💫💫💫
"Stop!" Suara teriakkan menginterupsi Axel dan Malik. Gadis berambut sepunggung yang dikucir, melepas earphone-nya, kemudian melangkah mendekati keduanya. Ia menatap Axel dan Malik bergantian, lalu menggeleng pelan sambil bersedekap dada. "Kalian mau berantem sampe mati?"
Axel mengernyit saat gadis itu meraih tangan kanannya yang siap memukuli Malik. "Lo, ikut gue!"
"Lepas!" Axel menghempaskan cekalan di tangannya. Ia bangkit dan menatap sosok yang mengganggunya dengan sorot bengis. "Rel, jangan usik gue, atau lo—"
"Apa?!" potong Aurel dengan tatapan tak kalah tajam. "Lo mau bilang, gue yang harus gantiin posisi Malik? Iya?" tanyanya dengan sunggingan sinis. "Basi."
"Rel!" Axel menggeram sembari mengepalkan tangan. "Gue paling benci ya, sama orang yang suka ikut campur!"
Aurelia menautkan alisnya, menghapus jarak dan mendongak menatap Axel yang jauh lebih tinggi darinya. "Malik udah babak belur kayak gitu, apa lagi yang lo mau?"
"Mati," jawab Axel dengan nada dingin. "Gue gak bisa berhenti sebelum dia mati!" ucapnya sambil menunjuk Malik yang tergeletak tak berdaya.
"Lo mau jadi pembunuh demi belain mantan lo yang ganjen itu?" tanya Aurelia dengan sarkas, kontan Axel terdiam. Rahang cowok itu mengeras dan helaan napas kasar lolos dari mulutnya. "Oh, pasti lo mau tanya darimana gue bisa tau Dea kayak gitu, kan?"
"Gue bukan belain Dea! Gue cuma gak suka lihat cewek mabok yang gak tau apa-apa, dimanfaatin sama dia!" jawab Axel sambil menuding Malik. Semalam, Axel menerima sebuah video dari Ega yang berisi; Malik berpelukkan dengan Dea di kelab malam. Bukan masalah cemburu, tapi yang bikin Axel murka adalah Malik mengambil kesempatan menjamah tubuh Dea, saat gadis itu di bawah kendali alkohol.
Aurelia mendesis, menoleh ke arah Malik, membuat jenjang lehernya menarik fokus Axel. "Lo tau kan, konsekuensi orang mabok itu gimana? Kalo gak ngerusuh ya dikerjain orang," ujarnya, kembali menatap Axel dengan tajam. "I think, she deserved for that."
"Rel, lo ... gak ... perlu ... belain ... gue," gumam Malik dengan mata yang tak bisa dibuka lagi. "Gue ... gak ... papa."
Aurelia segera menghampiri Malik, ia menarik tubuh cowok itu agar beringsut duduk. Tapi, tubuh kekar Malik membuatnya kesusahan, dan berkali-kali Aurelia hampir menubruknya karena Malik terus terhuyung ke belakang. Dengan segenap tenaga, Aurelia berdiri di atas Malik dan menarik dua tangan cowok itu. Kini, Malik terduduk tak sadarkan diri.
Napas Aurelia terengah-engah, menahan tubuh Malik membuat keringatnya bercucuran. Ia menatap Axel yang masih diam dan menatapnya datar. "Xel, bantuin! Ini Malik berat banget!"
Axel berdecak tak peduli. "Lo urus aja sendiri," ucapnya, kemudian melengang pergi. Axel menutup telinga ketika Aurelia terus meneriaki namanya, meminta tolong dan berakhir pada umpatan.
Aurelia mendengkus, dengan terpaksa ia melepas genggaman tangannya dan membuat Malik kembali terhuyung. Aurelia berkacak pinggang, ia mengusap keringat dengan punggung tangannya, lalu mengibaskan tangannya, karena gudang itu terasa sangat pengap. Hidung mancungnya menghela napas sedalam-dalamnya, ia merogoh ponsel di saku rok abu-abunya dan mencari nama di daftar kontak telepon agar temannya itu datang membantu.
"Halo, Ga! Lo buruan ke gudang, ya. Cepet!" titah Aurelia tanpa mengucap minta tolong lebih dulu.
"Hah? Ngapain?" tanya Ega di seberang sana.
"Buruan, ah elah! Gak pake lama!" Aurelia memutus sambungan teleponnya, kemudian beralih menatap Malik yang terlihat memprihatinkan. "Ck, lo lagi. Ngapain sih, lo cari masalah sama Axel?"
💫💫💫
Published : 2 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Подростковая литература[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...