💫💫💫
"Rel?" Iris abu Axel berbinar ketika melihat sosok yang selama ini dinantinya, akhirnya berkenan menemuinya. Ia memasukkan ponsel ke saku celana, kemudian mengulas senyum lebar saat gadis itu berjalan ke arahnya, dan membuka pintu gerbang. Axel segera memasuki pekarangan rumah, sedetik kemudian ia memeluk tubuh Aurelia dengan erat, lalu dikecupinya rambut Aurelia yang menguarkan semerbak shampoo vanilla. "Gue kangen banget sama lo."
Aurelia diam, tak membalas dekapan Axel. Ia memejam, melepask rindu yang selama dua minggu ini tertahankan. Angin malam menembus kulitnya, karena ia hanya mengenakan setelan piyama pendek tanpa pelindung apa pun.
Axel melepas dekapannya, lalu menangkup wajah Aurelia dan menatap manik hitam gadis itu dengan sendu. "Kenapa lo gak pernah bales chat gue?"
Aurelia menggeleng pelan, rasanya sulit sekali megeluarkan sepatah dua patah kata. Padahal banyak yang ingin ia sampaikan pada Axel, namun diurungkan. "Lo ngapain ke sini?"
Axel mengernyit, heran kenapa respons Aurelia sedingin ini? Seakan kehadirannya sama sekali tak diharapkan gadis itu. Apakah selama ini, hanya Axel saja yang merasa rindu ingin bertemu, sedangkan Aurelia tidak? Apa itu artinya, Axel mengalami kisah cinta bertepuk sebelah tangan? Lantas, hubungan mereka selama ini dianggap apa oleh Aurelia?
"Gue pengin melampiaskan rasa kangen ke elo," ujar Axel, diraihnya tengkuk Aurelia lalu diusapnya dengan lembut. "Lo gak kangen sama gue?" Axel menjeda, sorotnya menandakan ia sangat rapuh saat ini. "Dulu, kita sedekat nadi. Tapi, sekarang kita sejauh bumi dan matahari."
Aurelia menghela napas berat, tubuhnya bergetar, matanya memerah menahan buliran bening yang hendak tumpah. Ia mundur satu langkah, menjauhkan diri dari Axel. "Xel, you're not supposed to be here."
"Lo ngusir gue, Rel?" Axel menaikkan satu alisnya, rahangnya tampak mengeras. Ia menatap Aurelia dengan nanar, terlebih saat gadis itu terlihat semakin menjarak. "Ini gue, Axel. Pacar lo!"
Aurelia menunduk, rambutnya yang tergerai bebas, menutupi wajahnya, sementara isak tangis terdengar dari mulutnya. Axel mendekat, namun Aurelia kembali mundur satu langkah. Axel menatap Aurelia frustrasi. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha meraih tangan gadis itu, namun langsung ditepis. "Rel! Lo kenapa, sih?!"
Aurelia mendongak, pandangannya beralih ke rumahnya. Ia takut, mamanya mendengar teriakkan Axel. "Xel, lupain gue."
"Hah?! Maksud lo apa?!"
"Kita gak bisa bareng lagi, Xel. Mama nyuruh gue untuk jauhin lo!"
"Peduli apa sama larangan nyokap lo?!" Axel menunjuk ke arah rumah Aurelia, namun pandangannya terus menatap gadis itu dengan tatapan elang. "Gue cuma pengin kita kayak dulu lagi!"
"Gak bisa, Xel! Gue gak mau jadi pembangkang," ujar Aurelia dengan lirih, wajahnya merah, pipinya basah karena air mata yang terus menetes. "Xel, gue—"
"Rel, please. Don't say it." Axel menggeleng pelan, ekspresinya terlihat seperti tak punya harapan. Ia takut jika Aurelia mengucapkan kalimat sakral yang benar-benar bisa memisahkan keduanya.
Axel maju satu langkah, kemudian menarik pergelangan tangan Aurelia, membuat gadis itu menubruk dadanya. Aurelia berontak, namun Axel sekuat tenaga menahan perlawanannya. Axel membiarkan gadis itu menangis dalam pelukkannya. "Semarah-marahnya lo sama gue, sebenci-bencinya lo sama gue, gue mohon jangan sekali pun lo mengucap kalimat itu. Gue gak mau kita pisah."
💫💫💫
Published : 28 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...