangi.
"Oke, gue tanda tangan." tanpa menurunkan tangannya, Bian menyuruh Stef yang udah babak belur untuk mengambil dokumen yang tadi dijatuhkan Sean.
"Papa! No!"
Sean menoleh ke arah Luna. "Luna, please, Papa ga mungkin biarin peluru itu terlepas terus menuju kamu."
Saat Sean akan menandatangani dokumen tersebut. Ia kembali melemparnya dan segera merebut pistol tersebut. Tapi terlambat, Bian sudah menembakkan peluru tersebut sambil tersenyum sinis.
Dor!
Seorang laki-laki langsung berlari ke arah Luna. Kejadian terjadi dengan gerakkan slow motion. Peluru yang terlepas lurus ke arah Luna dan seorang laki-laki yang berlari ke arahnya.
Laki-laki itu langsung memeluk Luna, membiarkan peluru tersebut menusuk tubuhnya tepat dipunggungnya.
Luna terdiam kaku. Ia memperhatikan mata orang dihadapannya ini yang menatapnya dengan lembut.
"A-Alex?" lirih Luna.
Alex tersenyum. "I miss you and i love you." kata Alex cepat sebelum matanya menutup dan tubuhnya terjatuh ke bawah.
Luna menangis kencang. Ia mendudukkan dirinya melihat Alex yang sudah menutupkan matanya.
"Angkat tangan semuanya!"
Telat. Polisi itu terlambat. Sudah ada korban di sini. Luna meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Anna yang menyadari itu langsung melepaskan ikatan tangan Luna dengan bergetar.
Begitu tangannya bebas, Luna mengangkat kepala Alex dan meletakkannya di atas pahanya.
"Alex!"
"A-Alex! Please, aku sayang kamu! Jangan pergi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Complex
Jugendliteratur[ Completed ] Xavier Alexander Skye memiliki seorang adik sejak tiga tahun yang lalu. Adik yang berbeda jenis dengannya itu, ditemukan oleh ayahnya di sebuah toko permen dan berakhir dirumah Alex, menjadi adik angkat Alex. Sungguh gadis itu sangat c...